Kamis, 26 Maret 2015

[FANFICTION] Lucid Dream -Chapt. 3-



Title : Lucid Dream
Author : Park Su Jan
Genre : Fantasy
Cast(s) : B.A.P (Youngjae, Daehyun, Zelo) & OC
Chapter 3

Note :





*Author's POV*

--Flashback--


Daehyun dan Youngjae bersahabat baik sejak masih sekolah dasar. Ke mana-mana mereka selalu bersama. Bermain bersama, pergi ke sekolah bersama. Bahkan tidak jarang, Youngjae menginap di rumah Daehyun dan begitupun sebaliknya. Hari-hari yang mereka lalui selalu menyenangkan.

Hingga sampai dua tahun yang lalu. Yoo Youngwon, kakak kandung Youngjae satu-satunya meminta agar Youngjae menjadikan Daehyun sebagai target untuk Youngwon.

"Kau mau membantu hyung-mu ini kan, Jae?" tanya Youngwon suatu hari.

"Tapi, hyung, tingkatan Lucid Dream yang ingin kau coba itu terlalu beresiko untuk seusia kita. Dan kenapa harus Daehyun? Dia sahabatku, aku tidak mau terjadi apa-apa padanya."

"Jae-ya," Youngwon memegang kedua bahu Youngjae. "Aku sudah banyak membaca buku tentang Lucid Dream. Aku yakin aku bisa melakukannya. Kkokjeongma (jangan khawatir, selama kau menuruti omonganku, semua akan baik-baik saja. Aku jamin."

"Hyung..."

"Kau juga mau belajar bagaimana menguasai tingkatan ini kan?"

Sejenak Youngjae ragu, tapi kemudian dia mengangguk.

"Nanti begitu kau sudah menentukan targetmu, kau bisa mempraktekkannya langsung tanpa perlu melihat lagi tata caranya di buku. Untuk saat ini, biar aku yang tunjukkan caranya."

"Tapi, bagaimana kalau Daehyun tahu?"

"Makanya, jangan sampai Daehyun tahu. Ajak saja dia tidur di sini. Oke?"

***

Youngjae mengamati Daehyun yang sudah tertidur nyenyak di depan tv di kamar Youngjae setelah kelelahan bermain playstation sambil berdiri menyandar di pintu kamar. Youngjae masih merasa khawatir kalau seandainya ritual ini gagal. Berdasarkan peraturan resmi, belum saatnya bagi para Lucidian di bawah umur 20 tahun untuk mencapai tingkat Meganic Dreamer. Karena diperlukan fisik dan mental yang kuat dan juga kekuatan mengelola mimpi yang cukup untuk melakukan ritualnya. Jadi, yang Youngwon lakukan ini adalah suatu tindakan ilegal. Memang tidak dilarang, tapi dampak yang ditimbulkan akan menjadi lebih besar jika gagal.

Dia lalu memutuskan untuk melihat keadaan Youngwon di kamar sebelah. Dia keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Youngwon. Youngjae melihat Youngwon tampak seperti tidur dalam posisi duduk dengan jari telunjuk dan tengah kedua tangannya menyentuh pelipisnya. Sepertinya Youngwon berusaha konsentrasi memasuki mimpi Daehyun. Dalam tingkatan Meganic Dreamer yang sedang Youngwon coba kuasai ini, seorang Lucidian bisa menjelajah mimpi sang target. Tapi hanya bertindak sebagai penonton. Sang target, di alam mimpinya tidak akan bisa melihatnya. Untuk tingkatan selanjutnya yaitu Giganic Dreamer, sang Lucidian bisa menampakkan dirinya di hadapan target dan berbicara dengan target. Dan tingkatan tertinggi, yaitu Teranic Dreamer, sang Lucidian mampu mengelola mimpi targetnya. Sepanjang 500 tahun ini, belum ada satu Lucidian pun yang mampu mencapai tingkatan Teranic Dreamer.

Tiba-tiba Youngjae merasakan getaran. Getaran itu semakin lama semakin kuat. Youngjae mengedarkan pandangan sekeliling kamar Youngwon, semua benda-benda di sana ikut bergerak. Dia panik, cemas dengan keadaan Youngwon dan Daehyun yang sedang tertidur akan terjebak dalam rumah ini karena gempa. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini kecuali mereka bertiga. Kedua orang tua mereka sedang pergi bisnis keluar kota.

Youngjae pun mencoba membangunkan Youngwon dengan cara mengguncang-guncang bahu kakaknya itu. Tapi Youngwon bergeming, tidak bergerak sedikitpun.

"Hyung... hyung... ireona, ppali ireona (bangun, ayo cepat bangun)!!!"

"Hyung, lebih baik hentikan dulu ritual ini. Berbahaya. Sekarang ada gempa!" Youngjae berteriak cemas. "Tolong hentikan! Aku takut terjadi apa-apa padamu dan Daehyun. Hentikan menjadikan Daehyun sebagai target, nanti dia juga bisa terkena imbasnya. Jebal,dowa juseyo (tolong, kumohon)!!!"

"Neo jinjja shikkeureo (kau benar-benar berisik)!!" Youngwon tiba-tiba membuka matanya. Tapi mata itu berkilat marah.

Youngjae yang kaget, mendadak bingung dengan reaksi Youngwon. Bukankah seharusnya Youngwon berterima kasih karena Youngjae mengingatkannya akan gempa ini? Gempa pun mendadak berhenti.

"Hyung... gwaenchanha sseumnika (kau baik-baik saja??" tanya Youngjae.

"Neoneun mwoya (apa-apaan kau ini)? Apa kau tidak sadar sudah mengacaukan ritualku tadi, hah?" Youngwon berteriak kesal dengan tindakan Youngjae.

"Tapi ... tadi ada gempa?"

"Neo baboji (kau ini bodoh kan)? Saat kubilang tidak usah membaca buku Lucid Dream, apa kau benar-benar tidak membaca satu halaman pun? Gempa tadi adalah efek yang dihasilkan ketika kita memasuki lorong penghubung dengan alam mimpi target. Yang bisa merasakannya hanya para Lucidian saja. Bahkan target juga tidak akan bisa merasakannya!"

"Aku tidak tahu. Maafkan aku..."

Youngwon mengacak-acak rambutnya kesal. Lalu menghembuskan napas.

"Seharusnya, semuanya berjalan lancar. Tapi karena kau mengacaukannya tadi, target pun akan terkena imbasnya. Dia tidak akan bisa merasakan mimpi lagi seumur hidupnya." Youngwon berkata dengan nada kecewa.

Youngjae tidak tahu jika efek yang ditimbulkan akan begitu fatal.

"Daehyun-ah?" mata Youngwon melebar menyadari bahwa Daehyun sudah berdiri di depan pintu kamarnya dengan mata memerah. Perlahan Youngjae menoleh ke belakang. Tatapan mata Daehyun terasa menghakiminya.

"Apa yang akan terjadi padaku? Youngjae, katakan apa yang akan terjadi padaku?"

Youngjae hanya bisa terdiam. Dia sendiri sangat syok dengan semua yang terjadi. Ini salahnya. Tidak ini salah Youngwon hyung-nya.

"Tolong jelaskan padaku! Lucidian? Target? Apa maksudnya semua ini? Tidak bisa bermimpi lagi seumur hidup? Ini tidak bagus kan?"


Youngjae masih tidak mampu bersuara.

"Kenapa kau melakukan ini padaku, Youngjae? Aku bahkan tidak diberitahu apa-apa tentang Lucid Dream atau apalah ini namanya. Kau belum meminta persetujuanku kan?"

Bahkan, Daehyun yang bukan Lucidian pun seolah tahu bahwa tindakan yang dilakukan Youngwon adalah sebuah tindakan ilegal.

Daehyun tertawa frustasi. "Sahabat, hah? Jadi bagimu, sahabat itu adalah orang yang bisa kau manfaatkan?"

"Daehyun--"

"Kalau begitu selamat, kau baru saja menemukan sekaligus kehilangan sahabatmu!" Daehyun berjalan mundur beberapa langkah, lalu segera berbalik dan keluar dari rumah itu. untuk terakhir kalinya.

Youngjae menatap kepergian Daehyun dengan perasaan penuh penyesalan. Dia berniat minta maaf dan menjelaskan apa yang terjadi, tapi Youngwon menahannya.

"Jae..."

Youngjae menoleh ke arah Youngwon. Kakaknya itu terlihat kesakitan sambil memegangi kedua kakinya.

"Hyung, ada apa?"

"Kakiku... tiba-tiba keduanya mati rasa!"

--End of flashback--

Daehyun mengamati foto yang selalu dia simpan di dompetnya. Foto berisi dirinya dan Youngjae yang saling berangkulan dan tertawa lepas di musim dingin saat tahun pertama mereka SMP. Daehyun tersenyum sedih mengingat momen itu. Dulu, 'mantan' sahabatnya itu adalah orang yang begitu baik dan sabar. Youngjae lebih sering mengalah demi dia. Youngjae yang pintar akan selalu mengajarinya kapan saja dia minta diajari.

Tapi, semua berubah karena kejadian 2 tahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya insomnia karena tidak bisa nyenyak tidur. Kejadian yang membuatnya tidak bisa merasakan mimpi apapun dalam tidurnya. Baik itu mimpi baik atau buruk.

Tapi bukan itu masalah sebenarnya. Daehyun hanya menyesalkan sikap Youngjae yang tidak berusaha minta maaf dan menjelaskan apa yang terjadi saat itu. Bahkan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Yang paling menyakitkan adalah mereka selalu bertemu tanpa saling bertegur sapa setiap hari di sekolah.

Seolah mereka ditakdirkan untuk selalu bersama. Dan mungkin, menyukai orang yang sama.

Choi Jun Hee. Gadis yang selama ini menyita perhatian Daehyun. Gadis manis yang tersenyum padanya dan mengatakan kalau suara Daehyun bagus padahal saat itu Daehyun bernyanyi sambil menangis karena teringat kejadian yang memutus persahabatannya dengan Youngjae. Gadis yang sekarang Youngjae dekati untuk alasan yang Daehyun pahami. Dari sekian banyak gadis, kenapa Youngjae harus memilih Jun Hee untuk menjadi targetnya?

Tidak bisakah sekali saja dia merasakan kebahagiaan dekat dengan seseorang?

***

Hari libur akhir pekan.

Jun Hee menghampiri Youngjae yang berdiri di bawah depan sebuah air mancur tempat mereka janjian untuk bertemu. Youngjae terlihat keren hari itu. tanpa kacamata tebalnya. Ah, bagi Jun Hee, setiap hari Youngjae selalu keren. Walaupun Youngjae menggunakan kacamata kuno di sekolah, hal itu tidak mengurangi ketampanan yang dimilikinya.

Youngjae menyadari kedatangannya. Lalu mengamati penampilan Jun Hee hari itu. Jun Hee mengepang rambutnya menjadi kepang satu ala Elsa dalam film animasi Frozen dan disampirkan ke bahu kirinya. Baju terusan sampai di bawah lutut berwarna krem membuatnya terlihat imut dan manis. Youngjae mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lalu berdeham.

"Jadi... kita mau ke mana?" tanya Youngjae menghilangkan kecanggungannya.

"Nonton ke bioskop? Aku sudah lama ingin menonton ke bioskop, karena tidak pernah ke sana. Ada film romantis yang ingin kutonton." seru Jun Hee bersemangat. Tapi begitu melihat ekspresi datar Youngjae, Jun Hee segera merasa tidak enak.

"Ada apa?" tanya Youngjae mengamati ekspresi Jun Hee yang tiba-tiba berubah.

"Apa ... kau tidak keberatan kalau kita nonton?"

Youngjae tersenyum. Dia sudah tahu kalau Jun Hee mengira dirinya tidak menyetujui usulan Jun Hee. Dia lalu menepuk pelan kepala Jun Hee. Lalu mulai berjalan.

"Kaja (ayo pergi)!" ajak Youngjae menyadari Jun Hee masih diam di tempatnya.

***

Baru 15 menit menonton film romantis itu, Jun Hee sudah tertidur. Kepalanya jatuh ke bahu kanan Youngjae membuat Youngjae kaget tapi dia membiarkanya. Menurut Youngjae filmnya lumayan menarik, tapi mungkin menurut Jun Hee filmnya membosankan. Dari awal Jun Hee sudah bergerak-gerak gelisah dan sesekali menguap bosan.

Tiba-tiba Youngjae mendapat ide. Dari info yang didapatnya tadi, durasi film ini adalah dua setengah jam. Itu berarti masih ada waktu sekitar dua jam jika Youngjae mencoba untuk tidur dan memasuki alam mimpi Jun Hee. Ini adalah kesempatan. Dia tidak boleh melewatkannya.

Youngjae mengeset alarm di ponselnya untuk waktu dua jam. Dia lalu menoleh pada Jun Hee dan membetulkan posisi Jun Hee agar lebih nyaman. Youngjae menarik napas dan menghembuskannya 3 kali lalu merapal mantra yang sudah lama dihapalnya untuk ritual ini. Youngjae mengangguk yakin, lalu menggenggam telapak tangan kiri Jun Hee yang di mulai memejamkan mata. 

Youngjae harap semua akan baik-baik saja.


***To be Continued*** 140809

Tidak ada komentar:

Posting Komentar