Title :
Lucid Dream
Author :
Park Su Jan
Genre :
Fantasy
Cast(s) :
B.A.P (Youngjae, Daehyun, Zelo) & OC
Chapter 3
Note :
*Author's
POV*
--Flashback--
Daehyun dan
Youngjae bersahabat baik sejak masih sekolah dasar. Ke mana-mana mereka selalu
bersama. Bermain bersama, pergi ke sekolah bersama. Bahkan tidak jarang,
Youngjae menginap di rumah Daehyun dan begitupun sebaliknya. Hari-hari yang
mereka lalui selalu menyenangkan.
Hingga
sampai dua tahun yang lalu. Yoo Youngwon, kakak kandung Youngjae satu-satunya
meminta agar Youngjae menjadikan Daehyun sebagai target untuk Youngwon.
"Kau
mau membantu hyung-mu ini kan, Jae?" tanya
Youngwon suatu hari.
"Tapi, hyung,
tingkatan Lucid Dream yang ingin kau coba itu terlalu beresiko untuk seusia
kita. Dan kenapa harus Daehyun? Dia sahabatku, aku tidak mau terjadi apa-apa
padanya."
"Jae-ya,"
Youngwon memegang kedua bahu Youngjae. "Aku sudah banyak membaca buku
tentang Lucid Dream. Aku yakin aku bisa melakukannya. Kkokjeongma (jangan khawatir, selama kau menuruti omonganku, semua
akan baik-baik saja. Aku jamin."
"Hyung..."
"Kau
juga mau belajar bagaimana menguasai tingkatan ini kan?"
Sejenak
Youngjae ragu, tapi kemudian dia mengangguk.
"Nanti
begitu kau sudah menentukan targetmu, kau bisa mempraktekkannya langsung tanpa
perlu melihat lagi tata caranya di buku. Untuk saat ini, biar aku yang
tunjukkan caranya."
"Tapi,
bagaimana kalau Daehyun tahu?"
"Makanya,
jangan sampai Daehyun tahu. Ajak saja dia tidur di sini. Oke?"
***
Youngjae
mengamati Daehyun yang sudah tertidur nyenyak di depan tv di kamar Youngjae
setelah kelelahan bermain playstation sambil berdiri menyandar di
pintu kamar. Youngjae masih merasa khawatir kalau seandainya ritual ini gagal.
Berdasarkan peraturan resmi, belum saatnya bagi para Lucidian di bawah umur 20
tahun untuk mencapai tingkat Meganic Dreamer. Karena diperlukan fisik dan
mental yang kuat dan juga kekuatan mengelola mimpi yang cukup untuk melakukan
ritualnya. Jadi, yang Youngwon lakukan ini adalah suatu tindakan ilegal. Memang
tidak dilarang, tapi dampak yang ditimbulkan akan menjadi lebih besar jika
gagal.
Dia lalu
memutuskan untuk melihat keadaan Youngwon di kamar sebelah. Dia keluar dari
kamarnya dan masuk ke kamar Youngwon. Youngjae melihat Youngwon tampak seperti
tidur dalam posisi duduk dengan jari telunjuk dan tengah kedua tangannya
menyentuh pelipisnya. Sepertinya Youngwon berusaha konsentrasi memasuki mimpi
Daehyun. Dalam tingkatan Meganic Dreamer yang sedang Youngwon coba kuasai ini,
seorang Lucidian bisa menjelajah mimpi sang target. Tapi hanya bertindak
sebagai penonton. Sang target, di alam mimpinya tidak akan bisa melihatnya.
Untuk tingkatan selanjutnya yaitu Giganic Dreamer, sang Lucidian bisa
menampakkan dirinya di hadapan target dan berbicara dengan target. Dan
tingkatan tertinggi, yaitu Teranic Dreamer, sang Lucidian mampu mengelola mimpi
targetnya. Sepanjang 500 tahun ini, belum ada satu Lucidian pun yang mampu
mencapai tingkatan Teranic Dreamer.
Tiba-tiba
Youngjae merasakan getaran. Getaran itu semakin lama semakin kuat. Youngjae
mengedarkan pandangan sekeliling kamar Youngwon, semua benda-benda di sana ikut
bergerak. Dia panik, cemas dengan keadaan Youngwon dan Daehyun yang sedang
tertidur akan terjebak dalam rumah ini karena gempa. Tidak ada siapa-siapa di
rumah ini kecuali mereka bertiga. Kedua orang tua mereka sedang pergi bisnis
keluar kota.
Youngjae
pun mencoba membangunkan Youngwon dengan cara mengguncang-guncang bahu kakaknya
itu. Tapi Youngwon bergeming, tidak bergerak sedikitpun.
"Hyung... hyung... ireona, ppali ireona (bangun, ayo cepat
bangun)!!!"
"Hyung,
lebih baik hentikan dulu ritual ini. Berbahaya. Sekarang ada gempa!"
Youngjae berteriak cemas. "Tolong hentikan! Aku takut terjadi apa-apa
padamu dan Daehyun. Hentikan menjadikan Daehyun sebagai target, nanti dia juga
bisa terkena imbasnya. Jebal,dowa
juseyo (tolong,
kumohon)!!!"
"Neo jinjja shikkeureo (kau benar-benar berisik)!!" Youngwon
tiba-tiba membuka matanya. Tapi mata itu berkilat marah.
Youngjae
yang kaget, mendadak bingung dengan reaksi Youngwon. Bukankah seharusnya
Youngwon berterima kasih karena Youngjae mengingatkannya akan gempa ini? Gempa
pun mendadak berhenti.
"Hyung... gwaenchanha sseumnika (kau baik-baik saja??" tanya Youngjae.
"Neoneun mwoya (apa-apaan kau ini)? Apa kau tidak sadar sudah
mengacaukan ritualku tadi, hah?" Youngwon berteriak kesal dengan tindakan
Youngjae.
"Tapi
... tadi ada gempa?"
"Neo baboji (kau
ini bodoh kan)? Saat kubilang tidak usah membaca buku Lucid Dream, apa kau
benar-benar tidak membaca satu halaman pun? Gempa tadi adalah efek yang
dihasilkan ketika kita memasuki lorong penghubung dengan alam mimpi target.
Yang bisa merasakannya hanya para Lucidian saja. Bahkan target juga tidak akan
bisa merasakannya!"
"Aku
tidak tahu. Maafkan aku..."
Youngwon
mengacak-acak rambutnya kesal. Lalu menghembuskan napas.
"Seharusnya,
semuanya berjalan lancar. Tapi karena kau mengacaukannya tadi, target pun akan
terkena imbasnya. Dia tidak akan bisa merasakan mimpi lagi seumur
hidupnya." Youngwon berkata dengan nada kecewa.
Youngjae tidak tahu jika efek yang
ditimbulkan akan begitu fatal.
"Daehyun-ah?"
mata Youngwon melebar menyadari bahwa Daehyun sudah berdiri di depan pintu
kamarnya dengan mata memerah. Perlahan Youngjae menoleh ke belakang. Tatapan
mata Daehyun terasa menghakiminya.
"Apa
yang akan terjadi padaku? Youngjae, katakan apa yang akan terjadi padaku?"
Youngjae
hanya bisa terdiam. Dia sendiri sangat syok dengan semua yang terjadi. Ini
salahnya. Tidak ini salah Youngwon hyung-nya.
"Tolong
jelaskan padaku! Lucidian? Target? Apa maksudnya semua ini? Tidak bisa bermimpi
lagi seumur hidup? Ini tidak bagus kan?"
Youngjae
masih tidak mampu bersuara.
"Kenapa
kau melakukan ini padaku, Youngjae? Aku bahkan tidak diberitahu apa-apa tentang
Lucid Dream atau apalah ini namanya. Kau belum meminta persetujuanku kan?"
Bahkan,
Daehyun yang bukan Lucidian pun seolah tahu bahwa tindakan yang dilakukan
Youngwon adalah sebuah tindakan ilegal.
Daehyun
tertawa frustasi. "Sahabat, hah? Jadi bagimu, sahabat itu adalah orang
yang bisa kau manfaatkan?"
"Daehyun--"
"Kalau
begitu selamat, kau baru saja menemukan sekaligus kehilangan sahabatmu!"
Daehyun berjalan mundur beberapa langkah, lalu segera berbalik dan keluar dari
rumah itu. untuk terakhir kalinya.
Youngjae
menatap kepergian Daehyun dengan perasaan penuh penyesalan. Dia berniat minta
maaf dan menjelaskan apa yang terjadi, tapi Youngwon menahannya.
"Jae..."
Youngjae
menoleh ke arah Youngwon. Kakaknya itu terlihat kesakitan sambil memegangi
kedua kakinya.
"Hyung,
ada apa?"
"Kakiku...
tiba-tiba keduanya mati rasa!"
--End of
flashback--
Daehyun mengamati foto yang selalu
dia simpan di dompetnya. Foto berisi dirinya dan Youngjae yang saling
berangkulan dan tertawa lepas di musim dingin saat tahun pertama mereka SMP.
Daehyun tersenyum sedih mengingat momen itu. Dulu, 'mantan' sahabatnya itu
adalah orang yang begitu baik dan sabar. Youngjae lebih sering mengalah demi
dia. Youngjae yang pintar akan selalu mengajarinya kapan saja dia minta
diajari.
Tapi, semua berubah karena kejadian
2 tahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya insomnia karena tidak bisa nyenyak
tidur. Kejadian yang membuatnya tidak bisa merasakan mimpi apapun dalam
tidurnya. Baik itu mimpi baik atau buruk.
Tapi bukan itu masalah sebenarnya.
Daehyun hanya menyesalkan sikap Youngjae yang tidak berusaha minta maaf dan
menjelaskan apa yang terjadi saat itu. Bahkan bersikap seolah-olah tidak
terjadi apa-apa. Yang paling menyakitkan adalah mereka selalu bertemu tanpa
saling bertegur sapa setiap hari di sekolah.
Seolah mereka ditakdirkan untuk
selalu bersama. Dan mungkin, menyukai orang yang sama.
Choi Jun Hee. Gadis yang selama ini
menyita perhatian Daehyun. Gadis manis yang tersenyum padanya dan mengatakan
kalau suara Daehyun bagus padahal saat itu Daehyun bernyanyi sambil menangis
karena teringat kejadian yang memutus persahabatannya dengan Youngjae. Gadis
yang sekarang Youngjae dekati untuk alasan yang Daehyun pahami. Dari sekian
banyak gadis, kenapa Youngjae harus memilih Jun Hee untuk menjadi targetnya?
Tidak bisakah sekali saja dia
merasakan kebahagiaan dekat dengan seseorang?
***
Hari libur akhir pekan.
Jun Hee menghampiri Youngjae yang
berdiri di bawah depan sebuah air mancur tempat mereka janjian untuk bertemu.
Youngjae terlihat keren hari itu. tanpa kacamata tebalnya. Ah, bagi Jun Hee,
setiap hari Youngjae selalu keren. Walaupun Youngjae menggunakan kacamata kuno
di sekolah, hal itu tidak mengurangi ketampanan yang dimilikinya.
Youngjae menyadari kedatangannya.
Lalu mengamati penampilan Jun Hee hari itu. Jun Hee mengepang rambutnya menjadi
kepang satu ala Elsa dalam film animasi Frozen dan disampirkan ke bahu kirinya.
Baju terusan sampai di bawah lutut berwarna krem membuatnya terlihat imut dan
manis. Youngjae mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lalu berdeham.
"Jadi... kita mau ke
mana?" tanya Youngjae menghilangkan kecanggungannya.
"Nonton ke bioskop? Aku sudah
lama ingin menonton ke bioskop, karena tidak pernah ke sana. Ada film romantis
yang ingin kutonton." seru Jun Hee bersemangat. Tapi begitu melihat
ekspresi datar Youngjae, Jun Hee segera merasa tidak enak.
"Ada apa?" tanya Youngjae
mengamati ekspresi Jun Hee yang tiba-tiba berubah.
"Apa ... kau tidak keberatan
kalau kita nonton?"
Youngjae tersenyum. Dia sudah tahu
kalau Jun Hee mengira dirinya tidak menyetujui usulan Jun Hee. Dia lalu menepuk
pelan kepala Jun Hee. Lalu mulai berjalan.
"Kaja (ayo
pergi)!" ajak Youngjae menyadari Jun Hee masih diam di tempatnya.
***
Baru 15 menit menonton film romantis
itu, Jun Hee sudah tertidur. Kepalanya jatuh ke bahu kanan Youngjae membuat
Youngjae kaget tapi dia membiarkanya. Menurut Youngjae filmnya lumayan menarik,
tapi mungkin menurut Jun Hee filmnya membosankan. Dari awal Jun Hee sudah
bergerak-gerak gelisah dan sesekali menguap bosan.
Tiba-tiba Youngjae mendapat ide.
Dari info yang didapatnya tadi, durasi film ini adalah dua setengah jam. Itu
berarti masih ada waktu sekitar dua jam jika Youngjae mencoba untuk tidur dan
memasuki alam mimpi Jun Hee. Ini adalah kesempatan. Dia tidak boleh
melewatkannya.
Youngjae mengeset alarm di ponselnya
untuk waktu dua jam. Dia lalu menoleh pada Jun Hee dan membetulkan posisi Jun
Hee agar lebih nyaman. Youngjae menarik napas dan menghembuskannya 3 kali lalu
merapal mantra yang sudah lama dihapalnya untuk ritual ini. Youngjae mengangguk
yakin, lalu menggenggam telapak tangan kiri Jun Hee yang di mulai memejamkan
mata.
Youngjae harap semua akan baik-baik
saja.
***To be
Continued*** 140809
Tidak ada komentar:
Posting Komentar