Kamis, 26 Maret 2015

[FANFICTION] DATE (The Chronicles of Audy)


Catatan : Akhirnya kesampaian juga bikin fanfiction novel ini. Sayangnya kenapa gak kepikiran pas ada lombanya? Haha.Tapi ya sudahlah, ini jadi catatan pertama di tahun 2015 dan pertama kalinya aku bikin fanfiction berdasarkan karakter novel.

Disclaimer : Ceritanya hasil ide pemikiranku, dan karakternya milik sang author *hormat ke kak Orizuka* *sksd*

Happy reading~










***

Aku memeriksa hasil tulisan skripsi milik Audy setelah beberapa waktu ikut membantu menyusunnya. Kulirik Audy yang sedang melamun sambil menatap ke arah tumpukan buku-buku tebal yang dipinjamnya dari perpustakaan kampus.

"Audy," panggilku, membuatnya kaget lalu menatapku. "Jangan keseringan melamun, nanti jaringan syaraf di otakmu mati."

"Siapa yang melamun?" bantahnya sia-sia. "Aku cuma gugup, soalnya dua hari lagi bakal sidang skripsi."

Aku mengangkat sebelah alisku. "Oh... sindrom pra-eksekusi."

Mata Audy melebar. "REX!! Emangnya aku ini kriminal yang divonis mati?" Aku menyeringai. Menyenangkan sekali menggoda Audy yang notabene lebih tua lima tahun dariku tapi sering bertingkah kekanakan ini. Dia terlihat lucu dengan rambut yang digulung tinggi-tinggi dan pipi yang memerah setiap kali merasa malu.

Audy menghela napas. "Padahal Romeo sudah meluangkan waktunya buat ngajakin aku main Halo. Katanya aku butuh refreshing sebelum sidang, biar lebih rileks."

Aku menatap sebal Audy begitu dia mengucapkan kata 'Romeo'. "Apa kamu peluk-peluk Mas Romeo lagi sebagai selebrasi kemenangan?"

"Ya ampun! Kan sudah kubilang yang tempo hari itu refleks, Rex, refleks. Sekarang aku sudah lebih bisa kontrol diri." bela Audy membuatku memicingkan mata sangsi.

Jadi, kamu butuh refreshing?" tanyaku.

"Aku pikir begitu," gumam Audy.

"Kalau gitu, besok pagi kita ketemuan di depan mall XXX jam sepuluh pagi."

"Eh? Terus, sekolahmu?"

Aku terperangah menatap Audy. Cewek ini... apa dia juga bahkan tidak mengingat hari?

"Biasanya kalau hari Minggu sekolahku libur," kataku sarkastik.

"Ah, iya," Audy menepuk dahinya. "Aku kok bisa lupa ya kalau besok hari Minggu?" serunya heboh, membuatku hanya mendengus geli.

***

"Rex!"

Dari kejauhan, aku melihat Audy berlari ke arahku yang sedang menunggunya di depan pintu masuk sebuah mall di Kota Solo. Aku menghela napas lega karena akhirnya Audy menunjukkan batang hidungnya. Kulirik jam di pergelangan tangan kananku, pukul 10.25 WIB.

Dengan napas yang terengah-engah, Audy bicara. "Maaf... Rex... tapi... aku belum... telat kan?"

Aku memberinya tatapan bengis. "You're on time if you're five minutes earlier, and you're late if you're on time. Dan karena kamu terlambat 25 menit, itu artinya kamu terlambat setengah jam."

"Rex, aku kan sudah minta maaf. Jangan terlalu kaku lah," protes Audy sambil memasang tampang memelas. Rasanya aku ingin tertawa, lalu kuamati penampilannya hari ini.

Audy yang biasanya mengenakan celana training dan kaos oblong, hari ini mengenakan gaun sederhana yang manis. Walaupun rambutnya tetap digulung tinggi-tinggi, tapi aku menyadari kalau hari ini Audy mengenakan riasan wajah yang tipis.


"Jangan-jangan... kamu datang telat karena kelamaan dandan ya?" tebakku.

"Hah?" serunya kaget. "Ketahuan ya? Tapi... nggak berlebihan kan?"

Aku mengamati lagi penampilannya. Manis.

"Tumben, "komentarku, alih-alih memuji atau mengkritiknya. "Ya sudah, ayo masuk!" aku berjalan duluan memasuki mall.

"Emang kita mau ke mana sih, Rex?"

"Nonton." jawabku singkat.

"NONTON?!" Audy mengulang perkataanku. Responnya terlalu berlebihan. Apa ada yang salah dengan kalimatku?

"Bukannya kamu pernah bilang lebih suka aku ajak nonton film daripada ngerjain skripsi?"

"I-iya sih. Aku cuma nggak nyangka aja kalau kamu beneran ngajakin aku nonton film."

Aku pura-pura tidak mendengar kalimatnya dan hanya melirik Audy yang pipinya sudah memerah. Kami terus berjalan menuju XXI. Tapi begitu sampai di lobinya, aku tidak punya ide harus menonton film apa.

"Kenapa, Rex?" tanya Audy terdengar cemas. "Ah, aku lupa asmamu bisa kambuh kalau mesti berdesak-desakan pas ngantre. Kamu tunggu di sini dulu ya. Biar aku yang ngantre beli tiketnya."

"Aku--" Aku mau bilang kalau aku tidak tahu film apa yang harus ditonton. Tapi seakan sudah tahu apa yang ada di pikiranku, Audy langsung memotong.

"Udah, nggak apa-apa. Kebetulan Missy pernah ngerekomendasiin film yang menurutnya bagus. Kita nonton film itu aja. Gimana?"

"Terserah deh."

***

Di sinilah aku dan Audy. Di dalam gedung bioskop, menonton film 50 Shade of Gray. Film yang direkomendasikan oleh teman Audy. Film yang ternyata bergenre Romance-Adult-Maso--

Mataku terbelalak menyaksikan adegan di layar lebar itu, kulirik tajam Audy yang tampak menciut sambil menatapku takut-takut.

"Bagus banget ya film rekomendasi temanmu?" sindirku berbisik, supaya tidak mengganggu penonton lain. Suara-suara yang berasal dari film itu membuatku gerah walaupun berada di ruangan ber-AC.

"Maaf, Rex. Aku benar-benar nggak tahu kalau ternyata film ini bergenre Adult begini..."

"Ini sih bukan Adult lagi, tapi udah porn! Aku mau keluar aja deh. Di sini gerah." aku melangkah keluar gedung bioskop itu.

"Eh, Rex, tunggu. Tunggu!" Audy buru-buru mengikuti langkahku.

***

Alun-alun kota Solo.

Aku mengamati seorang bocah seusia Rafael yang sedang bermain bersama kedua orangtuanya. Aku tersenyum teringat momen yang pernah kurasakan seperti bocah itu dulu. Bermain-main bersama kedua orangtuaku, mas Regan dan juga mas Romeo. Jauh sebelum Rafael lahir.

Sejenak aku tertegun. Di usianya yang baru mencapai lima tahun, Rafael bahkan tidak punya memori tentang kedua orangtua kami. Tapi yang selama ini kurasakan hanya perasaan iri karena merasa perhatian kedua kakakku lebih tertuju pada Rafael dibanding aku.

"Ternyata aku memang masih anak kecil," gumamku.

"Apa, Rex? Soal film tadi? Yah, aku juga walau sudah 22 tahun tetap saja nggak suka nonton film dewasa kayak gitu. Jadi wajarlah kalau kamu ngerasa malu." cerocos Audy sambil cengar-cengir.

Aku menatap lekat-lekat Audy hingga dia berhenti nyengir dan sekarang menatapku bingung.

"A-ada apa? Mukaku aneh?"

Aku menggeleng. Berusaha menimbang-nimbang apakah harus mengatakan hal itu sekarang?

"Rex?" panggil Audy, membuatku kembali menatapnya.

"Hari Jumat kemarin, Ajeng ngungkapin perasaannya ke aku."

Audy melebarkan matanya mendengar kalimatku.

"Ajeng? Oh, cewek cantik, pintar dan kencang yang jadi sainganmu di sekolah itu ya?"

Aku mengerutkan alis mendengar deskripsi Audy tentang Ajeng. Tapi aku tetap melanjutkan kalimatku.

"Dia bilang kalau sudah sejak lama dia punya perasaan suka ke aku, dan berharap aku bisa membalas perasaannya."

Aku menunggu respon Audy, tapi dia malah menunduk sambil menggigit-gigit bibirnya.

"Maaf ya, Audy. Anggap saja ini kencan pertama dan terakhir kita. Karena aku sudah memutuskan buat bersama Ajeng," aku melirik Audy yang sekarang tampak membeku. Lalu kulanjutkan kalimatku, "Itu kan yang kamu pikirkan?"

"Ka-kalau emang itu keputusanmu--"

"Tapi aku bilang ke Ajeng aku nggak bisa. Aku masih punya tanggung jawab dengan orang yang sudah lebih dulu masuk ke pikiranku. Dan pilihanku cuma dua; harus cepat-cepat dewasa, atau menemukan mesin waktu supaya orang itu bisa balik ke usiaku yang sekarang." kataku sambil tersenyum.

"Orang itu... maksudnya aku?" tanya Audy dengan pipi memerah.

Aku memutar bola mataku. Kenapa sih, dia suka sekali menanyakan hal yang sudah jelas? Kualihkan pandanganku sambil menggaruk tengkuk. Lalu aku berdiri dan menoleh pada Audy.

"Ayo pulang!" ajakku sambil mengulurkan tangan kiriku dan segera disambut Audy sambil nyengir lebar.

Aku pun ikut tersenyum.Boleh kan aku menganggap ini sebagai...

First Date? :)


*SELESAI* 

Ujen 150204, 20.17 WIB.

4 komentar:

  1. Eh cocok nih. Maudy jadi Audy. Tapi Jonanthan sama William gak cocok. Rex bisa diperanin sama yang jadi Ananda di film Hijabers in Love. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, aku gak tau banyak artis-artis Indonesia. Jadi cuma itu yang melintas di otak waktu iseng-iseng mengkhayal seandainya TCOA difilm-kan :D

      Makasih kunjungannya~

      Hapus
  2. Keren bgt
    Asli ngakak ama film yg direkomendasiin missy wkwk
    Aduh bener" gak sabar nunggu buku keempat kak orizuka lagi 4 bulan sabar hahaaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh, makasih udah baca. Aku bikin ff ini gegara greget sama hubungan Audy-Rex.
      Ohiya, aku bikin 1 lagi ff TCOA, waktu itu buat persiapan kalau-kalau kak Orizuka gk ngelanjutin seri TCOA. Tapi ternyata TCOA bakal ada seri keempatnya, aku jadi gak sabar :D

      Hapus