Part 1
Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95 Art)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)
Part 2 : Don't Ever Look Back!
Jangan
pernah mencari aku yang dulu, dan jangan pernah merindukannya.
2008,
akhir Juli.
Serin tampak cemas
membongkar-bongkar isi tasnya. Berpuluh-puluh pasang mata di kelas
memperhatikannya, membuat Serin semakin panik. Lee Dong Gun sonsaengnim, guru Matematika mereka
perlahan berjalan menuju bangkunya. Setelah dilihatnya Serin tertunduk lemas, tatapannya
menajam seakan menemukan mangsa.
“Jadi, kau meninggalkan tugasmu?
Tugas kelompokmu?”
“Jweisonghamnida,” Serin minta maaf sambil membungkukkan badan
berkali-kali.
“Siapa anggota kelompokmu?”
Serin mendongak menatap Lee-ssaem, sambil menggigit bibirnya panik. “Anu…”
Grakk!
Suara pintu yang digeser secara
kasar menyentakkan perhatian semua orang, Minhyuk masuk ke dalam kelas dengan
santai seolah tidak terjadi apa-apa.
“Kang Minhyuk.” ucap Serin hampir
tidak terdengar.
Minhyuk yang baru saja duduk, menoleh
ke arah Serin begitu mendengar namanya disebut. “Wae?”
“Aku dan Minhyuk satu kelompok, Ssaem,”
Lee-ssaem menatap bergantian Serin dan Minhyuk, lalu menghela nafas.
“Kalian tahu kan saya tidak akan
menolerir kesalahan?” suara Lee-ssaem
menggema ke penjuru ruangan kelas.
“Ne~” jawab murid-muridnya serempak. Kecuali Serin dan Minhyuk.
“Jadi, kalian berdua, Hwang Serin
dan Kang Minhyuk. Sebagai hukumannya, kalian buat tiga rangkap tugas kemarin dan bersihkan gudang peralatan
olahraga saat jam istirahat. Arraseo?”
“Mwo?” protes Minhyuk dengan mata melotot. “Ssaem, kenapa aku juga dihukum padahal ini kesalahannya???”
“Ini tugas kelompok, Minhyuk. Jadi,
kau pun harus ikut bertanggung jawab.”
Minhyuk mendengus. “Heol~ Lain
kali, jangan pernah masukkan aku ke kelompok mana pun!” Minhyuk berdiri dan mendorong kursinya kasar,
lalu keluar dari kelas.
Lee-ssaem bahkan tidak
repot-repot menahannya.
***
Jam istirahat.
Minhyuk tampak bersemangat
membersihkan matras di setiap inci permukaannya. Serin yang melihat hal itu
tersenyum kecil, tidak menyangka Minhyuk akan menurut begitu saja dengan
hukuman ini. Sampai setelah Minhyuk selesai membersihkan matras itu dan
menghempaskan tubuh di atasnya.
Serin melongo.
“Kang Minhyuk, jangan tidur di
sana. Peralatan lain juga masih banyak yang harus dibersihkan!” Serin
menegurnya.
Minhyuk yang baru saja akan
memejamkan mata, menoleh dengan pandangan sebal ke arah Serin. “Kau saja yang
membersihkannya.”
“Hah?”
“Siapa juga orang bodoh yang
meninggalkan tugas kelompok di rumahnya? Semua ini gara-gara kau, seharusnya
aku tidak harus ikut bertanggung jawab, Bodoh!”
“Aku tahu aku bodoh, tapi jangan
mengulang-ulang kalimat itu terus. Aku minta maaf karena sudah lalai, tapi kan
kau tidak seharusnya—“
“Ah, aku haus.” Minhyuk memotong
kalimat Serin, lalu bangkit dari matras itu dan melangkah ringan keluar gudang.
“YA! Jangan kabur!”
***
Satu jam kemudian.
Serin menyeka keringat yang
membanjiri wajahnya dengan punggung tangan. Membersihkan seluruh bagian gudang
peralatan olahraga ini sendirian benar-benar melelahkan. Dia bahkan merasa
sudah tidak punya tenaga untuk sekedar berjalan. Lalu tiba-tiba dia teringat
pesan Lee-ssaem yang tadi sempat
datang untuk mengecek gudang itu. Serin bergegas meletakkan kemoceng yang
dipegangnya ke sebuah laci khusus peralatan sapu dan berjalan keluar dari
gudang untuk mencari Minhyuk.
Serin mencari ke setiap sudut
sekolah dan menemukan Minhyuk ada di sudut taman sekolah, dekat kolam ikan
bersama seorang murid laki-laki. Bukan orang yang sama yang dilihatnya tempo
hari.
Minhyuk menyudutkan orang itu ke
tembok. Tangannya mengepal, siap dilayangkan ke wajah orang yang ada di
depannya.
“Katakan sekali lagi, apa yang kau
ucapkan tadi!” nada suaranya terdengar mengancam, orang itu bahkan tidak berani
menatap Minhyuk dan hanya menundukkan kepalanya dngan sekujur tubuh gemetaran.
“M-maafkan aku, sunbaenim.”
Minhyuk mendengus geli. “Ani (tidak). Bukan itu yang tadi kau
ucapkan. Ppali marhaebwa (cepat katakan)!
Sebelum tinjuku melayang ke wajah cantikmu ini. Kau tidak ingin 'kan gagal
audisi karena bekas lebam di wajahmu, Ahn Junghwan?”
Orang yang bernama Junghwan itu
semakin gemetar. Dia tahu, diam ataupun bicara akan sama saja. Minhyuk tidak
akan membiarkan orang-orang membicarakan tentang keluarganya. Dia sedang sial
karena ikut membicarakan hal itu tepat saat Minhyuk ada di belakangnya saat
sedang membeli minuman di mesin penjual otomatis tadi.
Bukk!
Serin menjerit tertahan. Dia
menekap mulutnya dengan kedua tangan supaya Minhyuk tidak menyadarinya.
Akhirnya wajah Junghwan dihiasi
biru lebam, bahkan di sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.
“Ppali marhaebwa, saekkiya
(cepat katakan, brengsek)!!” Minhyuk berteriak penuh amarah, menatap Junghwan dengan mata berkilat-kilat lalu tiba-tiba dia
melepaskan cengkeramannya di kerah baju Junghwan dengan sedikit menyentakkan tubuh Junghwan ke belakang dan berbalik badan, melangkah
pergi.
Beberapa saat, matanya bertatapan
dengan mata Serin yang sedari tadi menyaksikan kejadian itu. Minhyuk
mengalihkan pandangannya.
“Kang Minhyuk!” panggil Serin,
mengikutinya. Minhyuk menghentikan langkahnya tanpa menoleh.
“Wae?”
Serin menghela nafas, “Tadi Lee-ssaem berpesan agar kau menemuinya di
ruang BK.”
“Aro (aku tahu).” jawab Minhyuk singkat lalu kembali melanjutkan
langkahnya.
“Neo wae irae (kenapa kau begini)?” ucap Serin tiba-tiba.
“Mwo?” akhirnya Minhyuk menoleh pada
Serin.
“Minhyuk yang aku kenal tidak
seperti ini. Kenapa kau harus berubah drastis begini?”
“Kalau begitu kita tidak usah
saling kenal.”
“Igeon mari dwae (apa ini masuk akal)? Kita adalah teman sekelas,
dan setiap hari bertemu. Apa masuk akal kalau kita tidak saling kenal?”
“Neo jinjja shikkeureo (kau benar-benar berisik)! Berhenti
membicarakan aku yang dulu. Waktu tiga tahun sudah banyak mengubahku. Aku
bahkan tidak akan repot-repot mengingat bagaimana aku yang dulu. Jangan
pusingkan dirimu dengan angan-angan bodoh itu!”
“Minhyuk-ah,”
“Aku lelah.” gumam Minhyuk tanpa
melihat Serin.
“Hwang Serin.”
Serin menoleh mendengar namanya
dipanggil, ternyata itu Jonghyun.
“Mwo hae (sedang apa)? Bel masuk sudah dari tadi berbunyi.”
“Tunggu sebentar,” ujar Serin.
“Keunyang ka (pergilah). Pacarmu sudah menjemput.” Setelah mengatakan
itu, Minhyuk malah berjalan duluan meninggalkan tempat itu. Serin hanya menatap
kosong ke arahnya.
Jonghyun mengamati punggung Minhyuk
yang semakin menjauh. Lalu mendekati Serin yang masih bergeming di tempatnya
berdiri.
“Mwoya (apa-apaan nih), dia mengira kita pacaran?” Jonghyun
mendengus geli.
Serin berdecak. “Kenapa kau
tiba-tiba muncul sih? Aku kan belum selesai bicara dengan Minhyuk.”
Jonghyun mengangkat bahu. “Aku
sudah ada di sini sejak beberapa saat yang lalu. Aku mendengar semua pembicaraan
kalian. Mian (maaf),” Jonghyun
buru-buru minta maaf begitu melihat Serin melotot padanya.
“…”
“Sudahlah, jangan memaksanya
seperti itu. Yakin saja suatu saat dia akan kembali menjadi Minhyuk yang dulu.”
“Tidak! Dia bilang dia sudah lelah
dengan keinginan semua orang tentang bagaimana dia yang dulu. Tapi, entah kenapa aku tidak
bisa membiarkannya menjadi liar seperti ini.”
“Kau perhatian sekali ya dengan
Minhyuk. Oppa jadi cemburu~” Jonghyun
berkata dengan nada sok imut.
Serin mendelik. “Musun oppa (apanya yang ‘oppa’)? Aku ini lebih tua sepuluh hari
darimu!”
“Tapi tetap saja, ibuku adalah
kakak ibumu, jadi kau tetap harus memanggilku ‘Oppa’.”
“Aishh, lama-lama aku bisa gila punya sepupu sepertimu.” Serin
tertawa frustasi.
Jonghyun tersenyum. “Aku hanya
ingin melihat sepupu kesayanganku ini tersenyum. Tidak boleh?”
Serin menarik sudut bibirnya ke
atas.
“Gomawo (terima kasih).”
Aku
juga ingin melihat Kang Minhyuk tersenyum dan tertawa lepas seperti dulu.
***To
be Continued***
150331, 19.23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar