Selasa, 31 Maret 2015

[FANFICTION] Blue Moon Lovers -Part 2-





Part 1


Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95 Art)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)

Part 2 : Don't Ever Look Back!




Jangan pernah mencari aku yang dulu, dan jangan pernah merindukannya.


2008, akhir Juli.

Serin tampak cemas membongkar-bongkar isi tasnya. Berpuluh-puluh pasang mata di kelas memperhatikannya, membuat Serin semakin panik. Lee Dong Gun sonsaengnim, guru Matematika mereka perlahan berjalan menuju bangkunya. Setelah dilihatnya Serin tertunduk lemas, tatapannya menajam seakan menemukan mangsa.

“Jadi, kau meninggalkan tugasmu? Tugas kelompokmu?”

Jweisonghamnida,” Serin minta maaf sambil membungkukkan badan berkali-kali.

“Siapa anggota kelompokmu?”

Serin mendongak menatap Lee-ssaem, sambil menggigit bibirnya panik. “Anu…”

Grakk!

Suara pintu yang digeser secara kasar menyentakkan perhatian semua orang, Minhyuk masuk ke dalam kelas dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.

“Kang Minhyuk.” ucap Serin hampir tidak terdengar.

Minhyuk yang baru saja duduk, menoleh ke arah Serin begitu mendengar namanya disebut. “Wae?”

“Aku dan Minhyuk satu kelompok, Ssaem,”

Lee-ssaem menatap bergantian Serin dan Minhyuk, lalu menghela nafas.

“Kalian tahu kan saya tidak akan menolerir kesalahan?” suara Lee-ssaem menggema ke penjuru ruangan kelas.

Ne~” jawab murid-muridnya serempak. Kecuali Serin dan Minhyuk.

“Jadi, kalian berdua, Hwang Serin dan Kang Minhyuk. Sebagai hukumannya, kalian buat tiga rangkap tugas  kemarin dan bersihkan gudang peralatan olahraga saat jam istirahat. Arraseo?”

Mwo?” protes Minhyuk dengan mata melotot. “Ssaem, kenapa aku juga dihukum padahal ini kesalahannya???”

“Ini tugas kelompok, Minhyuk. Jadi, kau pun harus ikut bertanggung jawab.”

Minhyuk mendengus. “Heol~ Lain kali, jangan pernah masukkan aku ke kelompok mana pun!”  Minhyuk berdiri dan mendorong kursinya kasar, lalu keluar dari kelas.

Lee-ssaem bahkan tidak  repot-repot menahannya.

***

Jam istirahat.

Minhyuk tampak bersemangat membersihkan matras di setiap inci permukaannya. Serin yang melihat hal itu tersenyum kecil, tidak menyangka Minhyuk akan menurut begitu saja dengan hukuman ini. Sampai setelah Minhyuk selesai membersihkan matras itu dan menghempaskan tubuh di atasnya.

Serin melongo.

“Kang Minhyuk, jangan tidur di sana. Peralatan lain juga masih banyak yang harus dibersihkan!” Serin menegurnya.

Minhyuk yang baru saja akan memejamkan mata, menoleh dengan pandangan sebal ke arah Serin. “Kau saja yang membersihkannya.”

“Hah?”

“Siapa juga orang bodoh yang meninggalkan tugas kelompok di rumahnya? Semua ini gara-gara kau, seharusnya aku tidak harus ikut bertanggung jawab, Bodoh!”

“Aku tahu aku bodoh, tapi jangan mengulang-ulang kalimat itu terus. Aku minta maaf karena sudah lalai, tapi kan kau tidak seharusnya—“

“Ah, aku haus.” Minhyuk memotong kalimat Serin, lalu bangkit dari matras itu dan melangkah ringan keluar gudang.

YA! Jangan kabur!”

***

Satu jam kemudian.

Serin menyeka keringat yang membanjiri wajahnya dengan punggung tangan. Membersihkan seluruh bagian gudang peralatan olahraga ini sendirian benar-benar melelahkan. Dia bahkan merasa sudah tidak punya tenaga untuk sekedar berjalan. Lalu tiba-tiba dia teringat pesan Lee-ssaem yang tadi sempat datang untuk mengecek gudang itu. Serin bergegas meletakkan kemoceng yang dipegangnya ke sebuah laci khusus peralatan sapu dan berjalan keluar dari gudang untuk mencari Minhyuk.

Serin mencari ke setiap sudut sekolah dan menemukan Minhyuk ada di sudut taman sekolah, dekat kolam ikan bersama seorang murid laki-laki. Bukan orang yang sama yang dilihatnya tempo hari.

Minhyuk menyudutkan orang itu ke tembok. Tangannya mengepal, siap dilayangkan ke wajah orang yang ada di depannya.

“Katakan sekali lagi, apa yang kau ucapkan tadi!” nada suaranya terdengar mengancam, orang itu bahkan tidak berani menatap Minhyuk dan hanya menundukkan kepalanya dngan sekujur tubuh gemetaran.

“M-maafkan aku, sunbaenim.”

Minhyuk mendengus geli. “Ani (tidak). Bukan itu yang tadi kau ucapkan. Ppali marhaebwa (cepat katakan)! Sebelum tinjuku melayang ke wajah cantikmu ini. Kau tidak ingin 'kan gagal audisi karena bekas lebam di wajahmu, Ahn Junghwan?”

Orang yang bernama Junghwan itu semakin gemetar. Dia tahu, diam ataupun bicara akan sama saja. Minhyuk tidak akan membiarkan orang-orang membicarakan tentang keluarganya. Dia sedang sial karena ikut membicarakan hal itu tepat saat Minhyuk ada di belakangnya saat sedang membeli minuman di mesin penjual otomatis tadi.

Bukk!

Serin menjerit tertahan. Dia menekap mulutnya dengan kedua tangan supaya Minhyuk tidak menyadarinya.

Akhirnya wajah Junghwan dihiasi biru lebam, bahkan di sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.

Ppali marhaebwa, saekkiya (cepat katakan, brengsek)!!” Minhyuk berteriak penuh amarah, menatap Junghwan dengan mata berkilat-kilat lalu tiba-tiba dia melepaskan cengkeramannya di kerah baju Junghwan dengan sedikit menyentakkan tubuh Junghwan ke belakang dan berbalik badan, melangkah pergi.

Beberapa saat, matanya bertatapan dengan mata Serin yang sedari tadi menyaksikan kejadian itu. Minhyuk mengalihkan pandangannya.

“Kang Minhyuk!” panggil Serin, mengikutinya. Minhyuk menghentikan langkahnya tanpa menoleh.

Wae?”

Serin menghela nafas, “Tadi Lee-ssaem berpesan agar kau menemuinya di ruang BK.”

Aro (aku tahu).” jawab Minhyuk singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Neo wae irae (kenapa kau begini)?” ucap Serin tiba-tiba.

Mwo?” akhirnya Minhyuk menoleh pada Serin.        

“Minhyuk yang aku kenal tidak seperti ini. Kenapa kau harus berubah drastis begini?”

“Kalau begitu kita tidak usah saling kenal.”

Igeon mari dwae (apa ini masuk akal)? Kita adalah teman sekelas, dan setiap hari bertemu. Apa masuk akal kalau kita tidak saling kenal?”

Neo jinjja shikkeureo (kau benar-benar berisik)! Berhenti membicarakan aku yang dulu. Waktu tiga tahun sudah banyak mengubahku. Aku bahkan tidak akan repot-repot mengingat bagaimana aku yang dulu. Jangan pusingkan dirimu dengan angan-angan bodoh itu!”

“Minhyuk-ah,”

“Aku lelah.” gumam Minhyuk tanpa melihat Serin.

“Hwang Serin.”

Serin menoleh mendengar namanya dipanggil, ternyata itu Jonghyun.

Mwo hae (sedang apa)? Bel masuk sudah dari tadi berbunyi.”

“Tunggu sebentar,” ujar Serin.

Keunyang ka (pergilah). Pacarmu sudah menjemput.” Setelah mengatakan itu, Minhyuk malah berjalan duluan meninggalkan tempat itu. Serin hanya menatap kosong ke arahnya.

Jonghyun mengamati punggung Minhyuk yang semakin menjauh. Lalu mendekati Serin yang masih bergeming di tempatnya berdiri.

Mwoya (apa-apaan nih), dia mengira kita pacaran?” Jonghyun mendengus geli.

Serin berdecak. “Kenapa kau tiba-tiba muncul sih? Aku kan belum selesai bicara dengan Minhyuk.”

Jonghyun mengangkat bahu. “Aku sudah ada di sini sejak beberapa saat yang lalu. Aku mendengar semua pembicaraan kalian. Mian (maaf),” Jonghyun buru-buru minta maaf begitu melihat Serin melotot padanya.

“…”

“Sudahlah, jangan memaksanya seperti itu. Yakin saja suatu saat dia akan kembali menjadi Minhyuk yang dulu.”

“Tidak! Dia bilang dia sudah lelah dengan keinginan semua orang tentang bagaimana dia yang dulu. Tapi, entah kenapa aku tidak bisa membiarkannya menjadi liar seperti ini.”

“Kau perhatian sekali ya dengan Minhyuk. Oppa jadi cemburu~” Jonghyun berkata dengan nada sok imut.

Serin mendelik. “Musun oppa (apanya yang ‘oppa’)? Aku ini lebih tua sepuluh hari darimu!”

“Tapi tetap saja, ibuku adalah kakak ibumu, jadi kau tetap harus memanggilku ‘Oppa’.”

Aishh, lama-lama aku bisa gila punya sepupu sepertimu.” Serin tertawa frustasi.

Jonghyun tersenyum. “Aku hanya ingin melihat sepupu kesayanganku ini tersenyum. Tidak boleh?”

Serin menarik sudut bibirnya ke atas.

Gomawo (terima kasih).”

Aku juga ingin melihat Kang Minhyuk tersenyum dan tertawa lepas seperti dulu.

***To be Continued***

150331, 19.23



Tidak ada komentar:

Posting Komentar