Senin, 30 Maret 2015

[FANFICTION] Blue Moon Lovers




Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95 Art)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)

Part 1 : My Old Friend



Prolog
Awalnya, kupikir pertemuan kembali denganmu itu bagaikan fenomena Komet Halley, yang hanya berulang setiap 75 tahun sekali, sehingga hampir mustahil bagiku  kembali melihat untuk yang kedua kalinya. Namun ternyata yang kita alami bagaikan peristiwa Blue Moon, walau hampir mustahil, tapi hanya butuh waktu 3 tahun saja.

Untuk kita kembali berjumpa.
.
.

Sebuah apartemen di distrik Jung-gu, kota Seoul.

“Hwang Serin~”

“Hwang Serin!”

YA, Serin-ah!”

Satu teriakan itu berhasil mengembalikan Serin ke alam sadar. Serin mengucek kelopak matanya, sebisa mungkin berusaha membersihkan kotoran yang mungkin bertebaran di sana. Dia menoleh ke asal suara dan mendapati seseorang dengan tinggi lumayan menjulang menggeleng-gelengkan kepala dengan kedua tangan disilangkan di depan dada.

Ya… bagaimana bisa kau ketiduran lagi di depan komputermu? Bukankah aku sudah bilang, batas waktu kerjamu itu pukul 10 malam? Kau mulai berani membantahku ya?”

“Bu-bukan begitu maksudku… tapi… Jagiya, aku sedang dikejar deadline—“ bantah Serin dengan tergeragap, masih berusaha mengembalikan kesadarannya.

Aishh, sudah kubilang aku benci dengan segala panggilan norak itu. Berhenti memanggilku ‘Jagiya’! Panggil saja namaku!” Orang di depannya ini mulai merengut sebal. Serin senang sekali menggodanya begini, dia terlihat seperti anak kecil dengan segala tingkah menggemaskannya.

"Kenapa menatapku begitu?” tanya orang itu  terlihat salah tingkah.

“Tidak kenapa-kenapa,” jawab Serin berusaha terlihat polos.

Tahu-tahu, orang itu mencondongkan wajahnya sehingga berjarak dekat sekali dengan Serin, membuat Serin tersentak kaget dan mundur sehingga  kursi beroda yang dia duduki ikut terdorong ke belakang dan hampir menabrak meja computer di depannya.

“A-apa yang mau kau lakukan, Byuntae?!” seru Serin sambil mendorong tubuh cowok di depannya  menjauh.

Cowok itu terperangah. Mata kecilnya terbelalak.

“Barusan… kau menyebutku.. apa? Byuntae? Mesum? Hah, sepertinya kau harus diberi pelajaran! Ikut aku!” dia menarik lengan Serin dan membawanya keluar dari ruang kerja.

YA!!!” Serin berusaha melepaskan cengkramannya, tapi gagal.

Cowok ini memang tidak pernah berubah, batin Serin.


***

Tujuh tahun yang lalu. Juli 2008.


“Hwang Serin!” Serin menghentikan langkahnya seraya tersenyum ke arah sesosok cowok berambut sedikit ikal bermata seperti elang, Lee Jonghyun. Jonghyun berlari menghampirinya sambil membawakan beberapa buku dari tangan Serin.

“Terima kasih,” ucap Serin.

Jonghyun hanya tersenyum. Mereka pun kembali melanjutkan langkah menuju kelas.

“Sudah mengerjakan tugas Park-ssaem?” tanya Jonghyun, membuat Serin ingat kalau tugas sastra Korea dari guru terkejam itu sudah membuatnya rela kehilangan waktu tidur yang sudah sangat minim.

“Begitulah. Neon eotthae (bagaimana denganmu)?”

Jonghyun meringis.

“Kurasa aku hampir gila. Park-ssaem tega sekali member PR serumit itu.”

Serin tertawa mendengar kalimat Jonghyun. Mana mungkin! Salah satu murid terpintar di SMA Parang ini bisa gila hanya karena PR sastra Korea?

Tiba-tiba, sebuah pemandangan mengusik Serin. Dia menghentikan langkah dan mengamati apa yang terjadi di depannya. Tepat di seberang kolam ikan di taman sekolah, terlihat ada seorang cowok sedang mencengkeram kerah baju cowok lainnya.

Jonghyun mendengus. “Hh, Kang Minhyuk sudah berulah pagi-pagi begini,” komentarnya sinis.
Serin menatap Jonghyun sekilas, lalu kembali menatap Minhyuk.
“Kenapa dia seperti itu?” tanyanya.
“Yeah, dia hanyalah Mama’s boy yang berusaha menjadi Trouble Maker di sekolah. Kurang perhatian, mungkin.”

Serin menghela nafas. “Padahal dulu dia tidak begitu.”

“Oh? Kau pernah mengenalnya?” tanya Jonghyun penasaran.

Serin mengangguk. “Waktu SD aku pernah sekelas dengannya. Seingatku dia anak yang manis dan pemalu, bukan seorang bad boy seperti sekarang.”

“Kudengar dia berubah setelah kedua orangtuanya bercerai. Jadi bisa dibilang keluarganya broken home.”

“Aku juga sering mendengar kalau anak dari keluarga broken home biasanya memang berusaha mencari perhatian di luar rumah,” Serin menimpali penjelasan Jonghyun. “Hei, kenapa kau tidak mencoba berteman dengannya?”

Jonghyun terperangah dengan usulan Serin.

Dwaegeotteun (tidak usah ya)~ Kau lihat orang di sana,” Jonghyun menunjuk cowok berkacamata yang sedang diintimidasi oleh Minhyuk. “Dia salah satu orang yang mencoba berteman dengan Minhyuk dan lihat apa yang didapatnya! Sebagai murid baru, kusarankan kau untuk hati-hati. Mengerti?”

Heol~ lalu kenapa orang seperti dia dibiarkan ada di sekolah ini?”

“Hukum rimba masih berlaku di sini, siapa yang kuat, dia yang menang. Ayah Minhyuk itu, well, penyumbang dana terbesar yayasan sekolah ini. Kau hanya akan dapat masalah jika berhubungan dengan anak semata wayangnya. Bahkan guru-guru saja tidak ada yang berani menghadapinya.”

Serin kembali menghela nafas berat.


***


Ada satu hal lagi yang membuat sekolah seakan membiarkan kelakuan Minhyuk. Fakta bahwa ternyata Minhyuk adalah murid yang pintar. Dia selalu menduduki peringkat pertama di sekolah dengan nilai-nilai akademis yang hampir selalu sempurna. Kecuali mungkin untuk pelajaran Etika.

Serin menoleh pada Jonghyun yang berdiri di sampingnya. Saat ini mereka sedang melihat hasil tes tengah semester di sebuah papan pengumuman. Nama Lee Jonghyun berada di urutan ke tiga, sedangkan Serin ada di urutan ke 28 dari semua murid kelas XI SMA Parang.

“Kau tidak pernah bilang padaku kalau dia murid terpintar di sini?” Serin memicingkan mata pada Jonghyun.

Jonghyun  tersenyum sambil mengangkat bahu. “Kau kan tidak pernah bertanya.”

“Iya juga sih.” Serin menyetujui ucapan Jonghyun.

“Sampai sekarang aku tidak percaya orang seperti dia masih bisa berada di urutan pertama dari semua murid di sini. Padahal di kelas, dia tidak pernah terlihat memperhatikan pelajaran.”

“Tapi… dia memang sudah sejak dulu pintar sih,” gumam Serin.

“Wahh, sepertinya dulu kau akrab sekali dengannya ya? Aku jadi cemburu,” sindir Jonghyun dengan nada bercanda.

Serin mendelik pada Jonghyun. “Mendengar kalimat itu darimu, entah kenapa membuatku merinding.”

YA!” Jonghyun berdecak sebal.

“Hahaha, ayo, kembali ke kelas. Bel sudah berbunyi.” Serin merangkul bahu Jonghyun yang jauh lebih tinggi darinya, membuat Jonghyun terpaksa membungkukkan badannya

***

Serin melongo menatap lembaran-lembaran kertas HVS dan buku-buku tebal di atas meja. Di depannya, Minhyuk duduk dengan sebelah kaki di angkat di atas kursi, mengamati Serin dengan pandangan malas.

“Aiyoo~ jadi kita ini mau mulai mengerjakan atau bagaimana?” gerutu Minhyuk sebal.

“Tugas-tugas ini terlalu banyak. Tidak mungkin dikerjakan dalam waktu sehari saja.” Serin masih menatap kosong kertas-kertas di depannya.

“Ck, inilah kenapa aku tidak suka harus kerja kelompok. Apalagi dengan orang bodoh sepertimu.”

“Aku tidak bodoh!” protes Serin. “Buktinya aku masih bisa di peringkat ke 28 dari 160 siswa kelas XI.”

Minhyuk kembali mengamati Serin, lalu menyeringai seolah mengejek. “Seingatku dulu kau lebih pintar dariku.”

Serin tertegun mendengar kalimat Minhyuk.

Wae (kenapa)?!” tanya Minhyuk jengah.

“Kau… ingat aku?”

Minhyuk mendengus. “Mana mungkin aku lupa, kan, Hwang Sakarin?”

Mwo (apa)? Sakarin?”

Geurae (benar), Sakarin. Dulu kan kau gendut sekali, seperti kecanduan sakarin.”

“Kang Minhyuk…”

“Jadi, kapan kita akan mulai mengerjakannya?” Minhyuk mengalihkan pembicaraan.

“Kenapa kau berubah?” Serin melanjutkan kalimatnya. Minhyuk yang sedang membuka tutup bolpennya tertegun.

Mwo?”

“Dulu, kau adalah anak yang pendiam dan manis. Tapi sekarang kau berubah menjadi seperti preman. Kau bahkan bertingkah seolah-olah tidak mengenalku.”

Minhyuk mengeraskan rahangnya.

“Aku akan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaannya. Kau yang menuliskan dan mengetiknya. Jangan lupa besok dibawa!” lagi-lagi Minhyuk mengalihkan pembicaraannya.

“…”

Arraseo (mengerti)?”

Serin mengangguk lesu. “O (ya).”

Minhyuk mengepalkan tangannya diam-diam. Lalu menghembuskan nafas dan mulai mengerjakan soal-soal di bukunya.

Masalah di rumahnya sudah cukup rumit. Dan dia tidak ingin ada yang mengetahui lukanya. Termasuk Serin.

***To be Continued***
150330, 20.14.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar