Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95 Art)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)
Part 1 : My Old Friend
Prolog
Awalnya,
kupikir pertemuan kembali denganmu itu bagaikan fenomena Komet Halley, yang
hanya berulang setiap 75 tahun sekali, sehingga hampir mustahil bagiku kembali melihat untuk yang kedua kalinya.
Namun ternyata yang kita alami bagaikan peristiwa Blue Moon, walau hampir mustahil, tapi
hanya butuh waktu 3 tahun saja.
Untuk
kita kembali berjumpa.
.
Sebuah apartemen di distrik
Jung-gu, kota Seoul.
“Hwang Serin~”
“Hwang Serin!”
“YA, Serin-ah!”
Satu teriakan itu berhasil
mengembalikan Serin ke alam sadar. Serin mengucek kelopak matanya, sebisa
mungkin berusaha membersihkan kotoran yang mungkin bertebaran di sana. Dia
menoleh ke asal suara dan mendapati seseorang dengan tinggi lumayan menjulang
menggeleng-gelengkan kepala dengan kedua tangan disilangkan di depan dada.
“Ya… bagaimana bisa kau ketiduran lagi di depan komputermu? Bukankah
aku sudah bilang, batas waktu kerjamu itu pukul 10 malam? Kau mulai berani
membantahku ya?”
“Bu-bukan begitu maksudku… tapi… Jagiya, aku sedang dikejar deadline—“ bantah Serin dengan
tergeragap, masih berusaha mengembalikan kesadarannya.
“Aishh, sudah kubilang aku benci dengan segala panggilan norak itu.
Berhenti memanggilku ‘Jagiya’!
Panggil saja namaku!” Orang di depannya ini mulai merengut sebal. Serin senang
sekali menggodanya begini, dia terlihat seperti anak kecil dengan segala
tingkah menggemaskannya.
"Kenapa menatapku begitu?” tanya
orang itu terlihat salah tingkah.
“Tidak kenapa-kenapa,” jawab Serin
berusaha terlihat polos.
Tahu-tahu, orang itu mencondongkan
wajahnya sehingga berjarak dekat sekali dengan Serin, membuat Serin tersentak
kaget dan mundur sehingga kursi beroda yang dia duduki ikut terdorong
ke belakang dan hampir menabrak meja computer di depannya.
“A-apa yang mau kau lakukan, Byuntae?!” seru Serin sambil mendorong
tubuh cowok di depannya menjauh.
Cowok itu terperangah. Mata
kecilnya terbelalak.
“Barusan… kau menyebutku.. apa? Byuntae? Mesum? Hah, sepertinya kau
harus diberi pelajaran! Ikut aku!” dia menarik lengan Serin dan membawanya
keluar dari ruang kerja.
“YA!!!” Serin berusaha melepaskan cengkramannya, tapi gagal.
Cowok
ini memang tidak pernah berubah, batin Serin.
***
Tujuh
tahun yang lalu. Juli 2008.
“Hwang Serin!” Serin menghentikan
langkahnya seraya tersenyum ke arah sesosok cowok berambut sedikit ikal bermata
seperti elang, Lee Jonghyun. Jonghyun berlari menghampirinya sambil membawakan
beberapa buku dari tangan Serin.
“Terima kasih,” ucap Serin.
Jonghyun hanya tersenyum. Mereka
pun kembali melanjutkan langkah menuju kelas.
“Sudah mengerjakan tugas Park-ssaem?” tanya Jonghyun, membuat Serin
ingat kalau tugas sastra Korea dari guru terkejam itu sudah membuatnya rela
kehilangan waktu tidur yang sudah sangat minim.
“Begitulah. Neon eotthae (bagaimana denganmu)?”
Jonghyun meringis.
“Kurasa aku hampir gila. Park-ssaem tega sekali member PR serumit itu.”
Serin tertawa mendengar kalimat
Jonghyun. Mana mungkin! Salah satu murid terpintar di SMA Parang ini bisa gila
hanya karena PR sastra Korea?
Tiba-tiba, sebuah pemandangan mengusik
Serin. Dia menghentikan langkah dan mengamati apa yang terjadi di depannya.
Tepat di seberang kolam ikan di taman sekolah, terlihat ada seorang cowok
sedang mencengkeram kerah baju cowok lainnya.
Jonghyun mendengus. “Hh, Kang
Minhyuk sudah berulah pagi-pagi begini,” komentarnya sinis.
Serin menatap Jonghyun sekilas,
lalu kembali menatap Minhyuk.
“Kenapa dia seperti itu?” tanyanya.
“Yeah, dia hanyalah Mama’s boy yang
berusaha menjadi Trouble Maker di sekolah. Kurang perhatian, mungkin.”
Serin menghela nafas. “Padahal dulu
dia tidak begitu.”
“Oh? Kau pernah mengenalnya?” tanya
Jonghyun penasaran.
Serin mengangguk. “Waktu SD aku
pernah sekelas dengannya. Seingatku dia anak yang manis dan pemalu, bukan
seorang bad boy seperti sekarang.”
“Kudengar dia berubah setelah kedua
orangtuanya bercerai. Jadi bisa dibilang keluarganya broken home.”
“Aku juga sering mendengar kalau
anak dari keluarga broken home
biasanya memang berusaha mencari perhatian di luar rumah,” Serin menimpali
penjelasan Jonghyun. “Hei, kenapa kau tidak mencoba berteman dengannya?”
Jonghyun terperangah dengan usulan
Serin.
“Dwaegeotteun (tidak usah ya)~ Kau lihat orang di sana,” Jonghyun
menunjuk cowok berkacamata yang sedang diintimidasi oleh Minhyuk. “Dia salah
satu orang yang mencoba berteman dengan Minhyuk dan lihat apa yang didapatnya!
Sebagai murid baru, kusarankan kau untuk hati-hati. Mengerti?”
“Heol~ lalu kenapa orang seperti dia dibiarkan ada di sekolah ini?”
“Hukum rimba masih berlaku di sini,
siapa yang kuat, dia yang menang. Ayah Minhyuk itu, well, penyumbang dana terbesar yayasan sekolah ini. Kau hanya akan
dapat masalah jika berhubungan dengan anak semata wayangnya. Bahkan guru-guru
saja tidak ada yang berani menghadapinya.”
Serin kembali menghela nafas berat.
***
Ada satu hal lagi yang membuat
sekolah seakan membiarkan kelakuan Minhyuk. Fakta bahwa ternyata
Minhyuk adalah murid yang pintar. Dia selalu menduduki peringkat pertama di
sekolah dengan nilai-nilai akademis yang hampir selalu sempurna. Kecuali
mungkin untuk pelajaran Etika.
Serin menoleh pada Jonghyun yang
berdiri di sampingnya. Saat ini mereka sedang melihat hasil tes tengah semester
di sebuah papan pengumuman. Nama Lee Jonghyun berada di urutan ke tiga,
sedangkan Serin ada di urutan ke 28 dari semua murid kelas XI SMA Parang.
“Kau tidak pernah bilang padaku
kalau dia murid terpintar di sini?” Serin memicingkan mata pada Jonghyun.
Jonghyun tersenyum sambil mengangkat bahu. “Kau kan
tidak pernah bertanya.”
“Iya juga sih.” Serin menyetujui
ucapan Jonghyun.
“Sampai sekarang aku tidak percaya
orang seperti dia masih bisa berada di urutan pertama dari semua murid di sini.
Padahal di kelas, dia tidak pernah terlihat memperhatikan pelajaran.”
“Tapi… dia memang sudah sejak dulu
pintar sih,” gumam Serin.
“Wahh, sepertinya dulu kau akrab
sekali dengannya ya? Aku jadi cemburu,” sindir Jonghyun dengan nada bercanda.
Serin mendelik pada Jonghyun. “Mendengar
kalimat itu darimu, entah kenapa membuatku merinding.”
“YA!” Jonghyun berdecak sebal.
“Hahaha, ayo, kembali ke kelas. Bel
sudah berbunyi.” Serin merangkul bahu Jonghyun yang jauh lebih tinggi darinya,
membuat Jonghyun terpaksa membungkukkan badannya
***
Serin melongo menatap
lembaran-lembaran kertas HVS dan buku-buku tebal di atas meja. Di depannya,
Minhyuk duduk dengan sebelah kaki di angkat di atas kursi, mengamati Serin
dengan pandangan malas.
“Aiyoo~ jadi kita ini mau mulai
mengerjakan atau bagaimana?” gerutu Minhyuk sebal.
“Tugas-tugas ini terlalu banyak.
Tidak mungkin dikerjakan dalam waktu sehari saja.” Serin masih menatap kosong
kertas-kertas di depannya.
“Ck, inilah kenapa aku tidak suka
harus kerja kelompok. Apalagi dengan orang bodoh sepertimu.”
“Aku tidak bodoh!” protes Serin. “Buktinya
aku masih bisa di peringkat ke 28 dari 160 siswa kelas XI.”
Minhyuk kembali mengamati Serin,
lalu menyeringai seolah mengejek. “Seingatku dulu kau lebih pintar dariku.”
Serin tertegun mendengar kalimat
Minhyuk.
“Wae (kenapa)?!” tanya Minhyuk jengah.
“Kau… ingat aku?”
Minhyuk mendengus. “Mana mungkin
aku lupa, kan, Hwang Sakarin?”
“Mwo (apa)? Sakarin?”
“Geurae (benar), Sakarin. Dulu kan kau gendut sekali, seperti
kecanduan sakarin.”
“Kang Minhyuk…”
“Jadi, kapan kita akan mulai
mengerjakannya?” Minhyuk mengalihkan pembicaraan.
“Kenapa kau berubah?” Serin
melanjutkan kalimatnya. Minhyuk yang sedang membuka tutup bolpennya tertegun.
“Mwo?”
“Dulu, kau adalah anak yang pendiam
dan manis. Tapi sekarang kau berubah menjadi seperti preman. Kau bahkan
bertingkah seolah-olah tidak mengenalku.”
Minhyuk mengeraskan rahangnya.
“Aku akan menyelesaikan
pertanyaan-pertanyaannya. Kau yang menuliskan dan mengetiknya. Jangan lupa
besok dibawa!” lagi-lagi Minhyuk mengalihkan pembicaraannya.
“…”
“Arraseo (mengerti)?”
Serin mengangguk lesu. “O (ya).”
Minhyuk mengepalkan tangannya
diam-diam. Lalu menghembuskan nafas dan mulai mengerjakan soal-soal di bukunya.
Masalah di rumahnya sudah cukup
rumit. Dan dia tidak ingin ada yang mengetahui lukanya. Termasuk Serin.
150330,
20.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar