Jumat, 11 September 2015

[Fanfiction] BEFORE THE FULL MOON RISES part 5 (Final)




[Fanfiction] BEFORE THE FULL MOON RISES part 5 (Final)
Authorized by : Ujen / 박수잔
Cast(s) : Moon Ga Young & GOT7 (Mark, Jr., JB, Jackson, Youngjae, Bambam & Yugyeom)
Genre : School life, Fantasy
Disclaimer : The story and cover are belong to me.
Chapter 5 : Blue Moon







“APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI?” Jinyoung menatap tajam Youngjae dan Mark yang ada di perpustakaan milik kakek mereka. Di sekitar mereka, beberapa buku tampak berserakan.

“Jinyoung?” Youngjae berseru kaget.

“Kenapa kalian ada di sini? Kalian tahu kan hanya anggota kerajaan saja yang—“

“Kalau kau lupa, aku juga termasuk anggota kerajaan!” potong Youngjae membuat tatapan Jinyoung mengarah padanya.

“Benarkah? Kupikir kau sudah akan keluar dari silsilah kerajaan Centauri,” sindir Jinyoung.

“Maaf saja, aku baru akan keluar setelah aku berhasil menemukan cara menggagalkan Ritual Jiwa Murni itu,” balas Youngjae tidak kalah tajam.

Mworago (apa kau bilang)? Menggagalkan ritual yang sudah ditunggu-tunggu itu? Memangnya kau punya kekuatan untuk itu? Lagipula, sebagai Putra Mahkota aku tidak akan membiarkanmu melakukannya. Dan kau, Mark, kau harus ingat bahwa kau adalah orangku, bukan di pihak Youngjae.”

Mark menatap Jinyoung sedih. “Maaf, Jinyoung. Saat ini, aku akan membiarkan nuraniku yang bekerja. Aku akan mengumpulkan keberanian yang selama ini kupendam demi menyelamatkan Ga Young.”

Jinyoung mendengus geli. “Naga (keluar),” usirnya. Namun Mark dan Youngjae belum bergerak dari tempat mereka.

Andeureo (tidak dengar)? NAGARAGO (KUBILANG KELUAR)!!!” bentak Jinyoung, kali ini Mark dan Youngjae terpaksa harus keluar dari ruangan itu.

“Aku harap kau bisa kembali menjadi dirimu sendiri, Jinyoung.” Mark menepuk bahu kanan Jinyoung sebelum akhirnya keluar dari perpustakaan itu.

Jinyoung menatap sedih bahunya yang barusan ditepuk Mark. Kembali menjadi diriku sendiri? Aku harap aku memiliki keberanian sepertimu, batinnya. Matanya kemudian menatap lurus sebuah kotak hitam di antara rak buku deret kedua paling kanan. Kakinya berjalan perlahan mendekati kotak itu. Buku yang dicari Youngjae ada di sana.

Jinyoung ingat kakek mereka—kakeknya dan Youngjae—selalu menyimpan buku-buku berharga miliknya di kotak itu. Kotak itu terkunci dan hanya bisa dibuka dengan sidik jari tangannya atau juga tangan Youngjae. Tadi dia mendengar percakapan Youngjae dan Mark yang mencari buku misterius itu di perpustakaan ini. Tapi tiba-tiba dia ingat bisa gawat jadinya kalau mereka berdua ketahuan ayah Jinyoung berada di perpustakaan ini. Makanya Jinyoung mengusir mereka berdua sebelum ketahuan oleh ayahnya. Jinyoung hanya berharap Youngjae dan Mark tidak salah paham terhadapnya. Dia bertekad akan membantu Mark, tidak peduli walaupun kerajaan Centauri menjadi taruhannya. Dia sudah muak hidup sebagai Putra Mahkota yang penuh beban.

Jinyoung mengusap bentuk kunci di kotak itu dengan ibu jari tangan kanannya. Kotak itu perlahan terbuka dan tampaklah buku misterius itu. Buku yang sudah berusia sangat tua itu terlihat terawat dengan baik. Jinyoung mengangkat buku itu dan mengeluarkannya dari kotak.

Kalau memang kakek tidak berbohong, seharusnya di buku ini ada cara untuk menggagalkan ritual itu.

***

Pagi berikutnya.

Mark menunggu dengan tidak sabar di depan rumah Ga Young. Begitu melihat Ga Young keluar dari rumahnya, Mark tersenyum kecil, namun senyum itu langsung pudar begitu melihat Ga Young keluar dari rumah itu diikuti bukan hanya satu, tapi dua orang anak laki-laki.

“Lho, Mark?” Ga Young terlihat kaget.

Noona, siapa orang ini?” tanya Bambam curiga.

“Ini—“

“Pacar noona, iya kan?” timpal Yugyeom memanas-manasi Bambam.

“Eeii, solma (tidak mungkin)!~” Bambam tidak terima.

“Heww, dia ini teman yang waktu itu kuceritakan. Namanya Mark. Dia juga teman sekelasku di sekolah,” jelas Ga Young.

“Aah, annyeonghaseyo, Hyungnim~” sapa Yugyeom. “Namaku Yugyeom dan ini Bambam.”

“Benarkah hanya teman?” desak Bambam sambil menyalami tangan Mark setelah Yugyeom melakukannya, membuat Ga Young tertawa, sedangkan Mark menautkan kedua alisnya.

“Ayy, sudahlah. Tidak ada urusannya denganmu. Lebih baik kita pergi sekarang sebelum telat. Kalau begitu kami pergi duluan, Noona, Hyungnim~” Yugyeom menarik paksa Bambam menjauh dari sana. Tubuh Bambam yang jauh lebih kecil dari Yugyeom membuatnya bisa dengan mudah terseret.

“Siapa mereka?” tanya Mark masih menatap Yugyeom dan Bambam sampai mereka menghilang di tikungan jalan.

“Kenapa tanya-tanya?” balas Ga Young.

Mark menoleh pada Ga Young, “Keunyang (cuman nanya)~” katanya lalu mulai berjalan. Ga Young menyamakan langkah di sampingnya.

Ga Young menncibir diam-diam. “Yang satunya adik angkatku, Yugyeom, yang lainnya lagi tetangga kami, teman sekelas adikku, Bambam.”

Mark ber-hmm panjang.

“Aku boleh tanya?” Ga Young berusaha melihat ekspresi Mark. Mark membalas dengan menaikkan sebelah alisnya.

“Kenapa kemarin kau melengos begitu saja waktu kusapa?”

“Sedang menbung (mental breakdown),”  jawab Mark singkat. Ga Young tertawa lepas.

“Jawabanmu seakan-akan berkata kalau kau sedang PMS saja,” ejek Ga Young. Namun kali ini, Mark tidak membalas omongan Ga Young.

Wae (kenapa)? Musun iri isseoseo (apa terjadi sesuatu)?” tanya Ga Young begitu melihat Mark terlihat muram.

Mark kembali menoleh ke arah Ga Young, baru saja hendak mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba tiga orang tidak dikenal menghadang mereka. Di belakang mereka ada sebuah mobil jaguar yang dikenali Mark sebagai mobil ayah Youngjae.

Mark menyadari situasi berbahaya ini. Tangannya bergerak menggenggam tangan kanan Ga Young. Kali ini, diabaikannya rasa nyeri yang menjalar di tangannya.

“Lari!” Mark memberi aba-aba mendadak, menarik Ga Young menjauhi orang-orang asing itu. Tapi mereka kalah cepat, karena beberapa menit kemudian, mereka berhasil ditangkap orang-orang asing itu dan melumpuhkan mereka berdua dengan menggunakan stungun.

***

Mark membuka mata perlahan, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang sempat hilang. Di sekelilingnya terdapat aura warna ungu gelap. Dengan segera Mark menyadari kalau dia sudah berada di aula utama kerajaan Centauri, dan itu berarti dia sedang berada di dunia paralel yang berbeda dengan dunia yang selama ini dia kenal. Perlahan Mark menoleh ke sampingnya, Youngjae ada di sana dalam keadaan tertidur dengan kedua tangan terikat di kursi, Mark bahkan baru menyadari kalau dia juga dalam keadaan terikat seperti Youngjae.

Ga Young!

Mark tersadar kalau Ga Young tidak ada di tempat yang sama dengannya. Rasa cemas menyelimutinya memikirkan sesuatu terjadi pada Ga Young.

Seseorang tiba-tiba menarik rambutnya ke belakang, membuat kepala Mark mendongak.

“Sudah bangun?” tanya orang itu yang ternyata adalah ayah Youngjae, Perdana Menteri Jehan.

Samchon (paman)?” tanya Mark memastikan. “Apa tadi samchon yang membawa kami ke sini? Kenapa?”

“Jangan pura-pura bodoh! Lihat ke langit malam ini, purnama sudah muncul.” Jehan menarik rambut Mark hingga kepalanya semakin mendongak. Atap aula sudah dibuka sehingga Mark bisa melihat langit malam yang dihiasi bulan purnama.

Full Moon?” gumam Mark.

“Benar. Bulan ini ada Fenomena Blue Moon dan itu artinya, bulan purnama muncul dua kali dalam sebulan. Raja bodoh itu mengira bulan purnama hanya akan muncul di akhir bulan seperti biasa, sehingga dia berencana akan mengadakan ritual itu nanti. Tapi, aku yang pintar ini mendahului rencananya. Aku bisa melaksanakan ritual itu hari ini. Bukankah itu bagus?

“Dan juga, Mark. Sekaranglah waktunya membuktikan bahwa kau orang yang berguna. Gadis itu sudah berada di meja ritual. Aku bisa saja melakukannya karena aku memiliki kekuatan untuk itu. Tapi aku tidak mau mengotori tanganku. Raja bodoh itu juga pasti berpikiran yang sama.”

Ani (tidak), aku yakin kau tidak bisa melakukannya. Hanya aku satu-satunya orang yang bisa melakukannya. Kau hanya orang tua bodoh yang mengharapkan kekuatan dari Jiwa Murni.”

Jehan melotot, lalu mengangguk-angguk sinis. “Keurom, halkke (kalau begitu, lakukan)!” Tanpa menyentuh Mark, dia melepaskan ikatan di tangan Mark lalu menggerakkan tubuh Mark menghampiri meja tempat Ga Young diletakkan.

Mark sudah tahu kalau beberapa anggota kerajaan memiliki kemampuan khusus, seperti Jehan yang memiliki kemampuan telekinetik, dia bisa menggerakkan benda tanpa menyentuhnya. Ayah Jinyoung, sang Raja memliki kemampuan teleportasi. Sedangkan Youngjae dan kakek mereka memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Tapi semua kekuatan itu hanya bisa digunakan di dunia mereka. Hanya Jinyoung yang belum terlihat memiliki kemampuan apapun.

Sekuat tenaga, Mark berusaha untuk mengendalikan dirinya. Tubuhnya berusaha berontak menolak kendali Jehan. Namun, kakinya terseret-seret semakin mendekati meja itu. Dia bisa melihat Ga Young yang sudah dipakaikan gaun putih khusus untuk ritual. Wajahnya tertutup kain tipis transparan, mirip seperti yang sering dipakai oleh pengantin. Tangan Mark bergerak perlahan, menggenggam tangan Ga Young. Rasa nyeri di tangannya yang bersentuhan dengan tangan Ga Young membuatnya meringis. Mark menitikkan air mata, tidak tega dan tidak ingin hidup Ga Young berakhir di sini, karena dirinya.

Tiba-tiba pintu aula menjeblak terbuka. Jinyoung masuk begitu saja. Keadaannya kacau dan matanya memerah.

“Hentikan semua ini, Samchon!” seru Jinyoung membuat Mark dan Jehan yang ada di ruangan itu menoleh padanya.

“Wahh, keponakanku juga datang? Bagaimana keadaan ayahmu?” Jehan bertanya dengan nada sinis.

“Kau! Kau yang membunuh ayahku kan?”

Jehan mendengus, lalu tertawa terbahak-bahak. “Ternyata kau cukup pintar ya? Kukira kau tidak akan menyadari bahwa aku yang melakukannya.”

“Aku tahu semua rencanamu. Pangeran Jay, anakmu yang memberitahuku.”

Bibir Jehan segera terkatup, matanya melirik Youngjae yang masih pingsan di kursinya. “Karena itu aku terpaksa harus menghentikannya. Aku tidak ingin Youngjae, si Pangeran Jay merusak rencanaku. Apalagi dia adalah darah dagingku. Kau mengerti maksudku kan?”

Jinyoung tidak berkomentar dan hanya balas menatap tajam pamannya.

“Nak, jangan terlalu membenciku. Ayahmu adalah orang yang memberiku inspirasi untuk melakukan ini. Kau pasti belum tahu bahwa ayahmu yang membunuh kakekmu. Iya kan?”

“Apa kau bilang?” Jinyoung merasa seperti seseorang menaruh beban berat di kedua pundaknya, membuatnya langsung  tidak bertenaga. “Ayahku… tidak mungkin. Ayahku…”

Jehan tidak mempedulikan Jinyoung yang bertumpu dengan kedua lututnya di lantai, dengan air mata mengalir di kedua pipinya. Dia kembali fokus melakukan telekinetik-nya pada Mark. Tubuh Mark kembali bergerak sesuai keinginan Jehan. Kali ini tangan Mark mengarah pada pisau Crystalite yang ada di sebelah Ga Young. Tangan Mark bergetar, berusaha menolak kendali Jehan, namun tidak mampu. Tangan kanannya sekarang sudah menggenggam pisau itu dan bersiap mengarahkannya ke jantung Ga Young saat dia mendengar teriakan Jinyoung.

“Kalungnya, Mark! Kau harus menghancurkan kalung—“

“DIAM!!!” dengan sekali sentakan, Jehan mendorong tubuh Jinyoung sehingga membentur dinding.

Kalung? Apa maksudnya kalung yang dipakai Ga Young? Mark menatap nanar kalung yang melingkari leher Ga Young. Kalung yang memiliki liontin yang sama dengan yang ada di gelang milik Mark.

Tangan kanan Mark kembali digerakkan oleh Jehan. Sekuat tenaga, Mark berusaha mengarahkan tangannya yang memegang pisau ke arah leher Ga Young. Dan, akhirnya Mark bisa memutuskan kalung itu, bersamaan dengan gelangnya yang terputus sendiri.

Detik berikutnya, awan gelap menutupi bulan purnama dan tubuh Mark mendadak kehilangan tenaga. Kepalanya terkulai di sebelah Ga Young sementara tangannya menggenggam tangan Ga Young. Kali ini, Mark tidak merasakan sakit di tangannya, namun detik berikutnya, dia sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Jehan melotot tidak percaya. Pisau Crystalite yang terlepas dari genggaman Mark tiba-tiba mengarah padanya dan tanpa aba-aba, langsung menusuk tepat ke jantungnya. Tubuhnya meregang sebelum akhirnya kedua mata itu menutup untuk selamanya.

Jinyoung masih terlalu tidak punya tenaga untuk bahkan menghindar ketika cipratan darah Jehan mengenainya. Perlahan, kepalanya menoleh ke arah meja, tempat Mark dan Ga Young sama-sama jatuh pingsan dengan tangan Mark masih menggenggam tangan Ga Young. Jinyoung tersenyum lemah.

Ritual Jiwa Murni atau juga disebut dengan Prosesi Bulan Purnama bisa dilakukan dengan mengambil jiwa murni seorang gadis yang lahir tepat saat purnama ke tujuh tahun kelahirannya. Untuk menghindari itu, maka aku, sebagai raja kerajaan Centauri, Raja Julian akan menyembunyikan bayi perempuan ini dan mengirimnya melintasi dunia paralel yang lain. Aku tidak bisa memastikan keamanannya di sini karena pasti ada banyak pihak yang menginginkan Jiwa Murni-nya. Untuk menjaga keselamatannya di dunia asing itu, aku mengirim serta bayi Panglima Perang Ray yang dengan kesetiaan dan hati besarnya merelakan perpisahan dengan anak laki-lakinya. Kedua anak itu akan tetap bersama selama Crystalite pada kalung dan gelang mereka tetap ada. Dengan cara itu, walaupun suatu saat mungkin mereka sempat terpisah, tapi Crystalite akan kembali menuntun mereka untuk bertemu. Hingga saatnya tiba, aku akan mengambil Crystalite itu dan menjadikannya sebagai pengganti Jiwa Murni sang pemiliknya.

Tertanda, Julian.

***

6 bulan kemudian.

Tahun ajaran baru akan dimulai mulai hari ini. Ga Young, yang sudah menjadi siswa senior tahun ke tiga melangkah optimis sambil bersenandung di jalanan menuju sekolah. Semua peristiwa mengerikan yang pernah terjadi dalam hidupnya seperti hanya muncul semalam dalam mimpi buruknya. Semua memorinya akan hal itu hilang. Termasuk pertemuan dengan Mark, Jinyoung, Jaebum, Jackson dan juga Youngjae.

Dug!

“Ah!” Ga Young terjatuh di lapangan sekolah. Diliriknya tali sepatunya yang ternyata belum diikatkan. Dia menghela nafas. “Kenapa hal ini mesti terjadi di hari pertama tahun ajaran baru sih?” gerutunya sambil berusaha bangkit.

Gwaenchanha?” seseorang mengulurkan tangan kepadanya. Ga Young tertegun, lalu perlahan mendongak untuk melihat si empunya suara. Di depannya, berdiri seorang murid laki-laki dengan rambut yang dicat merah, tulang hidung yang tinggi dan juga bibir yang kemerahan.

Cowok cantik, batin Ga Young, merasa de javu. Lalu perlahan diraihnya tangan yang terulur itu dan bangkit.

“Terima kasih,” ujar Ga Young sambil tersenyum lebar. Cowok berambut merah itu ikut tersenyum.

Sementara itu dari kejauhan, empat orang murid laki-laki lainnya mengamati kejadian itu.

Yaa~ Mark mencuri start lagi!” seru Jackson sambil melirik Jinyoung.

“Eyy, kau ini!” tegur Jaebum sambil mengusap wajah Jackson.

“Kau tidak akan menginterupsi mereka kali ini, Jinyoung?” tanya cowok dengan mata ngantuk yang di lehernya terkalung headphone, Youngjae.

“Tidak perlu. Aku akan punya banyak waktu untuk memulai perkenalan lagi dengannya.” Tandas Jinyoung sambil tersenyum.

Kalaupun aku tidak bisa bersatu dengan Ga Young di sini, aku yakin di dunia paralel lain, Ga Young adalah gadis yang ditakdirkan untuk bersamaku. Iya kan, Kakek Julian?

***The End***

150911, 20.50 WIB.

Ujen/박수잔

Tidak ada komentar:

Posting Komentar