[Fanfiction]
BEFORE THE FULL MOON RISES part 4
Authorized
by : Ujen / 박수잔
Cast(s)
: Moon Ga Young & GOT7 (Mark, Jr., JB, Jackson, Youngjae, Bambam &
Yugyeom)
Genre
: School life, Fantasy
Disclaimer
: The story and cover are belong to me.
Chapter
4 : The Precious Time
Memasuki musim panas. Murid-murid
SMA Sejong mulai mengganti seragam mereka dengan seragam khusus musim panas. Sebenarnya
Ga Young tidak terlalu suka karena seragam musim panasnya dirasa agak sempit
dan lebih tipis. Berkali-kali Ga Young menarik ujung bajunya supaya tidak
terlalu pendek.
Saat ini Ga Young sedang menunggu
seseorang di depan gerbang sekolah. Sesekali kepalanya menegak, untuk
memastikan apakah orang yang ditunggunya sudah datang. Setelah menunggu agak
lama, akhirnya orang itu muncul. Dia datang bersama beberapa murid baru teman
sekelas mereka. Senyum Ga Young terbit lalu dia bergegas menghampiri orang itu.
“Annyeong, Mark~” sapa Ga Young sambil tersenyum cerah. Tapi di luar
dugaan, Mark tidak balas menyapa dan malah menatap tajam Ga Young kemudian
beralih melirik Jinyoung yang berdiri di sebelahnya. Lalu dia melengos begitu
saja. Ga Young melongo melihat respon Mark.
“Mwoya (apaan sih). Padahal kemarin dia ramah sekali. Kenapa hari
ini dia kembali ketus? Salah makan obat ya?” gumam Ga Young sambil mengamati
punggung Mark yang tampak kurus dan kesepian.
“Keunyang Mark (cuman Mark)? Urineun
(bagaimana dengan kami)?” tanya Jinyoung mengagetkan Ga Young.
“Eh? An-Annyeonghaseyo~” ucap Ga Young setengah sadar.
Jinyoung cemberut. “Kenapa beda
sekali dengan yang tadi?”
Ga Young melebarkan mata, sudah
sadar sepenuhnya. “Aah, maaf. Maaf~”
“Dwaeggo (sudahlah). Bagaimana soal matematika tempo hari? Sudah
dapat penyelesaiannya?”
“Itu… waktu itu kau bilang mau
membantuku kan? Aku kesulitan mencari pemecahan masalahnya, jadi…”
Jinyoung tersenyum. “Arraseo (ngerti kok). Aku akan membantumu sampai kau bisa.”
“Benarkah?” Ga Young terlihat
antusias, tanpa sadar dia menggoncang-goncang pergelangan tangan Jinyoung. “Terima
kasih, Jinyoung. Terima kasih~”
Jinyoung tertegun. Di
kanan-kirinya, Jaebum dan Jackson juga ikut terperangah menatap tangan Jinyoung
yang dipegang terlalu erat oleh Ga Young.
Belum pernah ada yang berani
menyentuh tangan Pangeran mereka, sampai memerah seperti itu.
***
Jinyoung mengawasi kerjaan Ga Young
sementara sesekali tangan kirinya diam-diam sibuk mengompres tangan kanannya
yang masih memerah karena pegangan erat Ga Young tadi. Rasa aneh di tangannya
bahkan menjalar menembus tepat ke jantungnya. Sebenarnya, saat ini dia tidak
terlalu berkonsentrasi mengajarkan matematika kepada Ga Young. Terlebih, jika
tidak sengaja bertemu mata dengan Ga Young. Jin Young memejamkan mata, berusaha
mengusir rasa aneh itu dengan terapi pernafasan.
“Jinyoung,” panggil Ga Young,
membuat terapi pernafasannya menjadi gagal.
“Ada apa?” Jinyoung menghindari
tatapan Ga Young.
“Lihat hasil pekerjaanku, apa masih
ada yang salah?”
Jinyoung meneliti satu-persatu
hasil jawaban Ga Young, lalu tersenyum. “Soal terakhir masih keliru. Selebihnya
sudah benar.”
Ga Young mengerutkan alisnya. “Aah,
matda (benar juga). Seharusnya hasil
log25 masih harus dikalikan dengan log81 ya? Aku lupa mengalikannya. Tadi
buru-buru sih…”
“Kau kan memang selalu begitu. Lain
kali jangan sampai ceroboh, nanti malah rugi. Iya kan?” Jinyoung menepuk pelan
kepala Ga Young.
“Geuroji (begitu ya)?”
“Istirahat dulu deh. Kalau ada yang
ingin kau tanyakan, mungkin aku bisa menjawab,” usul Jinyoung.
Ga Young menelengkan kepala,
tiba-tiba teringat sesuatu. “Aku ingin bertanya sesuatu, tapi ini tidak
berhubungan dengan soal matematika.”
Jinyoung menegakkan punggungnya.
“Apa hubunganmu—hubungan kalian—dengan
Mark? Kelihatannya kalian saling mengenal tapi entah kenapa tidak terlihat
akrab,” Ga Young ragu-ragu sebelum melanjutkan. “Maaf kalau aku lancang.”
Jinyoung menegakkan kedua lengan
bawahnya, lalu menumpukan dagu di antara kepalan tangannya. “Kau perhatian
sekali ya dengan Mark? Aku jadi iri.”
“Eh? Aah… itu karena aku baru-baru
ini mengetahui fakta bahwa Mark ternyata adalah teman masa kecilku yang sudah
lama aku cari. Makanya aku ingin tahu lebih banyak tentangnya. Kau tahu sendiri
kan kalau dia itu pelit bicara?”
“Mark… aku belum cukup lama
mengenalnya. Aku dengar kedua orangtua angkatnya meninggal karena kecelakaan,
jadi ayahku mengadopsinya,” Jinyoung menghela nafas berat, yang sebenarnya terjadi adalah ayahku sudah merencanakan kecelakaan itu
supaya Mark bisa ada di bawah kekuasaannya.
“Pasti berat menjadi dirinya, harus
merasakan kehilangan orangtua dua kali,” tambah Jinyoung.
“Tapi sepertinya dia sudah
menemukan keluarga yang baik kan? Ayahmu bahkan membiayai sekolahnya. Kau juga
terlihat peduli padanya,” komentar Ga Young.
Aku
tidak sebaik yang kau kira, batin Jinyoung sedih.
“Apakah kau tahu kalau Mark punya mysophobia?” tanya Ga Young.
“Myso--?”
“Ya, fobia terhadap kuman. Sejak
kecil dia memang begitu, paling tidak suka skinship
dengan orang lain. Dia agak… freak soal
kebersihan.”
Jinyoung tertawa kecil. “Lucu sekali. Dia
tidak terlihat seperti itu kok bagiku.”
“Hah?”
“Mungkin ada alasan khusus kenapa
dia menolak skinship denganmu. Ah,
dia bahkan biasa saja waktu nenekku memeluknya atau mengelus kepalanya. Menurutmu
kenapa dia begitu padamu?”
***
Ga Young kaget menemukan Mark
berdiri di depan pintu kelas sesorean itu. Pelajaran tambahan bersama Jinyoung
baru saja selesai jadi Ga Young memutuskan untuk pulang.
“Mark?” panggil Ga Young membuat
Mark menoleh.
“Kkeutchiya (sudah selesai)?”
“Neo… yeo-yeogiseo mwohae (kau… se-sedang apa di sini)?”
“Menunggumu kan? Memangnya aku mau
bilang aku melamun sepanjang hari di sini?”
Ga Young terlihat salah tingkah
mendengar jawaban Mark. Dia menggaruk-garuk belakang kepalanya.
“Ankallae (tidak mau pulang)?” tegur Mark heran melihat Ga Young
senyum-senyum sendiri.
“Ne? Eo.” Ga Young
mengangguk. Mark sudah mulai melangkah sebelum Ga Young menghentikannya. “Ah, jamkkan (tunggu)!” Ga Young tidak
sengaja memegang lengan Mark, dan Mark refleks melepaskannya. Rasa nyeri segera
timbul di area bekas tangan Ga Young.
“Ice cream… meokgeo shipeo (aku ingin makan es krim)…” nyali Ga
Young langsung ciut begitu melihat Mark menatapnya tajam.
Ga Young menggosok-gosok telapak
tangannya. “Jebal, ttak hanbeonban
(kumohon, sekali… saja). Ya?”
Mark tampak berpikir, lalu pasrah. “Geurae, kaja (baiklah, ayo pergi)!”
***
Di taman pinggiran sungai Han.
Mark sadar sedari tadi Ga Young
memperhatikannya dari samping. Awalnya dia biarkan saja, tapi setelah lama-lama
hal itu membuatnya tidak nyaman. Jadi dia menoleh pada Ga Young dan memberi
isyarat ‘Apa?’ dengan mengangkat kedua alisnya.
Ga Young yang kaget karena
tertangkap basah Mark langsung kebalakan. Dia memutar otak untuk mencari
alasan.
“Aku…mau coba es krimmu. Boleh?”
Mark mengernyit, lalu menatap
bergantian antara Ga Young dan Green Tea
Ice Cream-nya berulang kali. Ga Young menatap penuh harap, membuat Mark
tersenyum geli lalu menyodorkan es krimnya ke dekat Ga Young. Ga Young membuka
mulutnya lalu menjilat es krim itu semena-mena.
“Mashisseo (enak)?” tanya Mark.
Ga Young mengangguk, mulutnya masih
penuh es krim. “Eung~ manhi (enak sekali).”
“Aku juga mau coba rasa es krimmu,”
ujar Mark tiba-tiba. Melihat tatapan kaget Ga Young, Mark buru-buru
menambahkan, “Aku belum pernah mencoba rasa raspberry.”
Ga Young tersenyum lebar, lalu
mendekatkan es krimnya ke arah Mark. Begitu Mark membuka mulutnya, timbul niat
iseng Ga Young. Dia sengaja menempelkan es krim itu ke hidung Mark sehingga
sekarang hidung Mark dihiasi setitik es krim.
Ga Young tertawa puas, sementara
Mark memejamkan mata, berusaha mengendalikan rasa sebal karena diisengi Ga
Young. Begitu membuka mata, Mark memberikan tatapan membunuh pada gadis itu.
“Jugullae (mau mati ya)?” desis Mark membuat Ga Young berhenti
tertawa, namun masih tidak bisa menghilangkan senyumnya. Mark menarik sebelah
tangan Ga Young yang bebas dan menggunakan punggung tangan itu untuk mengelap
es krim di hidungnya.
“A-apa yang kau lakukan?! Menjadikan
tanganku sebagai lap?” Ga Young mendadak salah tingkah sementara Mark
menyeringai penuh kemenangan.
“Kau yang memulainya kan?” Mark
tidak mau kalah. Dia masih menikmati wajah cemberut Ga Young saat tiba-tiba
ponselnya bergetar. Mark mengeluarkan ponsel itu dari saku celananya dan
melihat siapa yang mengiriminya pesan. Choi Youngjae.
-Temui aku di perpustakaan kakek di
rumah utama.-
***
Mark tiba di rumah utama, kediaman
Jinyoung dan langsung melesat menuju perpustakaan milik keluarga kerajaan yang
dibuat oleh mendiang kakek mereka. Dilihatnya Youngjae sedang sibuk memeriksa
satu-persatu buku yang dinilainya mencurigakan.
“Ah, wanni (sudah datang)?” seru Youngjae begitu menyadari Mark sudah
ada di ruangan itu.
“Jadi, kenapa menyuruhku ke sini?”
tanya Mark sambil melepas ranselnya.
“Kau ingat kan waktu aku bilang aku
butuh bantuanmu? Sekarang saatnya. Kita mungkin bisa menemukan buku tentang
Prosesi Full Moon itu. Kita harus menemukannya sebelum ayahku melaksanakan
rencananya,” jelas Youngjae sementara tetap sibuk memeriksa buku-buku itu.
Melihat Mark yang tetap bergeming,
membuat Youngjae berteriak tidak sabar. “Ppali!~
Sigani eobseo (cepatlah!~ kita tidak punya waktu lagi).”
“Kalau aku tidak salah lihat, ada
ribuan buku di sini. Menurutmu kita bisa menemukannya?” Mark bertanya sangsi.
Youngjae menghentikan aktifitasnya
lalu menghela nafas berat. “Aku juga tidak tahu.”
Mark menatap Youngjae yang terlihat
frustasi. “Apakah kau—barangkali—pernah melihat atau mendengar bentuk fisik
buku itu?”
“Benar juga,” Youngjae mendadak
sadar lalu mencoba mengingat-ingat tentang buku itu. Namun sepertinya ingatan
itu agak memudar. “Aku hanya ingat kakek pernah menunjukkan buku itu padaku dan
Jinyoung…” gumamnya.
“Kau tahu, menurutku lebih baik
kita bertanya pada—“
“APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI?!”
seseorang berteriak mengagetkan mereka. Youngjae dan Mark serentak menoleh ke
asal suara dan menemukan Jinyoung berdiri di depan pintu dengan mata
terbelalak.
***To
Be Continued***
150909.
19.50 WIB.
Ujen/박수잔
Tidak ada komentar:
Posting Komentar