Kamis, 10 September 2015

[Fanfiction] BEFORE THE FULL MOON RISES part 4




[Fanfiction] BEFORE THE FULL MOON RISES part 4
Authorized by : Ujen / 박수잔
Cast(s) : Moon Ga Young & GOT7 (Mark, Jr., JB, Jackson, Youngjae, Bambam & Yugyeom)
Genre : School life, Fantasy
Disclaimer : The story and cover are belong to me.
Chapter 4 : The Precious Time






Memasuki musim panas. Murid-murid SMA Sejong mulai mengganti seragam mereka dengan seragam khusus musim panas. Sebenarnya Ga Young tidak terlalu suka karena seragam musim panasnya dirasa agak sempit dan lebih tipis. Berkali-kali Ga Young menarik ujung bajunya supaya tidak terlalu pendek.

Saat ini Ga Young sedang menunggu seseorang di depan gerbang sekolah. Sesekali kepalanya menegak, untuk memastikan apakah orang yang ditunggunya sudah datang. Setelah menunggu agak lama, akhirnya orang itu muncul. Dia datang bersama beberapa murid baru teman sekelas mereka. Senyum Ga Young terbit lalu dia bergegas menghampiri orang itu.

Annyeong, Mark~” sapa Ga Young sambil tersenyum cerah. Tapi di luar dugaan, Mark tidak balas menyapa dan malah menatap tajam Ga Young kemudian beralih melirik Jinyoung yang berdiri di sebelahnya. Lalu dia melengos begitu saja. Ga Young melongo melihat respon Mark.

Mwoya (apaan sih). Padahal kemarin dia ramah sekali. Kenapa hari ini dia kembali ketus? Salah makan obat ya?” gumam Ga Young sambil mengamati punggung Mark yang tampak kurus dan kesepian.

Keunyang Mark (cuman Mark)? Urineun (bagaimana dengan kami)?” tanya Jinyoung mengagetkan Ga Young.

“Eh? An-Annyeonghaseyo~” ucap Ga Young setengah sadar.

Jinyoung cemberut. “Kenapa beda sekali dengan yang tadi?”

Ga Young melebarkan mata, sudah sadar sepenuhnya. “Aah, maaf. Maaf~”

Dwaeggo (sudahlah). Bagaimana soal matematika tempo hari? Sudah dapat penyelesaiannya?”

“Itu… waktu itu kau bilang mau membantuku kan? Aku kesulitan mencari pemecahan masalahnya, jadi…”

Jinyoung tersenyum. “Arraseo (ngerti kok).  Aku akan membantumu sampai kau bisa.”

“Benarkah?” Ga Young terlihat antusias, tanpa sadar dia menggoncang-goncang pergelangan tangan Jinyoung. “Terima kasih, Jinyoung. Terima kasih~”

Jinyoung tertegun. Di kanan-kirinya, Jaebum dan Jackson juga ikut terperangah menatap tangan Jinyoung yang dipegang terlalu erat oleh Ga Young.

Belum pernah ada yang berani menyentuh tangan Pangeran mereka, sampai memerah seperti itu.

***

Jinyoung mengawasi kerjaan Ga Young sementara sesekali tangan kirinya diam-diam sibuk mengompres tangan kanannya yang masih memerah karena pegangan erat Ga Young tadi. Rasa aneh di tangannya bahkan menjalar menembus tepat ke jantungnya. Sebenarnya, saat ini dia tidak terlalu berkonsentrasi mengajarkan matematika kepada Ga Young. Terlebih, jika tidak sengaja bertemu mata dengan Ga Young. Jin Young memejamkan mata, berusaha mengusir rasa aneh itu dengan terapi pernafasan.

“Jinyoung,” panggil Ga Young, membuat terapi pernafasannya menjadi gagal.

“Ada apa?” Jinyoung menghindari tatapan Ga Young.

“Lihat hasil pekerjaanku, apa masih ada yang salah?”

Jinyoung meneliti satu-persatu hasil jawaban Ga Young, lalu tersenyum. “Soal terakhir masih keliru. Selebihnya sudah benar.”

Ga Young mengerutkan alisnya. “Aah, matda (benar juga). Seharusnya hasil log25 masih harus dikalikan dengan log81 ya? Aku lupa mengalikannya. Tadi buru-buru sih…”

“Kau kan memang selalu begitu. Lain kali jangan sampai ceroboh, nanti malah rugi. Iya kan?” Jinyoung menepuk pelan kepala Ga Young.

Geuroji (begitu ya)?”

“Istirahat dulu deh. Kalau ada yang ingin kau tanyakan, mungkin aku bisa menjawab,” usul Jinyoung.

Ga Young menelengkan kepala, tiba-tiba teringat sesuatu. “Aku ingin bertanya sesuatu, tapi ini tidak berhubungan dengan soal matematika.”

Jinyoung menegakkan punggungnya.

“Apa hubunganmu—hubungan kalian—dengan Mark? Kelihatannya kalian saling mengenal tapi entah kenapa tidak terlihat akrab,” Ga Young ragu-ragu sebelum melanjutkan. “Maaf kalau aku lancang.”

Jinyoung menegakkan kedua lengan bawahnya, lalu menumpukan dagu di antara kepalan tangannya. “Kau perhatian sekali ya dengan Mark? Aku jadi iri.”


“Eh? Aah… itu karena aku baru-baru ini mengetahui fakta bahwa Mark ternyata adalah teman masa kecilku yang sudah lama aku cari. Makanya aku ingin tahu lebih banyak tentangnya. Kau tahu sendiri kan kalau dia itu pelit bicara?”

“Mark… aku belum cukup lama mengenalnya. Aku dengar kedua orangtua angkatnya meninggal karena kecelakaan, jadi ayahku mengadopsinya,” Jinyoung menghela nafas berat, yang sebenarnya terjadi adalah ayahku sudah merencanakan kecelakaan itu supaya Mark bisa ada di bawah kekuasaannya.

“Pasti berat menjadi dirinya, harus merasakan kehilangan orangtua dua kali,” tambah Jinyoung.

“Tapi sepertinya dia sudah menemukan keluarga yang baik kan? Ayahmu bahkan membiayai sekolahnya. Kau juga terlihat peduli padanya,” komentar Ga Young.

Aku tidak sebaik yang kau kira, batin Jinyoung sedih.

“Apakah kau tahu kalau Mark punya mysophobia?” tanya Ga Young.

“Myso--?”
“Ya, fobia terhadap kuman. Sejak kecil dia memang begitu, paling tidak suka skinship dengan orang lain. Dia agak… freak soal kebersihan.”

 Jinyoung tertawa kecil. “Lucu sekali. Dia tidak terlihat seperti itu kok bagiku.”

“Hah?”

“Mungkin ada alasan khusus kenapa dia menolak skinship denganmu. Ah, dia bahkan biasa saja waktu nenekku memeluknya atau mengelus kepalanya. Menurutmu kenapa dia begitu padamu?”

***

Ga Young kaget menemukan Mark berdiri di depan pintu kelas sesorean itu. Pelajaran tambahan bersama Jinyoung baru saja selesai jadi Ga Young memutuskan untuk pulang.

“Mark?” panggil Ga Young membuat Mark menoleh.

Kkeutchiya (sudah selesai)?”

Neo… yeo-yeogiseo mwohae (kau… se-sedang apa di sini)?”

“Menunggumu kan? Memangnya aku mau bilang aku melamun sepanjang hari di sini?”

Ga Young terlihat salah tingkah mendengar jawaban Mark. Dia menggaruk-garuk belakang kepalanya.

Ankallae (tidak mau pulang)?” tegur Mark heran melihat Ga Young senyum-senyum sendiri.

Ne? Eo.” Ga Young mengangguk. Mark sudah mulai melangkah sebelum Ga Young menghentikannya. “Ah, jamkkan (tunggu)!” Ga Young tidak sengaja memegang lengan Mark, dan Mark refleks melepaskannya. Rasa nyeri segera timbul di area bekas tangan Ga Young.

Ice cream… meokgeo shipeo (aku ingin makan es krim)…” nyali Ga Young langsung ciut begitu melihat Mark menatapnya tajam.

Ga Young menggosok-gosok telapak tangannya. “Jebal, ttak hanbeonban (kumohon, sekali… saja). Ya?”

Mark tampak berpikir, lalu pasrah. “Geurae, kaja (baiklah, ayo pergi)!”

***

Di taman pinggiran sungai Han.

Mark sadar sedari tadi Ga Young memperhatikannya dari samping. Awalnya dia biarkan saja, tapi setelah lama-lama hal itu membuatnya tidak nyaman. Jadi dia menoleh pada Ga Young dan memberi isyarat ‘Apa?’ dengan mengangkat kedua alisnya.

Ga Young yang kaget karena tertangkap basah Mark langsung kebalakan. Dia memutar otak untuk mencari alasan.

“Aku…mau coba es krimmu. Boleh?”

Mark mengernyit, lalu menatap bergantian antara Ga Young dan Green Tea Ice Cream-nya berulang kali. Ga Young menatap penuh harap, membuat Mark tersenyum geli lalu menyodorkan es krimnya ke dekat Ga Young. Ga Young membuka mulutnya lalu menjilat es krim itu semena-mena.

Mashisseo (enak)?” tanya Mark.

Ga Young mengangguk, mulutnya masih penuh es krim. “Eung~ manhi (enak sekali).”

“Aku juga mau coba rasa es krimmu,” ujar Mark tiba-tiba. Melihat tatapan kaget Ga Young, Mark buru-buru menambahkan, “Aku belum pernah mencoba rasa raspberry.”

Ga Young tersenyum lebar, lalu mendekatkan es krimnya ke arah Mark. Begitu Mark membuka mulutnya, timbul niat iseng Ga Young. Dia sengaja menempelkan es krim itu ke hidung Mark sehingga sekarang hidung Mark dihiasi setitik es krim.

Ga Young tertawa puas, sementara Mark memejamkan mata, berusaha mengendalikan rasa sebal karena diisengi Ga Young. Begitu membuka mata, Mark memberikan tatapan membunuh pada gadis itu.

Jugullae (mau mati ya)?” desis Mark membuat Ga Young berhenti tertawa, namun masih tidak bisa menghilangkan senyumnya. Mark menarik sebelah tangan Ga Young yang bebas dan menggunakan punggung tangan itu untuk mengelap es krim di hidungnya.

“A-apa yang kau lakukan?! Menjadikan tanganku sebagai lap?” Ga Young mendadak salah tingkah sementara Mark menyeringai penuh kemenangan.

“Kau yang memulainya kan?” Mark tidak mau kalah. Dia masih menikmati wajah cemberut Ga Young saat tiba-tiba ponselnya bergetar. Mark mengeluarkan ponsel itu dari saku celananya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Choi Youngjae.

-Temui aku di perpustakaan kakek di rumah utama.-

***

Mark tiba di rumah utama, kediaman Jinyoung dan langsung melesat menuju perpustakaan milik keluarga kerajaan yang dibuat oleh mendiang kakek mereka. Dilihatnya Youngjae sedang sibuk memeriksa satu-persatu buku yang dinilainya mencurigakan.

“Ah, wanni (sudah datang)?” seru Youngjae begitu menyadari Mark sudah ada di ruangan itu.

“Jadi, kenapa menyuruhku ke sini?” tanya Mark sambil melepas ranselnya.

“Kau ingat kan waktu aku bilang aku butuh bantuanmu? Sekarang saatnya. Kita mungkin bisa menemukan buku tentang Prosesi Full Moon itu. Kita harus menemukannya sebelum ayahku melaksanakan rencananya,” jelas Youngjae sementara tetap sibuk memeriksa buku-buku itu.

Melihat Mark yang tetap bergeming, membuat Youngjae berteriak tidak sabar. “Ppali!~ Sigani eobseo (cepatlah!~ kita tidak punya waktu lagi).”

“Kalau aku tidak salah lihat, ada ribuan buku di sini. Menurutmu kita bisa menemukannya?” Mark bertanya sangsi.

Youngjae menghentikan aktifitasnya lalu menghela nafas berat. “Aku juga tidak tahu.”

Mark menatap Youngjae yang terlihat frustasi. “Apakah kau—barangkali—pernah melihat atau mendengar bentuk fisik buku itu?”

“Benar juga,” Youngjae mendadak sadar lalu mencoba mengingat-ingat tentang buku itu. Namun sepertinya ingatan itu agak memudar. “Aku hanya ingat kakek pernah menunjukkan buku itu padaku dan Jinyoung…” gumamnya.

“Kau tahu, menurutku lebih baik kita bertanya pada—“

“APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI?!” seseorang berteriak mengagetkan mereka. Youngjae dan Mark serentak menoleh ke asal suara dan menemukan Jinyoung berdiri di depan pintu dengan mata terbelalak.

***To Be Continued***
150909. 19.50 WIB.

Ujen/박수잔

Tidak ada komentar:

Posting Komentar