Selasa, 05 Mei 2015

[FF Request] Forever Young -Chapter 4 (FINAL)



Title : Forever Young
Author : Park Su Jan (Tsujana Albarabumulih)
Casts : Ji Chang Wook & OC (Ahn Cheon Sa)
Genre : slice of life
Chapter 4 : Bring Our Memories


Oktober 2014.

Chang Wook mengunjungi National Museum of Modern and Contemporary Art (MMCA) yang berlokasi di dekat istana Gyeongbokgung, Seoul. Chang Wook sudah berkeliling areal museum ini untuk sekedar mengagumi arsitektur dan koleksi karya seni yang dipamerkan di sini. Diapun akhirnya memutuskan untuk meninjau aula yang akan disewa untuk pameran perdananya.

Eomoni bilang gadis itu ditugaskan untuk ikut andil dalam pameranku, berarti sekarang dia sedang ada di sana? gumam Chang Wook seorang diri. Dengan senyum terkembang, pria 27 tahun itu segera memasang kacamata dan topi hitam untuk menyamarkan wajahnya. Dia ingin bertaruh apakah dia atau gadis itu yang terlebih dahulu akan mengenali wajahnya.

Chang Wook mengedarkan pandangan berkeliling, mencari-cari sosok yang paling memungkinkan tentang gambaran gadis itu. Dan, akhirnya dia menemukannya. Menemukan Cheon Sa yang sedang sibuk berjalan kesana-kemari dengan setumpuk kertas di pelukannya. Diamatinya penampilan Cheon Sa. Tidak banyak berubah, rambutnya yang sedikit ikal dan berwarna kecoklatan masih diurai hampir menyentuh pinggang. Mata bulat besarnya tampak kelelahan, bintik-bintik keringat menghiasi dahi dan ujung hidungnya.

Yeppeojyeotda (semakin cantik),” gumam Chang Wook. Dilangkahkan kakinya menuju Cheon Sa dan berhenti begitu sampai di depan gadis itu.

Langkah Cheon Sa ikut terhenti, kepalanya mendongak untuk mencari tahu siapa yang sudah memblokir jalannya. Diamatinya wajah asing itu, lalu dia menghembuskan nafas.

“Maaf, Ahjusshi, bisakah Anda minggir?” tegur Cheon Sa.

Chang Wook melongo. Tidak apa-apa kalau Cheon Sa belum mengenalnya, tapi ‘Ahjusshi’? Memangnya tampangnya setua itu?

Jeogiyo (permisi), Ahjusshi?”

Chang Wook masih menatap tajam mata Cheon Sa dari balik kacamatanya. Apakah dia sudah banyak berubah sehingga Cheon Sa tidak bisa mengenalinya? Dirinya bahkan bisa mengenali Cheon Sa di detik pertama.

Cheon Sa menghela nafas frustasi, ahjusshi di depannya ini tidak mau minggir. Mungkin saja dia memang orang asing yang tidak mengerti bahasa Korea, tapi entah kenapa Cheon Sa merasa yakin kalau orang di depannya ini orang Korea. Saat ini dirinya sedang sibuk, sehingga tidak punya waktu untuk tetap berdiri di sini tanpa melakukan apapun. Kalau ahjusshi ini memang butuh sesuatu, dia bisa bertanya di resepsionis.

Gadis itu mengangguk mantap. “Jeogiyo, Ahjusshi, apa ada yang bisa saya bantu? Jika tidak, bisakah Anda menyingkir? Saat ini saya sedang sangat sibuk, bulan depan akan ada pameran—“

Tiba-tiba Chang Wook memegang tangan Cheon Sa, lalu tangan satunya melepas kacamata yang dipakainya.

Oraenmaniya, (lama tidak berjumpa) Angel-sshi, animyeon (atau), Ahn Cheon Sa-ya,” sapa Chang Wook sambil menyeringai. Sementara gadis yang disapanya hanya bisa melebarkan mata, ekspresinya terlihat sangat kaget melihat orang yang disangkanya ahjusshi itu ternyata Ji Chang Wook, sosok yang begitu dirindukannya selama 12 tahun ini.

Wae (kenapa)?” tanya Chang Wook melihat respon yang diberikan Cheon Sa. “Anbogoshipeoseo (tidak merindukanku)?”

Cheon Sa mengerjapkan matanya, bibirnya gemetar sementara air matanya sudah hampir menggenang.

Nappeun nom (orang jahat)!” gumamnya, lalu tiba-tiba memelintir lengan Chang Wook yang memegangnya.

“UWAAA~ apheuji (sakit, kan)!? Lepaskan~ LEPASKAAANN~”

***

Chang Wook dan Cheon Sa memilih duduk di sudut StarBucks Coffee, suasana hening karena tidak satupun berinisiatif memulai pembicaraaan. Chang Wook sesekali melirik Cheon Sa yang terus memperhatikan gelas StarBucks-nya.

Mian, “ akhirnya Chang Wook duluan yang membuka suara. Cheon Sa mendongak padanya, menunggu sambungan kalimatnya.

Musun mianhada (untuk apa)?” tanya Cheon Sa menaikkan sebelah alisnya.

“Karena tidak pernah berusaha menghubungimu.”

Cheon Sa mendengus geli. “Lantas? Oppa pikir aku selalu menunggu kabar dari Oppa? Oppa pikir Oppa siapa?”

“Tetanggamu? Ah, maksudku cinta pertamamu?”

Neomu utkiya (lucu sekali), memangnya kenapa kalau kau cinta pertamaku? Itu hanya cinta anak kecil berusia 13 tahun! Sudah tidak ada artinya sekarang.”

“Jadi bagimu, cinta pertama hanya sebatas cinta pertama?”

“Memangnya kenapa?” suara Cheon Sa meninggi.

“Aku hanya tidak yakin.” Chang Wook menggoda Cheon Sa, matanya memicing melihat wajah Cheon Sa yang sudah memerah.

“Hah?”

“Kau masih menyimpan surat yang kutitipkan ke bibiku waktu itu kan? Apa kau sudah membaca pesan rahasianya?”

“Ya, aku sudah membacanya.”

Chang Wook tersenyum senang. “Sudah kuduga kau akan menangis waktu membacanya. Maaf ya, oppa sudah membuatmu sedih. Manhi himdeulji (sangat berat kan)?”

“Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu. Memangnya kenapa aku harus menangis saat membacanya?”

“Eii, geojitmalma (jangan bohong)! Kalau kau tidak menangis, darimana kau bisa tahu pesan rahasianya? Tidak mungkin kan pesan itu timbul begitu saja.”

Geurae (benar), pesan rahasia itu timbul begitu saja saat Jang Mi sunbae menyemburkan air dari mulutnya dan tidak sengaja membasahi surat itu. Puas?”

Chang Wook melongo. Tidak mungkin ada kejadian kebetulan begini. Tadinya ia pikir Cheon Sa akan sedih lalu menangis saat membaca surat yang ditinggalkannya.

“Jadi, apa maksud pesan rahasia Oppa itu?” tanya Cheon Sa dengan tatapan menyelidik.

“Huh? Ah… itu…”

Aro, aro (ngerti, ngerti). Aku senang mengetahui kenyataan bahwa cinta pertamaku ternyata tidak bertepuk sebelah tangan waktu itu. Tapi seperti yang aku bilang tadi, cinta pertama hanya sebatas cinta pertama. Sekarang kita sudah sama-sama dewasa, cerita-cerita seperti itu akan menjadi kenangan indah dalam hidup kita. Iya kan?”

Chang Wook menggoyang-goyang gelas StarBucks-nya yang tinggal bongkahan es.

Neonamja chingu ga isseo (kau… apa kau punya pacar)?”

Cheon Sa menaikkan alisnya. “Kenapa? Bukannya wajar kalau aku punya pacar? Umurku sudah hampir 25 tahun. Oppa sendiri pasti punya kan? Pacar Oppa yang di New York?”

“Aku tahu kau sedang berbohong. Matamu akan bergerak ke kiri dengan gugup dan suaramu akan meninggi. Aku sudah sangat mengenalmu.” Chang Wook mencibir. “Ibumu bilang kau sama sekali tidak terlihat jalan dengan pria manapun selama ini. Dan kau sering terlihat melamun sambil memegang suratku. Kau masih… menungguku kan?”

“Apa maksud Oppa menyembunyikan satu lukisan yang akan dipajang di pameran bulan depan?” tiba-tiba Cheon Sa mengalihkan topik pembicaraan. “Jangan mentang-mentang kau sudah menjadi pelukis terkenal, lantas seenaknya saja mengatur—“

“Aku sudah minta izin kepada atasanmu. Why? Problem? Dan jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan seperti itu, kau punya hutang penjelasan padaku.”

“Ahh, micheonnabwa (rasanya aku mau gila). Memangnya hanya aku yang harus menjelaskan? Bagaimana dengan Oppa? Selain surat aneh itu, apa Oppa pernah mencoba menghubungiku? Menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah benar seperti yang kuduga selama ini? Apakah Oppa meninggalkan Korea karena marah padaku? Selama ini aku sudah merasa sangat bersalah, aku bertanya-tanya … apakah penyakit jantung Oppa kambuh karena aku??” akhirnya air mata Cheon Sa tumpah. Dia sudah tidak peduli jika berada di tempat umum yang sedang ramai dikunjungi.

Chang Wook memegang punggung tangan Cheon Sa. “Ayo, pulang. Di rumah nanti kau boleh memukulku sepuasmu. Aku janji.” Dia membujuk Cheon Sa supaya gadis itu tidak menumpahkan emosi di tempat itu.

***

D-Day Pameran, November 2014.

“Bagaimana penampilanku?” Chang Wook berusaha terlihat sempurna untuk pameran pertamanya.

Cheon Sa menoleh malas, “Dasimu kurang rapi,” katanya, refleks membetulkan dasi Chang Wook.

Chang Wook tersenyum geli. Teringat olehnya beberapa waktu lalu, bagaimana Cheon Sa benar-benar memukulnya saat dia menjelaskan bahwa kepergiannya ke USA bukan karena kesalahan Cheon Sa. Walaupun awalnya dia tidak mengerti kenapa Cheon Sa tiba-tiba menghindarinya, tapi akhirnya dia menyadari bahwa itu karena Cheon Sa marah dengan perkataan Chang Wook yang mengatakan bahwa mereka hanya kakak-adik.

“Itu karena aku malu. Kau tahu sendiri bagaimana Hyun Woo hyung-ku itu. Tapi aku sadar kalau kau marah dan terluka karena pernyataanku itu. Makanya… aku membuat surat itu.” Jawab Chang Wook waktu itu.

“Kau ini kekanak-kanakan sekali ya?” sindir Cheon Sa.

“Kau sudah tahu? Aku memang selalu bersikap kekanakan. Karena aku sangat menyukai masa kanak-kanakku.”

Chang Wook kembali memperhatikan Cheon Sa yang sangat konsentrasi membetulkan dasinya. Lalu dia pun mendengus geli karena tidak tahan.

“Kau tahu tidak apa artinya jika seorang pria membiarkan wanita membetulkan dasinya?”

Cheon Sa mengernyit sebal, matanya menatap tajam mata Chang Wook. “Itu artinya… “dia menarik dasi Chang Wook kuat-kuat, “Aku bisa mencekikmu sekarang juga!”

“A-akkhh, lepaskan!” Chang Wook buru-buru melepaskan cengkeraman tangan Cheon Sa. “Kau ini kalau bercanda suka kelewatan.” gerutunya sambil mengipasi wajahnya.

“Makanya jangan macam-macam. Aku tidak akan segan meskipun kau ini pelukis idola Michele J, bagiku kau tetap tetanggaku, Ji Chang Wook.” ujar Cheon Sa ketus, lalu segera berbalik meninggalkan Chang Wook.

“Siapa ya yang memberiku nama Michele.. Michelangelo?” goda Chang Wook.

Shut up!”

***

“Selanjutnya kita akan mendengarkan kata sambutan dari sang bintang kita pada hari ini, siapa lagi kalau bukan pelukis kebanggaan Korea, Michele J~ beri tepuk tangan!” sang MC tersenyum lebar mempersilakan Chang Wook untuk naik ke podium memberikan sepatah-dua patah kata.

“Terima kasih atas sambutan hangatnya,” Chang Wook membungkuk hormat, lalu bibirnya menyunggingkan senyum lebar. “Rasanya sudah lama sekali aku aku bermimpi untuk bisa mengadakan pameran tunggal di tanah kelahiranku ini. Aku akan bercerita sedikit bagaimana aku bisa berada di sini, dengan membawa nama Michele J, yang selama ini kalian kenal.

“Nama asliku Ji Chang Wook. Waktu kecil, aku punya seorang tetangga yang sangat akrab dan sangat lucu, dia kujuluki Angel, karena memang kehadirannya membuatku bisa melupakan rasa sakit akibat penyakit jantung bawaanku. Setiap hari, dia selalu datang ke kamarku, lewat jendela, dan akan berusaha mengagetkanku walaupun usahanya selalu gagal. Dia sangat ceria, aku merasa punya teman selain hyung-ku, sebelumnya aku merasa kesepian karena aku tidak punya teman di sekolah. Kepribadianku sangat tertutup, itulah kenapa orang-orang tidak berani mendekatiku.

“Sampai suatu hari, di usiaku yang ke 15, untuk pertama kalinya aku merasa gugup di dekat gadis itu. Awalnya aku tidak tahu kenapa. Tapi aku mulai mengerti ketika aku melihatnya bicara akrab dengan laki-laki lain, bahkan dengan hyung-ku sendiri. Aku merasa… ingin marah saat itu. Aku ingin gadis itu hanya dekat denganku, tidak dengan orang lain. Tapi di saat punya kesempatan untuk mengatakan perasaanku, aku malah membohongi diriku sendiri bahwa aku hanya menganggapnya sebagai adik. Dia marah, aku tahu. Di saat aku ingin mengatakan yang sebenarnya, sayangnya aku harus pergi ke luar negeri untuk waktu yang lama.

“Pameran tunggalku ini kuberi tema Forever Young.” Chang Wook berhenti sejenak untuk tersenyum, lebar. Dia berjalan menuju satu pigura yang tertutup kain putih, disibakkannya kain itu, nampaklah sebuah lukisan yang sangat mirip dengan Cheon Sa yang sedang melukis dengan latar belakang pinggiran pantai. “Aku sangat menyukai waktu kanak-kanakku. Waktu-waktu yang kuhabiskan bersama gadis itu. Kalian boleh menganggap gadis itu sebagai sumber inspirasiku. Karena memang demikian kenyataannya. Sebagian lukisanku yang dipajang di sini beraliran natural-ekspresionis, karena aku selalu mengingatnya setiap menyapukan kuasku. Mengingat wajah… cinta pertamaku, Ahn Cheon Sa.” Chang Wook menunjuk pada Cheon Sa yang berdiri di sudut aula pameran. Seketika semua mata mengarah padanya, membuat Cheon Sa mendadak salah tingkah. Tanpa aba-aba, suara tepuk tangan mendadak bergemuruh memenuhi ruangan itu.


“Ahn Cheon Sa… nae yeoja chinga ga dwae jullae (maukah kau menjadi pacarku)?”

Cheon Sa menunduk malu. “Aishh, dasar gila!” gumamnya sambil mengumpat. Dilirik ke kanan-kirinya, semua orang masih mengharapkan jawabannya. Dia sudah tidak bisa mengukur seberapa malu keadaannya sekarang. Perasaannya bercampur aduk. Jantungnya berdegup kencang. 12 tahun menunggu cinta pertamanya, akhirnya dia mendapatkannya.

Jawaban yang selama ini diimpikannya.

“Cheon Sa-ya?” Chang Wook memanggilnya lagi.

Dwae (iya, aku mau).”

“Eh?”

“Aku mau jadi pacarmu.” ulang Cheon Sa cepat-cepat. Di depannya, Chang Wook sempat melebarkan matanya sebelum detik berikutnya tersenyum sangat lebar, lalu dia segera berlari menuju Angel-nya. Ahn Cheon Sa.

Forever Young. Perasaan yang selama ini disimpan rapat dalam hati Chang Wook. Perasaan yang selalu ingin kembali ke masa-masa remajanya. Akhirnya dia bisa kembali dan membawa kenangannya itu ke masa sekarang.

Your eyes that saw me for the first time
In them, I saw a number of stars
They were following me in a funny way that day
So, why, on that day…
…Couldn’t I forget about you, in that moment
The day the shining you, came towards me
To me you’re the Best of the Best no one I ever had
I’ll give you a gift, So I won’t regret

Forever young this moment that’s just ours
Forever young I don’t want to let it get away
Forever young woo baby
Woo woo baby woo woo baby
Cuz I wanna be
Forever young you and I, just as we are
Forever young even if time passes by
Forever young woo baby
Woo woo baby woo woo baby
Forever you’re my shawty
(GOT7-Forever Young)
***SELESAI***
150505, 19.11 WIB.

1 komentar:

  1. huwaaa,,, Ujen-ah, seruuu endingnya.. you know me so well >_<
    oh iya, eon penasaran pas si Jcw blg "Kau tahu tidak apa artinya jika seorang pria membiarkan wanita membetulkan dasinya?” nah itu jwbn-a apa saeng? apa artinya itu si pria suka sm si cewk?
    aniway, jeongmal gomawo buat FF nya :*

    BalasHapus