Selasa, 26 Mei 2015

[FANFICTION] 100% 1.4.3 -Chapter 1-



Fanfiction : 100% 1.4.3
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Casts : B.A.P, Block B and OC
Chapter 1 : All of Sudden


            Aku sedang bermain bola basket sendirian di halaman depan rumahku seperti biasa pada minggu pagi ini. Jiho, saudara kembarku tidak bisa pulang hari ini karena dia bilang sekolahnya sedang menyiapkan school trip selama satu minggu ke pulau Jeju. HAH! Buat apa sih ngadain school trip ke pulau tempat orang bulan madu itu?

Aku melempar bola basket itu dengan kekuatan penuh karena kesal Jiho tidak bisa pulang. Mungkin saking kesalnya, bola basket itu  malah menyeberangi tembok pemisah antara rumahku dan rumah tetangga sebelah. Aku melongo saja saat bola itu lenyap dari hadapanku. Dan tiba – tiba...

DUAKK!

Aku tesentak mendengar suara itu. Secepat kilat, aku melompati tembok putih setinggi hampir dua meter di hadapanku itu dan dalam sekejap aku sudah ada di halaman rumah keluarga Kim, tempat di mana bolaku tadi menghilang. Dan lebih kaget lagi karena ternyata bola basket itu ada di tangan Himchan, anak laki-laki satu-satunya keluarga Kim. Himchan meringis kesakitan sambil memegang kepala bagian belakangnya.

Himchan kaget begitu melihatku sudah ada di depannya dengan ekspresi bersalah.

“Hei, KAU! Dari mana kau masuk ke halamanku? Bukankah pintu pagarnya masih kukunci?” tanyanya dengan ekspresi kaget dan mata melebar.

Aku nyengir bersalah. “Ahahaha, maaf ya, tadi aku langsung melompati tembok itu karena bola basketku jatuh ke halaman rumahmu.”

Himchan mengamatiku lalu mengamati bola basket yang ada di tangannya bergantian. Setelah beberapa saat, akhirnya dia kembali bersuara.

“Ohh, jadi bola basket ini milikmu? Apa kau tahu bola ini sudah menghantam kepalaku dengan sangat keras? Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganku hah?”

Aku membungkukkan badanku dalam-dalam. “Aku minta maaf, Himchan-sshi!”

Himchan menghela nafas panjang, lalu berdecak. “Apa boleh buat...” katanya lalu membuka kunci pagar rumahnya dan keluar. Sementara aku bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan? Lalu akhirnya aku sadar kalau dia menuju halaman rumahku. Cepat-cepat aku kembali melompati tembok itu dan kembali ke halaman rumahku.

Himchan hampir terjengkang saat aku melompat turun dari tembok itu tepat di hadapannya. Bola basketku sudah jatuh menggelinding di sampingnya. Sambil mengelus – elus dadanya, Himchan berkata,

“Tidak bisakah kau... bersikap seperti cewek pada umumnya?”

Ne?” tanyaku bingung.

“Melempar bola basket dengan kekuatan besar, melompati pagar setinggi dua meter... apa kau pikir itu hal normal yang dilakukan cewek?”

Kenapa tiba-tiba Himchan mengomentariku seperti itu? Ingin sekali aku membalas kata-katanya tapi ternyata aku tidak bisa.

“Itu ... aku minta maaf. Sudah kubilang kan aku minta maaf?” tanyaku pelan-pelan.

“Seharusnya kau pasang jaring di dekat tiang basket itu, jadi bola basket itu tidak akan jatuh di halaman rumahku lagi. Bagaimana kalau mengenai orang lain?”

“Ohh, itu. Aku memang bermaksud memasang jaring yang ada di situ. Tapi karena hari ini oppa-ku tidak pulang, jadi aku—“

Hmchan tidak menunggu kata-kataku dan langsung berjalan menuju tempat di mana jaring itu berada. Dia mengamatinya dengan seksama dan membawa jaring itu ke sudut tembok yang tadi kulompati.

“Ambilkan tangga, paku dan palu untukku.” katanya dengan nada memerintah. Aku menganggukkan kepalaku lalu secepat kilat mencari alat-alat yang disebutkan Himchan di gudang peralatan di samping rumahku.

Aku kembali dan menyerahkan alat-alat itu pada Himchan. Tanpa banyak bicara, Himchan segera memasang tangga lipat itu dan menaikinya. Dia mulai sibuk memasang jaring itu di sebuah tiang kecil yang lebih tinggi sekitar 70 cm dari tembok rumahku yang memang sudah disiapkan Jiho untuk memasang jaring. Aku mengamati Himchan yang tampak serius bekerja.

Kim Himchan. Orang yang berada di depanku ini, adalah orang yang selama ini kusukai. Dia senior satu tingkat di atasku. Dia sangat terkenal di sekolah karena sangat pintar dan punya banyak bakat. Melukis, memainkan instrumental tradisional Korea dan alat musik lainnya dan master catur, dia juga salah satu ulzzang terkenal di kota Seoul ini. Termasuk dalam Best Nine Ulzzang. Waktu kecil, dia bertubuh gendut tapi dia sangat ramah. Dia pernah menolongku mencari kucingku yang hilang. Walaupun saat itu dia baru pertama kali bertemu denganku. Sejak saat itu aku menganggap dia pahlawanku dan aku jadi menyukainya. Padahal kami tidak pernah satu sekolah saat SD dan SMP dan bahkan dia tidak tahu namaku. Tapi aku tahu banyak tentangnya. Aku ini semacam stalker. Mungkin.

“Hei, dengar gak? Aku bilang ambilkan tali!” seru Himchan dengan nada tinggi. Aku tersadar dari lamunanku lalu bergegas mengambilkan tali untuk Himchan. Dasar bodoh, sudah bagus dia mau membantuku, tapi aku malah tidak bisa membantunya apa – apa.

Aku menyerahkan tali itu kepada Himchan yang masih berada di atas tangga lipat itu. Himchan sedikit menunduk supaya bisa mengambil tali itu dariku. Aku tidak berani menatapnya.

“Kenapa tadi melihatku seperti itu? Apa ada yang aneh dengan wajahku?”

Aku mendongak supaya bisa melihat Himchan. Lalu menggeleng kuat-kuat.

“Ti-tidak ada kok, hehe.” aku nyengir menutupi rasa gugupku. Jangan sampai Himchan tahu kalau tadi aku terus memikirkannya.

Himchan tidak tampak peduli padaku, dia kembali sibuk menyelesaikan kerjaannya dan tidak menoleh lagi padaku.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%


Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, aku melewati rumah Himchan menuju sekolahku. Dan seperti hari-hari sebelumnya juga, Himchan sudah berdiri di depan pintu pagar rumahnya sambil memasukkan tangannya di kantong celananya.

Aku menyapa Himchan dengan gugup. Dia mengamatiku dengan kening berkerut lalu segera berjalan menuju sekolah.

Tidak usah heran dengannya. Da memang suka seperti itu dari dulu. Walaupun kami sudah bertetangga belasan tahun, tapi jangan harap ada kisah manis di antara kami. Memang sih dia pernah membantuku mencari kucingku, tapi setelah itu tidak ada lagi kenangan yang bisa kuingat. Himchan sangat tertutup. Setahuku dia sangat jarang keluar dari rumahnya kecuali pergi ke sekolah. Yang aku dengar, waktu SMP dia pernah bergabung dengan sebuah band bentukan kelompoknya yang bernama B.A.P. Anggotanya ada enam orang dan empat di antaranya adalah teman sekelasku. Sementara Himchan dan Bang Yongguk, berada di kelas yang sama.

Aku berjalan sekitar dua meter di belakang Himchan dan tidak terasa kami sudah sampai di sekolah kami, SMA Taeyang. SMA Taeyang ini lokasi sangat strategis karena berada di dekat gedung sebuah agensi artis terkenal.

Kulihat Lee Minhyuk, salah satu seniorku dan satu klub denganku di klub dance melambai ke arahku sambil tersenyum manis. Tapi aku tidak membalas lambaian ataupun senyumnya karena kau tahu dia tidak tersenyum kepadaku. Tapi kepada Himchan yang ada di depanku.

Minhyuk sunbae menghampiri Himchan lalu merangkulkan lengannya ke bahu Himchan. Mereka mengobrol dengan akrab. Sebenarnya aku ingin sekali mendengarkan obrolan mereka tapi tiba-tiba aku merasakan bahuku ditimpa sesuatu.

Huegh! Aku merasa terhenyak. Aku melihat di sebelah kiriku sudah ada Yoo Youngjae dan di sebelah kananku ada Jung Daehyun. Sialan! Dua orang ini selalu saja memperlakukanku seperti ini. Lama-lama aku bisa mati tercekik. Lihat saja apa yang mereka lakukan dengan merangkulku erat-erat.

“Pagi, Hye Mi.” sapa Youngjae sambil nyengir lebar.

Aku menghela nafas sebal. “Hei, mau sampai kapan kalian merangkulku seperti ini? Memangnya aku buronan?”

“Hye Mi, hari ini kau juga cantik sekali.” rayu Daehyun. Aku sudah tahu apa maksud mereka.

“Sudah kubilang kan aku tidak mau? Walau kalian merayuku berkali-kalipun, aku tidak akan mau mengenalkan kalian dengan seniorku di klub dance.”

“Ahh, Hye Mi... jangan begitu. Aku kan sudah membantumu saat tes tengah semester tempo hari. Masa’ sekarang kau tidak mau membantuku untuk melakukan pendekatan dengan Sungjin sunbae?” Youngjae berkata dengan nada sok imut.

“Ohh, jadi sekarang bantuanmu itu dilakukan dengan meminta balasan hah? Teman macam apa kau ini? Kau tahu kan aku tidak begitu dekat dengan senior perempuan di klubku? Dan kau, Jung Daehyun, mau berapa kali aku bilang aku tidak bisa membantumu mendapatkan tiket konser TVXQ itu dari Jihyun sunbae? Dia itu juga penggemar beratnya TVXQ, bodoh!”

Secara serempak mereka melepaskan rangkulan mereka di bahuku. Cih, apa – apaan teman – teman seperti mereka ini? Menolong teman dengan pamrih.

“Woo Hye Mi menyebalkan.” ejek Youngjae. Tapi aku tidak menggubris omongannya yang kalau diladeni akan bertambah panjang.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%


Ruang penyimpanan sepatu. Aku mengambil sepatuku dengan gerakan sangat lamban agar aku bisa memandangi Himchan yang juga sedang berada di ruang itu bersama Yongguk sunbae, Minhyuk sunbae dan Taeil sunbae. Mereka tampak ngobrol seru di depan laci milik Himchan. Sesekali mereka tertawa menanggapi omongan yang lain. Himchan hanya tertawa di dekat mereka. Aku tidak pernah melihatnya tertawa selepas itu di depan orang selain teman akrabnya. Mungkin jaga image sih.

Tiba-tiba sesuatu menghentikan tawa mereka. Sesuatu itu adalah Clara Lee sunbae yang dari dulu selalu berusaha menjadikan Himchan sebagai pacarnya. Dia ikut klub balet dan orangnya sangat feminim juga modis. Ya, ya, bisa dibilang dia adalah sainganku L.

Clara sunbae menghampiri Himchan bersama dua orang temannya. Sebenarnya aku malas melihatnya dan ingin segera keluar dari ruangan yang mendadak berubah pengap itu. Tapi ... mereka menghalangi satu-satunya jalan keluarku. Akhirnya terpaksa aku tetap di sana dan berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka. Hehe, aku tahu aku salah.

Aigoo, mau berapa kali kau ini dibilangin, Himchan itu gak mau denganmu, Clara.” kata Taeil sunbae. Seniorku yang punya banyak tindik di telinga dan juga alisnya tapi memiliki suara yang sangat merdu itu.

“Lebih baik kau diam. Aku gak ngomong denganmu, dasar pendek!” sahut Clara sunbae ketus. Mendengarnya mengatai Taeil sunbae saja, sudah membuat darahku mendidih. Cewek ini benar-benar menyebalkan.

“Oii, kau dengar apa yang baru saja kau katakan? Kasar sekali kau ini!” Minhyuk sunbae rupanya tidak terima juga dengan omongan Clara sunbae yang mengejek Taeil sunbae.

“Kau juga diam saja, Minhyuk. Aku tidak ada urusan denganmu.” Tidak ada kata ejekan untuk Minhyuk sunbae yang terkenal jago ngedance dan berwajah tampan itu.

Perhatian Clara sunbae kemudian beralih ke Himchan yang dari tadi hanya mengamati apa yang terjadi dengan malas. Nada bicaranya berubah sok manis saat berbicara dengan Himchan. Cih, dasar cewek serigala.

“Himchan-sshi, bagaimana kalau siang ini—“

“Sudah kukatakan berulang kali, aku tidak tertarik.” Himchan memotong kalimat Clara sunbae.

“Apa yang salah denganku, Himchan-ah?”

Apa? Dia barusan memanggil Himchan dengan sok akrab begitu?

“Banyak.” jawab Himchan datar.

“Banyak itu seperti apa?” desak Clara sunbae. Aigoo, sebagai sesama cewek, aku malu sekali melihat kelakuannya.

“Jaga sopan santunmu, Clara.” tegur Yongguk sunbae.

Aku baru sadar kalau Clara sunbae meletakkan tangannya di bahu Himchan. Himchan memalingkan mukanya ke arahku. Mata kami bertemu sesaat lalu dia memejamkan matanya.

“Ck, aku lupa kalau di sini ada ketua OSIS yang sok disiplin.” ujar Clara sunbae melepaskan cengkramannya di bahu Himchan.

“Himchan-ah, apa kau tidak bisa melihat ketulusan di mataku?”

Ugh. Ketulusan apanya? Bahkan orang yang punya indera ke enam pun tidak akan bisa melihat ketulusan di mata orang itu. Karena memang tidak ada ketulusan di sana.

Himchan melirikku lagi. “Hei, bagaimana kalau aku bilang kalau aku sedang dekat dengan seseorang?” tanya Himchan pada Clara sunbae.

“Siapa?” tanya Clara sunbae hampir bersamaan dengan suara hatiku.

Himchan menaikkan satu sudut bibirnya ke atas. Tanpa banyak bicara, Himchan berjalan ke arahku dan kemudian merangkul bahuku. Diperlakukan tiba-tiba begini oleh orang yang kau suka, bisa membuatmu mimisan tanpa kau sadari. Tapi aku bahkan tidak sempat mengecek apakah keluar darah dari hidungku karena mendadak kedua tanganku tidak bisa digerakkan.

“Dia. Aku sangat dekat dengannya.” kata Himchan sembarangan. Dekat apanya? Dia bahkan tidak tahu namaku!

“Itu bohong kan?” tanya Clara sunbae dengan mata melebar tidak percaya.

“Bohong apanya? Kau tidak bisa lihat kalau saat ini kami sedang bersama? Iya kan, pacarku?” kata Himchan mengedipkan sebelah matanya padaku. Apa itu? Isyarat kode?

Seakan dihipnotis, aku hanya mengangguk menjawab perkataan Himchan.

Tatapanku beralih pada senior-seniorku yang lain yang menatap kami dengan tatapan tidak percaya. Clara sunbae pun menatapku tajam. Aku merasa kalau tatapan itu bisa membunuh, mungkin sekarang aku sudah tidak bernyawa.

Mati aku!


%%%%%%%%% To Be Continued 130914 %%%%%%%%%%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar