Fanfiction : 100% 1.4.3
Author : Park Sujan (Tsujana
Albarabumulih)
Casts : B.A.P, Block B and OC
Chapter 1 : All of Sudden
Aku sedang bermain bola basket
sendirian di halaman depan rumahku seperti biasa pada minggu pagi ini. Jiho,
saudara kembarku tidak bisa pulang hari ini karena dia bilang sekolahnya sedang
menyiapkan school trip selama satu
minggu ke pulau Jeju. HAH! Buat apa sih ngadain school trip ke pulau tempat orang bulan madu itu?
Aku melempar bola basket itu dengan kekuatan penuh
karena kesal Jiho tidak bisa pulang. Mungkin saking kesalnya, bola basket
itu malah menyeberangi tembok pemisah
antara rumahku dan rumah tetangga sebelah. Aku melongo saja saat bola itu
lenyap dari hadapanku. Dan tiba – tiba...
DUAKK!
Aku tesentak mendengar suara itu. Secepat kilat, aku
melompati tembok putih setinggi hampir dua meter di hadapanku itu dan dalam
sekejap aku sudah ada di halaman rumah keluarga Kim, tempat di mana bolaku tadi
menghilang. Dan lebih kaget lagi karena ternyata bola basket itu ada di tangan
Himchan, anak laki-laki satu-satunya keluarga Kim. Himchan meringis kesakitan
sambil memegang kepala bagian belakangnya.
Himchan kaget begitu melihatku sudah ada di depannya
dengan ekspresi bersalah.
“Hei, KAU! Dari mana kau masuk ke halamanku?
Bukankah pintu pagarnya masih kukunci?” tanyanya dengan ekspresi kaget dan mata
melebar.
Aku nyengir bersalah. “Ahahaha, maaf ya, tadi aku
langsung melompati tembok itu karena bola basketku jatuh ke halaman rumahmu.”
Himchan mengamatiku lalu mengamati bola basket yang
ada di tangannya bergantian. Setelah beberapa saat, akhirnya dia kembali
bersuara.
“Ohh, jadi bola basket ini milikmu? Apa kau tahu
bola ini sudah menghantam kepalaku dengan sangat keras? Bagaimana kalau terjadi
sesuatu denganku hah?”
Aku membungkukkan badanku dalam-dalam. “Aku minta
maaf, Himchan-sshi!”
Himchan menghela nafas panjang, lalu berdecak. “Apa
boleh buat...” katanya lalu membuka kunci pagar rumahnya dan keluar. Sementara
aku bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan? Lalu akhirnya aku sadar kalau dia
menuju halaman rumahku. Cepat-cepat aku kembali melompati tembok itu dan
kembali ke halaman rumahku.
Himchan hampir terjengkang saat aku melompat turun
dari tembok itu tepat di hadapannya. Bola basketku sudah jatuh menggelinding di
sampingnya. Sambil mengelus – elus dadanya, Himchan berkata,
“Tidak bisakah kau... bersikap seperti cewek pada
umumnya?”
“Ne?”
tanyaku bingung.
“Melempar bola basket dengan kekuatan besar,
melompati pagar setinggi dua meter... apa kau pikir itu hal normal yang dilakukan
cewek?”
Kenapa tiba-tiba Himchan mengomentariku seperti itu?
Ingin sekali aku membalas kata-katanya tapi ternyata aku tidak bisa.
“Itu ... aku minta maaf. Sudah kubilang kan aku
minta maaf?” tanyaku pelan-pelan.
“Seharusnya kau pasang jaring di dekat tiang basket
itu, jadi bola basket itu tidak akan jatuh di halaman rumahku lagi. Bagaimana
kalau mengenai orang lain?”
“Ohh, itu. Aku memang bermaksud memasang jaring yang
ada di situ. Tapi karena hari ini oppa-ku
tidak pulang, jadi aku—“
Hmchan tidak menunggu kata-kataku dan langsung
berjalan menuju tempat di mana jaring itu berada. Dia mengamatinya dengan
seksama dan membawa jaring itu ke sudut tembok yang tadi kulompati.
“Ambilkan tangga, paku dan palu untukku.” katanya
dengan nada memerintah. Aku menganggukkan kepalaku lalu secepat kilat mencari
alat-alat yang disebutkan Himchan di gudang peralatan di samping rumahku.
Aku kembali dan menyerahkan alat-alat itu pada
Himchan. Tanpa banyak bicara, Himchan segera memasang tangga lipat itu dan menaikinya.
Dia mulai sibuk memasang jaring itu di sebuah tiang kecil yang lebih tinggi
sekitar 70 cm dari tembok rumahku yang memang sudah disiapkan Jiho untuk
memasang jaring. Aku mengamati Himchan yang tampak serius bekerja.
Kim Himchan. Orang yang berada di depanku ini,
adalah orang yang selama ini kusukai. Dia senior satu tingkat di atasku. Dia
sangat terkenal di sekolah karena sangat pintar dan punya banyak bakat. Melukis,
memainkan instrumental tradisional Korea dan alat musik lainnya dan master
catur, dia juga salah satu ulzzang
terkenal di kota Seoul ini. Termasuk dalam Best
Nine Ulzzang. Waktu kecil, dia bertubuh gendut tapi dia sangat ramah. Dia
pernah menolongku mencari kucingku yang hilang. Walaupun saat itu dia baru
pertama kali bertemu denganku. Sejak saat itu aku menganggap dia pahlawanku dan
aku jadi menyukainya. Padahal kami tidak pernah satu sekolah saat SD dan SMP dan
bahkan dia tidak tahu namaku. Tapi aku tahu banyak tentangnya. Aku ini semacam stalker. Mungkin.
“Hei, dengar gak? Aku bilang ambilkan tali!” seru
Himchan dengan nada tinggi. Aku tersadar dari lamunanku lalu bergegas
mengambilkan tali untuk Himchan. Dasar bodoh, sudah bagus dia mau membantuku,
tapi aku malah tidak bisa membantunya apa – apa.
Aku menyerahkan tali itu kepada Himchan yang masih
berada di atas tangga lipat itu. Himchan sedikit menunduk supaya bisa mengambil
tali itu dariku. Aku tidak berani menatapnya.
“Kenapa tadi melihatku seperti itu? Apa ada yang
aneh dengan wajahku?”
Aku mendongak supaya bisa melihat Himchan. Lalu
menggeleng kuat-kuat.
“Ti-tidak ada kok, hehe.” aku nyengir menutupi rasa
gugupku. Jangan sampai Himchan tahu kalau tadi aku terus memikirkannya.
Himchan tidak tampak peduli padaku, dia kembali
sibuk menyelesaikan kerjaannya dan tidak menoleh lagi padaku.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, aku melewati
rumah Himchan menuju sekolahku. Dan seperti hari-hari sebelumnya juga, Himchan
sudah berdiri di depan pintu pagar rumahnya sambil memasukkan tangannya di
kantong celananya.
Aku menyapa Himchan dengan gugup. Dia mengamatiku
dengan kening berkerut lalu segera berjalan menuju sekolah.
Tidak usah heran dengannya. Da memang suka seperti
itu dari dulu. Walaupun kami sudah bertetangga belasan tahun, tapi jangan harap
ada kisah manis di antara kami. Memang sih dia pernah membantuku mencari
kucingku, tapi setelah itu tidak ada lagi kenangan yang bisa kuingat. Himchan
sangat tertutup. Setahuku dia sangat jarang keluar dari rumahnya kecuali pergi
ke sekolah. Yang aku dengar, waktu SMP dia pernah bergabung dengan sebuah band
bentukan kelompoknya yang bernama B.A.P. Anggotanya ada enam orang dan empat di
antaranya adalah teman sekelasku. Sementara Himchan dan Bang Yongguk, berada di
kelas yang sama.
Aku berjalan sekitar dua meter di belakang Himchan
dan tidak terasa kami sudah sampai di sekolah kami, SMA Taeyang. SMA Taeyang
ini lokasi sangat strategis karena berada di dekat gedung sebuah agensi artis
terkenal.
Kulihat Lee Minhyuk, salah satu seniorku dan satu
klub denganku di klub dance melambai
ke arahku sambil tersenyum manis. Tapi aku tidak membalas lambaian ataupun
senyumnya karena kau tahu dia tidak tersenyum kepadaku. Tapi kepada Himchan
yang ada di depanku.
Minhyuk sunbae
menghampiri Himchan lalu merangkulkan lengannya ke bahu Himchan. Mereka
mengobrol dengan akrab. Sebenarnya aku ingin sekali mendengarkan obrolan mereka
tapi tiba-tiba aku merasakan bahuku ditimpa sesuatu.
Huegh! Aku merasa terhenyak. Aku melihat di sebelah
kiriku sudah ada Yoo Youngjae dan di sebelah kananku ada Jung Daehyun. Sialan! Dua
orang ini selalu saja memperlakukanku seperti ini. Lama-lama aku bisa mati
tercekik. Lihat saja apa yang mereka lakukan dengan merangkulku erat-erat.
“Pagi, Hye Mi.” sapa Youngjae sambil nyengir lebar.
Aku menghela nafas sebal. “Hei, mau sampai kapan
kalian merangkulku seperti ini? Memangnya aku buronan?”
“Hye Mi, hari ini kau juga cantik sekali.” rayu
Daehyun. Aku sudah tahu apa maksud mereka.
“Sudah kubilang kan aku tidak mau? Walau kalian
merayuku berkali-kalipun, aku tidak akan mau mengenalkan kalian dengan seniorku
di klub dance.”
“Ahh, Hye Mi... jangan begitu. Aku kan sudah
membantumu saat tes tengah semester tempo hari. Masa’ sekarang kau tidak mau
membantuku untuk melakukan pendekatan dengan Sungjin sunbae?” Youngjae berkata dengan nada sok imut.
“Ohh, jadi sekarang bantuanmu itu dilakukan dengan
meminta balasan hah? Teman macam apa kau ini? Kau tahu kan aku tidak begitu
dekat dengan senior perempuan di klubku? Dan kau, Jung Daehyun, mau berapa kali
aku bilang aku tidak bisa membantumu mendapatkan tiket konser TVXQ itu dari
Jihyun sunbae? Dia itu juga penggemar
beratnya TVXQ, bodoh!”
Secara serempak mereka melepaskan rangkulan mereka
di bahuku. Cih, apa – apaan teman – teman seperti mereka ini? Menolong teman dengan
pamrih.
“Woo Hye Mi menyebalkan.” ejek Youngjae. Tapi aku
tidak menggubris omongannya yang kalau diladeni akan bertambah panjang.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Ruang penyimpanan sepatu. Aku mengambil sepatuku
dengan gerakan sangat lamban agar aku bisa memandangi Himchan yang juga sedang
berada di ruang itu bersama Yongguk sunbae,
Minhyuk sunbae dan Taeil sunbae. Mereka tampak ngobrol seru di
depan laci milik Himchan. Sesekali mereka tertawa menanggapi omongan yang lain.
Himchan hanya tertawa di dekat mereka. Aku tidak pernah melihatnya tertawa
selepas itu di depan orang selain teman akrabnya. Mungkin jaga image sih.
Tiba-tiba sesuatu menghentikan tawa mereka. Sesuatu
itu adalah Clara Lee sunbae yang dari
dulu selalu berusaha menjadikan Himchan sebagai pacarnya. Dia ikut klub balet
dan orangnya sangat feminim juga modis. Ya, ya, bisa dibilang dia adalah
sainganku L.
Clara sunbae
menghampiri Himchan bersama dua orang temannya. Sebenarnya aku malas melihatnya
dan ingin segera keluar dari ruangan yang mendadak berubah pengap itu. Tapi ...
mereka menghalangi satu-satunya jalan keluarku. Akhirnya terpaksa aku tetap di
sana dan berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka. Hehe, aku tahu aku salah.
“Aigoo,
mau berapa kali kau ini dibilangin, Himchan itu gak mau denganmu, Clara.” kata
Taeil sunbae. Seniorku yang punya
banyak tindik di telinga dan juga alisnya tapi memiliki suara yang sangat merdu
itu.
“Lebih baik kau diam. Aku gak ngomong denganmu,
dasar pendek!” sahut Clara sunbae
ketus. Mendengarnya mengatai Taeil sunbae
saja, sudah membuat darahku mendidih. Cewek ini benar-benar menyebalkan.
“Oii, kau dengar apa yang baru saja kau katakan? Kasar
sekali kau ini!” Minhyuk sunbae rupanya
tidak terima juga dengan omongan Clara sunbae
yang mengejek Taeil sunbae.
“Kau juga diam saja, Minhyuk. Aku tidak ada urusan
denganmu.” Tidak ada kata ejekan untuk Minhyuk sunbae yang terkenal jago ngedance
dan berwajah tampan itu.
Perhatian Clara sunbae
kemudian beralih ke Himchan yang dari tadi hanya mengamati apa yang terjadi
dengan malas. Nada bicaranya berubah sok manis saat berbicara dengan Himchan. Cih,
dasar cewek serigala.
“Himchan-sshi,
bagaimana kalau siang ini—“
“Sudah kukatakan berulang kali, aku tidak tertarik.”
Himchan memotong kalimat Clara sunbae.
“Apa yang salah denganku, Himchan-ah?”
Apa? Dia barusan memanggil Himchan dengan sok akrab
begitu?
“Banyak.” jawab Himchan datar.
“Banyak itu seperti apa?” desak Clara sunbae. Aigoo, sebagai sesama cewek, aku malu sekali melihat kelakuannya.
“Jaga sopan santunmu, Clara.” tegur Yongguk sunbae.
Aku baru sadar kalau Clara sunbae meletakkan tangannya di bahu Himchan. Himchan memalingkan
mukanya ke arahku. Mata kami bertemu sesaat lalu dia memejamkan matanya.
“Ck, aku lupa kalau di sini ada ketua OSIS yang sok
disiplin.” ujar Clara sunbae
melepaskan cengkramannya di bahu Himchan.
“Himchan-ah,
apa kau tidak bisa melihat ketulusan di mataku?”
Ugh. Ketulusan apanya? Bahkan orang yang punya
indera ke enam pun tidak akan bisa melihat ketulusan di mata orang itu. Karena
memang tidak ada ketulusan di sana.
Himchan melirikku lagi. “Hei, bagaimana kalau aku
bilang kalau aku sedang dekat dengan seseorang?” tanya Himchan pada Clara sunbae.
“Siapa?” tanya Clara sunbae hampir bersamaan dengan suara hatiku.
Himchan menaikkan satu sudut bibirnya ke atas. Tanpa
banyak bicara, Himchan berjalan ke arahku dan kemudian merangkul bahuku. Diperlakukan
tiba-tiba begini oleh orang yang kau suka, bisa membuatmu mimisan tanpa kau
sadari. Tapi aku bahkan tidak sempat mengecek apakah keluar darah dari hidungku
karena mendadak kedua tanganku tidak bisa digerakkan.
“Dia. Aku sangat dekat dengannya.” kata Himchan
sembarangan. Dekat apanya? Dia bahkan tidak tahu namaku!
“Itu bohong kan?” tanya Clara sunbae dengan mata melebar tidak percaya.
“Bohong apanya? Kau tidak bisa lihat kalau saat ini
kami sedang bersama? Iya kan, pacarku?” kata Himchan mengedipkan sebelah
matanya padaku. Apa itu? Isyarat kode?
Seakan dihipnotis, aku hanya mengangguk menjawab
perkataan Himchan.
Tatapanku beralih pada senior-seniorku yang lain
yang menatap kami dengan tatapan tidak percaya. Clara sunbae pun menatapku tajam. Aku merasa kalau tatapan itu bisa
membunuh, mungkin sekarang aku sudah tidak bernyawa.
Mati aku!
%%%%%%%%% To Be Continued 130914 %%%%%%%%%%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar