Kamis, 14 Mei 2015

[FF REQUEST] Guardian Angel



Title : Guardian Angel
Author : Tsujana Albarabumulih Ujen ( Park Su Jan/박수잔)
Casts : CN BLUE Lee Jonghyun & A PINK Jung Eunji
Genre : Slice of life, a lil’ bit of fantasy



*Lee Jonghyun’s POV*

Tto. Tto (lagi, lagi). Aku menghela nafas sebal. Akhir-akhir ini aku merasa ada yang selalu mengikutiku. Entah itu di sekolah, di jalan ataupun saat aku sedang sendirian di perpustakaan (dan semoga aku tidak sampai diikuti juga di toilet, misalnya).

Aku berjalan perlahan menuju rumah begitu selesai dengan kegiatan klubku di sekolah. Kali ini aku bertekad akan membongkar identitas penguntit itu. Jika dia berniat jahat, aku sudah bersiap-siap akan lapor ke polisi. Kulirik bayangan berbentuk siluet gadis berambut panjang di belakangku. Aku menyeringai.

Nawa (keluarlah)~” aku bicara ketus tanpa menoleh ke belakang.

Tidak ada respon. Aku berdecak lalu kembali mengulangi perintahku.

“Keluarlah. Kau sudah ketahuan sekarang!”

Satu detik, dua detik… lima detik kemudian seseorang keluar dari balik tiang lampu di belakangku. Aku berbalik, dan sedikit kaget melihat sosok yang berdiri di depanku. Sosok gadis di depanku ini memang seperti dugaanku, tapi jauh lebih menarik dibanding itu. Rambutnya panjang berwarna coklat kehitaman, matanya sipit dengan monolid, hidungnya kecil. Secara keseluruhan aku bisa menyebutnya berwajah cantik, seperti anggota girl group yang digilai teman-teman di sekolahku. Dia mengenakan baju terusan selutut berwarna putih, membuatnya terkesan seperti … bidadari, mungkin?

Neo mwoni (kau ini apa)?” tanyaku ragu-ragu, aku bahkan tidak menggunakan jondaemal (bahasa formal) walaupun baru pertama kali ini bertemu dengannya. Aku tahu aku kurang sopan, tapi kelakuannya yang selama beberapa hari ini mengikutiku jauh lebih tidak sopan. “Stalker?” tebakku tanpa basa-basi.

Mata gadis itu merngerjap. Lalu dia menggeleng. “Anieyo (bukan),” jawabnya dengan bahasa formal.

Keuromnugu? Wae jakku ttarawa (lalu siapa? Kenapa kau mengikutiku)?”

Gadis itu  terlihat salah tingkah dengan pertanyaanku, lalu dengan gugup berjalan mendekatiku dan menyerahkan sebuah benda yang sangat familiar padaku. Pick gitar pemberian appa-ku.

“Ini… kau meninggalkannya di bangku taman beberapa hari lalu, aku memungutnya dan berniat mengembalikannya padamu karena sepertinya benda ini sangat berarti bagimu. Tapi aku tidak berani…”

“Jadi itu sebabnya kau mengikuti beberapa hari ini?” tanyaku sambil memicingkan mata. “Apa aku menyeramkan? Apa aku terlihat seperti orang yang bisa memakan manusia?”

A-anieyo (bu-bukan begitu)!” serunya panik. “Maaf, kalau tingkah lakuku membuatmu tidak nyaman, tapi aku benar-benar tidak bermaksud begitu.”

Aku mengangguk-angguk paham. “Arraseo (aku ngerti). Amudeun (biar bagaimanapun), gomawo (makasih).” Aku menggoyangkan pick gitar di tanganku.

Gadis itu terlihat lega. “Ne.” gumamnya sambil tersenyum, membuatku entah kenapa kehilangan kata-kata.

Keurom.. na kalke (kalau begitu, aku pulang dulu)?” aku melihat responnya.

“Ah, jamkkanmanyo (tunggu sebentar)!” cegahnya sebelum aku benar-benar melangkahkan kaki.

“Hm?”

Gadis itu terlihat gugup, disibaknya poni yang menutupi matanya. “Urichingu haesseoandwaeyo (apakah kita bisa berteman)?” tanyanya sambil menatap penuh harap.

Aku menelengkan kepala, “Chingu?”

“Ka-kalau kau tidak mau tidak apa-apa sih. Tapi… aku sangat berharap kita bisa berteman. Aku janji aku tidak akan melewati batas-batas pertemanan,”

Geurae (baiklah).” kataku setuju. “Geundae, ireumeun mwoya (tapi… namamu siapa)?”

Matanya berbinar sebelum menjawab. “Eunji. Jung Eunji imnida.”

“Eunji? Yeppeun ireumi (nama yang bagus). Na Lee Jonghyun-iya, bangapda (salam kenal).”

***

Dua tahun kemudian.

“Jonghyun-ah, mwo haneungoya (sedang apa)?” seorang gadis menyejajarkan wajahnya ke arahku, membuatku yang sedang mencari inspirasi lagu menjadi kaget.

Aigoo, ternyata kau, Eunji? Aah, kkamjakiya (kau mengagetkanku)~” aku mendorong wajahnya dengan telunjukku.


Dia tersenyum, lalu memlilih duduk di sampingku.

“Sedang apa sih? Aku panggil berkali-kali tidak menyahut.”

Aku tersenyum sambil menoleh padanya. “Sedang mencoba membuat lagu. Aku ingin ikut audisi jadi trainee di Flying Ent., aku ingin jadi penyanyi,” jawabku sambil menerawang.

“Kau… ingin jadi penyanyi?”

“Hm-m. Kenapa? Kau meragukanku?”

“Tidak. Aku malah senang kau sudah tahu impianmu.”

Geureoji (benar kan)? Sudah lama aku bermimpi ingin menjadi penyanyi. Wahh~ rasanya semangatku semakin membara.” Aku mengepalkan tangan kananku dengan penuh tekad.

“Jonghyun-ah,”

“Hm?”

“Besok… adalah hari ultahmu. Apa ada yang kau inginkan sebagai hadiah dariku?”

“Apa aku boleh minta apa saja?”

Eunji tampak berpikir. “Hmm… tentu.”

Jinjja (benarkah)? Kalau begitu… aku ingin nyawamu," kataku sambil menyeringai.

Raut wajah Eunji mendadak berubah.

“Eh?”

Aku mengangguk dengan serius, sementara wajah Eunji sudah berubah pucat pasi.dia terlihat panik sekali, membuatku tidak tahan untuk tidak menyemburkan tawa.

“Pfftt, bwahahahaha~ lihat wajahmu.. pucat sekali. Aigoo~ bbeongiya (bohongan kok)! Mana mungkin aku minta hal yang tidak masuk akal seperti itu? Lagipula, apa untungnya aku meminta nyawamu?”

Eunji mengerucutkan bibirnya. “Mwoya (apaan sih), kau mempermainkanku. Jjajeungneunda (menyebalkan).”

Aku masih berusaha menahan geli. “Sudah dua tahun kita berteman, tapi kau masih saja tidak bisa diajak bercanda. Heran.”

“Karena candaanmu itu suka kelewatan,” omelnya.

Mian (maaf)~ hmm, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Everland? Wahh, sudah lama aku ingin ke sana. Bagaimana menurutmu?”

Eunji memutar bola matanya, lalu dia mengangguk setuju.

Call (setuju)!”

***

Aku tiba lebih dulu di depan gerbang masuk Everland. Kepalaku mengangguk-angguk mengikuti irama musik dari earphone-ku. Tiba-tiba suara musiknya berhenti, kulihat Eunji mencabutnya sambil nyengir lucu.

“Menunggu lama?” tanyanya.

“Tidak juga,” kataku sambil memperhatikan penampilannya. Entah kenapa aku merasa hari ini dia terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya. Apa dia sengaja berdandan karena hari ini ultahku?

Wae?”

Ani.. keunyang (cuma)… apa kau memakai baju ini saat pertama kali bertemu denganku?” tanyaku menunjuk gaun sederhana berwarna putih yang mirip dengan baju yang dikenakannya dua tahun lalu.

“Ah, kau menyadarinya?”

“Tentu saja. Yaa.. kau pasti terpengaruh karena aku pernah memujimu cantik saat kau mengenakan gaun ini kan?”

Eunji hanya tersenyum sambil meraba lehernya, mendadak ekspresinya berubah  panik.

“Kalungku…” desisnya.

“Apa ketinggalan?”

“Tidak, tadi aku mengenakannya saat di rumah dan keluar menuju tempat ini. Bisa gawat kalau tidak ditemukan.”

Aku ikut panik. “Apa sebaiknya kita cari dulu? Mungkin terjatuh di jalan?” usulku.

Eunji belum sempat merespon karena aku sudah terlebih dulu berbalik menyusuri jalan yang mungkin dilewatinya tadi.

Kejadiannya begitu cepat. Mataku menangkap benda berkilauan di badan jalan, tepat di sebuah tanda penyeberangan. Aku bergegas mendekati benda itu yang ternyata memang kalung milik Eunji. Aku tersenyum lega. Kupungut kalung itu dan detik berikutnya, aku mendengar teriakan Eunji.

“Jonghyun-ah, AWASSS!!!”

Aku menoleh, mataku melebar saat melihat sebuah bus pariwisata melaju cepat ke arahku, secepat Eunji yang mendorong tubuhku ke pinggir jalan dan membiarkan dirinya yang tertabrak. Tubuh mungil itu terlempar sejauh sekitar 5 meter sebelum akhirnya jatuh berdebam keras menghantam aspal.

Aku hanya bisa mematung, kepalaku mendadak pening lalu aku tidak teringat apa-apa lagi.

***

Kata mereka aku mengalami koma. Tapi aku merasa baik-baik saja. Aku bahkan bisa berjalan normal walaupun aku tidak mengenal tempat yang didominasi warna putih ini.

“Kau mengorbankan dirimu sendiri demi manusia itu?” sebuah suara menggelegar terdengar di belakangku. Cepat-cepat aku sembunyi di balik sebuah pohon apel yang buahnya berwarna perak.

“Bukankah itu memang sudah kewajibanku sebagai Guardian Angel-nya?” jawab suara lain dengan gemetar.

“Tapi manusia yang kutugaskan kau untuk menjaganya, Lee Jonghyun itu, sudah harus menemui takdirnya di hari ultah ke 18-nya, kenapa kau berani melanggar takdir?”

“Dia hampir ditabrak karena menyelamatkan kalungku! Dia juga berkorban untukku!”

“Itu memang sudah takdirnya. Seharusnya kau diam saja dan membiarkannya pergi. Apa ada alasan lain yang membuatmu melakukan tindakan itu?”

Hening sejenak.

“Jung Eunji!” panggil suara menggelegar itu lagi.

“Maaf, Ketua. Tapi kurasa aku memang sudah jatuh cinta padanya. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padanya. Aku ingin dia bisa menikamti hidup lebih lama lagi, sehingga dia bisa menggapai impiannya menjadi seorang penyanyi.”

“Kau tidak bisa berada di sini lagi. Jiwamu akan menghilang tak berbekas. Nyawanya ditukar dengan nyawamu. Kau puas?”

Ne, algeusseumnida (baiklah, aku mengerti).”

Lalu tiba-tiba… semua mendadak putih seperti sebuah ruang hampa udara yang tidak berbatas.

***
Beberapa bulan kemudian.

“Peserta selanjutnya, dengan nomor urut 1505 atas nama Lee Jonghyun dari Busan. Silakan masuk ruang audisi.” Seorang wanita berusia sekitar 40-an memanggil namaku. Aku menegapkan tubuh dan berdiri dengan penuh percaya diri. Tepat sebelum aku masuk ke dalam ruang audisi itu, aku menyentuh bandul kalung yang kukenakan.

Tenang saja, Eunji-ya, aku akan selalu menjaga baik-baik nyawa yang berharga ini. Karena dengan cara inilah aku tetap bisa merasakan kehadiranmu.

Jinjja gomawo (terima kasih banyak), Eunji-ya.

****
150513, 22.19 WIB
As a present for CN BLUE Lee Jonghyun’s bday (910515)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar