Jumat, 13 November 2015

[Fanfiction] Sassy, Go Go! (발칙하게, 고 고!) : Reunion

Note : I can’t get enough with my OTP from Sassy, Go Go! Drama. So I decided to write this FF.
Disclaimer : Ide cerita murni milik saya. Dan casts-nya milik SGG.

Happy reading~






Aku memandang sekeliling bandara Incheon dengan perasaan rindu yang memenenuhi rongga dada. Berlebihan memang. Aku hanya meninggalkan Korea selama satu bulan karena seminar yang harus kuikuti di Jerman. Kalau tidak penting, aku tidak akan pernah berpikir untuk pergi ke sana. Meninggalkan seseorang yang sangat berarti dalam hidupku.

“Oii, Kim Yeol!”

Aku menoleh ke asal suara. Seorang gadis dengan rambut diikat ekor kuda melambai sambil tersenyum lebar ke arahku. Aku tersenyum, lalu berjalan menyeret koperku dan menghampirinya. Seorang bocah berumur sekitar lima tahun menatapku sambil mengerutkan alisnya.

Annyeong, Jaebum-ah~” aku menyapa bocah itu. Tapi kerutannya makin dalam.

Ahjusshi, kau tidak lupa membawakanku oleh-oleh kan? Noona bilang kau lupa membelinya.”

Aissh, bocah kurang ajar. Kenapa aku dipanggil ‘Ahjusshi’ sedangkan gadis di sampingnya dipanggil ‘Noona’?

Aku memasang senyum, lalu berjongkok di depannya.

“Entahlah, menurutmu aku bawa oleh-oleh atau tidak?”

Jaebum melirik koperku, lalu kembali menatapku dengan tatapan ingin tahunya.

“Kau… benar-benar membawanya kan?” tanyanya ragu-ragu.

“Kalau kau memanggilku ‘Hyung’, aku akan menjawab pertanyaanmu.”

“Tapi, noona bilang aku harus memanggilmu ‘Ahjusshi’.”

Aku melirik sebal gadis yang sekarang sedang sibuk menahan tawanya. Lalu berdiri dan melingkarkan lenganku ke lehernya.

“Aakk,” teriaknya mencoba melepas rangkulanku.

“Kang Yeon Doo, neo jinjja (kau ini benar-benar)…”

“Hentikan… hentikan, Kim Yeol,” pintanya sambil terus tertawa-tawa. Dia menepuk-nepuk lenganku, memberi isyarat supaya aku melepaskannya. Mana mau aku melakukannya sebelum…

Mengecup pipinya sekilas, membuatnya mematung beberapa saat sebelum menoleh padaku perlahan.

“Aku merindukanmu, Kang Yeon Doo.”

***

Di dalam taksi yang membawa kami dari bandara menuju apartemenku. Sebelumnya, kami mampir ke tempat kursus piano Jaebum dan mengantarkannya ke sana. Yeon Doo tertidur dengan kepala yang bersandar di bahuku. Aku membiarkannya karena sudah terbiasa. Kupandangi wajah tidurnya dan tanpa sadar, senyumku kembali terbit. Rasanya jetlag yang kualami karena perjalanan dari Jerman ke Korea hilang tidak berbekas. Dia adalah matahariku. Sumber energiku. Sebulan di Jerman saja sudah membuatku rindu setengah mati padanya. Bagaimana jadinya kalau seminar itu diperpanjang?

Yeon Doo terbangun lalu mengucek-ngucek matanya.

“Sudah sampai?” tanyanya dengan nada mengantuk.

“Sebentar lagi. Kalau kau mengantuk, tidur saja lagi,” kataku setengah memohon. Dia terlihat benar-benar lelah saat ini.

Yeon Doo memijat bahunya. “Hari ini kafe sudah penuh sejak pagi,” gumamnya seolah tahu kalau aku mengkhawatirkan keadaannya. Aku berdecak, lalu menatapnya khawatir.

“Makanya kan… kubilang tidak usah menjemputku,”

Aigoo~ Kim Yeol, kau seperti tidak tahu aku saja. Aku baik-baik saja, tubuhku ini kuat. Urusan kafe itu sudah jadi bagian keseharianku. Keokjeongma (jangan khawatir), huh?”

Aku tidak menjawab apa-apa dan hanya menghembuskan nafas. Lalu tiba-tiba ponselku bergetar, aku mengeluarkannya dari saku celana dan mengeceknya. Ternyata Ha Joon, sahabatku yang mengirim pesan.

-Kau sudah pulang? Kenapa tidak bilang-bilang?-

Aku terkekeh, lalu segera membalas SMS-nya dengan mengatakan aku akan mengunjunginya besok. Yeon Doo memanjangkan lehernya, berusaha mengintip ponselku.

“Apa?” tanyaku pura-pura terganggu.

“Siapa?” tanyanya sambil menunjuk ponselku dengan dagunya.

My lover,” godaku, membuatnya memasang ekspresi seperti mau muntah.

“Ha Joon-ie? Apa dia memberitahumu kalau kita akan mengadakan reuni tim cheerleading?”

“Benarkah?” tanyaku bersemangat. “Kapan?”

“Minggu depan, di kafe Real Baekho King.”

Aku mendengus geli. Tentu saja, untuk urusan seperti ini, Yeon Doo paling suka merepotkan diri. Dia akan sibuk dari sejak subuh, mengurus segala keperluan yang berhubungan dengan teman-teman kami dari tim cheerleading SMA Sevit. Aku cukup yakin akan hal itu.

Ah, sudah berapa tahun ya aku tidak pernah ikut reuni? Aku mencoba menghitung, sudah sekitar delapan tahun? Wow, aku tidak menyangka sudah selama itu. Tidak seperti Yeon Doo yang sering bertemu mereka, waktuku benar-benar  tersita karena studiku di US, membuatku hampir tidak bisa menyempatkan diri menyapa mereka.

“Omong-omong… Kim Yeol, kau bilang ini terakhir kalinya kau ikut seminar itu kan? Aishh, aku benar-benar tidak enak pada yang lain karena terus-menerus menanyakanmu. Mereka menganggap kau sudah sombong dan melupakan mereka. Jadi kali ini, pastikan kau datang ke acara reuni. Mengerti?”

“Tenang saja. Aku sudah menerima tawaran pekerjaan di sini, jadi aku tidak perlu lagi bolak-balik ke luar negeri. Ah, sebenarnya aku juga merasa lelah kalau harus sering bepergian ke luar negeri. Apalagi, harus meninggalkanmu untuk waktu yang lama,” aku menyeringai jahil padanya. Yeon Doo memutar bola matanya, tapi lalu tersenyum malu-malu. Tuhan… kenapa dia terlihat begitu menggemaskan?

“Tapi…” gumamku sambil meliriknya, “Sebulan tidak bertemu, sepertinya kau rada gemukan ya?”

Yeon Doo menegakkan punggungnya, lalu memberiku tatapan tajam.

“Jangan. Pernah. Mengucapkan. Kalimat. Itu. Lagi. Mengerti?”

***

Aku menatap bangunan di depanku, RS Internasional Sejong. Lalu mataku menangkap seseorang yang berpakaian layaknya seorang dokter melambai padaku sambil tersenyum lebar hingga matanya hilang, aku balik melambai padanya. Dia berjalan terlebih dahulu menghampiriku.

Yaa, Kim Yeol. Oraemaninde (lama tidak berjumpa)!” sapanya sambil menepuk bahuku.

Aku mendengus,  “Jaljinaeni (apa kabar), Seo Ha Joon?”

Ha Joon menghela nafas. Dia memberi isyarat supaya kami berjalan menuju kantin RS.


“Akhir-akhir ini aku benar-benar sibuk. Ayahku sakit keras, jadi aku tidak pernah sempat menemuimu,” cerita Ha Joon ketika kami sudah duduk di sebuah bangku panjang dan membeli  cola di kantin.

“Aku mengerti. Aku juga harus bolak-balik ke luar negeri. Bahkan aku tidak pernah sempat ikut reuni selama ini,” kataku menghiburnya.

Aku kuliah di MIT (Massachusetts Institute of Technology) jurusan Brain and Cognitice Science selama beberapa tahun selepas SMA. Setelah menyelesaikan kuliah, aku mengikuti wajib militer selama dua tahun, lalu, tepatnya ketika umur kami menginjak 27 tahun, aku memutuskan melamar Yeon Doo dan menikahinya lima bulan lalu. Iya, Kang Yeon Doo. Kami pacaran sejak kelas 2 SMA. Hubungan kami sempat memiliki masalah karena kedua orangtua kami yang memutuskan menikah. Tapi akhirnya aku memberanikan diri bicara pada mereka tentang hubunganku dengan Yeon Doo, tidak kusangka kedua orangtua kami malah menyambut baik hal itu. Aku secepat mungkin mengurus surat pemindahan daftar keluarga ke nama ibuku. Karena menikahi saudara tiri adalah hal tabu di Korea. Jadi setelah berganti keanggotaan keluarga ke ibuku, otomatis aku bukan saudara tiri Yeon Doo. Aku beruntung karena ibuku juga bermarga Kim, sehingga secara resmi, namaku tetap menjadi Kim Yeol.

Walaupun ayah dan ibuku sudah lama bercerai, tapi aku bersyukur ibuku masih berkomunikasi dengan baik walaupun sekarang dia sudah memiliki keluarga lain. Aku memilih kuliah di MIT juga supaya bisa lebih dekat dengan ibuku yang tinggal di dekat sana (dan kalian tetap harus tahu betapa ketat persaingan untuk masuk sana).

Yah, sepertinya saat resepsi pernikahan kami itulah, satu-satunya kesempatanku untuk bertemu dengan teman-teman cheerleading kami. Selebihnya, waktuku benar-benar tersita karena pekerjaanku sebagai neurologis dan mengisi seminar di mana-mana. Aku tidak benar-benar ada waktu menyapa mereka dan itu membuatku sedih.

Ha Joon tersenyum sambil melirikku.

“Kudengar kau akhirnya menerima tawaran kerja di Korea?” tanya Ha Joon.

“Yah, setelah beberapa pertimbangan, kupikir aku lebih tenang jika menetap di sini daripada harus bolak-balik jadi pembicara dan dosen tamu di luar negeri. Waktuku benar-benar tersita.”

Ha Joon terkekeh. “Bukannya dulu kau paling suka naik pesawat? Makanya kau jual mahal dan menolak mentah-mentah berbagai tawaran di sini,”

Aishh, sekarang keadaannya sudah berubah,” kataku sambil menyeringai padanya. Ha Joon mencibirku.

“Menyebalkan sekali,” gerutunya, membuatku meliriknya jahil.

“Kau sendiri? Kapan memberiku undangan?”

M-mwo (a-apa)?” tanyanya salah tingkah.

“Ya, ya, aku tahu. Kau pasti ingin lebih lama merasakan jadi idola di RS ini kan? Sudah berapa banyak perawat dan dokter wanita di sini yang mengajakmu kencan?”

Eo-eotteokhae ara (ba-bagaimana kau bisa tahu)?”

Aku tertawa, dia masih tidak berubah. Mudah salah tingkah.

“Menurutmu? Siapa lagi yang suka cerita padaku kalau bukan Kang Yeon Doo. Aigoo, dia cerita kalau kau sangat popular di antara ibu-ibu hamil. Sepertinya kau memang cocok jadi dokter kandungan.”

Ha Joon tersenyum kecil. Waktu SMA, dia pernah bilang padaku kalau dia menaruh perasaan khusus pada Yeon Doo. Awalnya aku merasa kecewa dan dikhianati. Tapi lalu aku sadar kalau dia tidak bisa menolak perasaannya sendiri. Ha Joon sendiri, pada akhirnya menyadari kalau perasaannya hanya sebatas kagum pada Yeon Doo. Tentu saja, siapa yang tidak mengagumi Kang Yeon Doo, istriku tercinta?

“Jadi, kau akan mulai bekerja di sini?” Ha Joon mengalihkan pembicaraan. Aku mengangguk.

Eung~ jangan marah kalau nanti penggemarmu pindah fandom,” godaku.

Ha Joon tertawa. “Ya! Kau ini sudah punya istri,”

“Aku hanya bilang ‘penggemarmu akan pindah fandom’, sulit untuk menolak pesonaku. Kau tahu itu kan? Tentu saja mereka tidak bisa dibandingkan dengan Yeon Doo,” kataku lalu menenggak habis colaku. Lalu teringat sesuatu.

“Oh ya, soal reuni… kau bisa hadir?” tanyaku memastikan.

“Aku akan mencocokkan jadwalku. Jika memungkinkan, aku bisa datang.”

“Ayy, kau harus datang~ kapan lagi kita bisa berkumpul bersama. Kau tidak kasihan padaku yang tidak tahu apa-apa soal perkembangan teman-teman tim cheerleading kita?”

“Berhenti menyebut ‘cheerleading’, kau membuatku malu.”

“Oh? Jadi orang-orang di sini belum tahu kalau dokter idola mereka dulu mantan anggota cheerleading? Haruskah aku mengumumkannya?”

Ya! Kau juga sama saja kan? Kau bahkan menjadi blackhole setiap kali kita tampil. Kau ini niat tidak sih ikut cheerleading?”

Aku mengangkat bahu. “Sepertinya alasanku bertahan latihan dan mengibas-ngibaskan pom-pom itu adalah Kang Yeon Doo,” kataku sambil tersenyum membayangkan wajah Yeon Doo. Ha Joon mendengus geli.

‘Mau kuberi hadiah sebagai tanda penyambutanmu kerja di RS ini?” bisiknya, membuatku menautkan alis.

“Apa?”

Ha Joon tersenyum misterius, lalu kembali membisikiku kalimat yang jauh lebih bernilai dibanding benda-benda mahal. Sekaligus membuatku kesal.

Aishh, Kang Yeon Doo.”

***

D-day reuni.

Seperti dugaanku, Yeon Doo sudah mulai sibuk sejak pagi di kafe Real King, kafe yang dia rintis sendiri sekitar sebulan yang lalu. Itulah kenapa kami tidak bisa saling bertemu selama satu bulanan ini. Selama ini kami sering bolak-balik ke luar negeri karena pekerjaanku. Tapi tentu saja kami tetap memiliki quality time sebagai pasangan.

Kuamati Yeon Doo yang sesekali mengelap keringatnya, menolak jika aku yang melakukannya. Dia bilang aku hanya menghambat kesibukannya itu.

Aku mendengus kesal. Setidaknya dia harus memikirkan kesehatannya!

Ahjusshi!” suara seorang bocah. Aku menoleh lalu mendapati Jaebum, Guru Yang Taebum dan Guru Nam Jung Ah tersenyum sambil berjalan masuk ke kafe. Aku tersenyum lebar melihat mereka.

Ssaem, annyeonghaseyo~” aku membungkuk hormat pada Guru Yang dan Guru Nam. Sementara Jaebum, anak mereka langsung berlari ke arah Yeon Doo. Yeon Doo bilang Jaebum itu menggemaskan dan berharap kelak anak kami seperti Jaebum (makanya dia suka dekat-dekat Jaebum). Tidak, bagiku dia hanya bocah kurang ajar dan penuh tipu muslihat. Hanya karena aku menggodanya tentang oleh-oleh itu, dia sekarang memanggilku ‘Ahjusshi’ padahal sebelumnya aku dipanggil ‘Hyung’. Aku tidak mau nantinya anakku penuh tipu muslihat sepertinya.

“Hei, Prof. Kim!” seseorang menepuk punggungku dari belakang, aku berbalik, lalu mataku terbelalak mendapati Min Hyosik, bergandengan tangan dengan Kim Na Yeon, di belakang mereka ada Jae Young, Dong Jae, Soo Ah, Ha Joon, Da Mi…. semua tim cheerleading berkumpul!

Uljima (jangan nangis)~” ejek Hyosik, membuatku ingin menyumpal mulutnya dengan sepatu.

Lalu dimulailah acara makan-makan di reuni itu. Aku melirik Yeon Doo, memastikan dia tidak melakukan apa yang bisa membahayakan kesehatannya. Hyosik mendominasi percakapan dengan leluconnya. Kami juga saling bertukar cerita, aku lebih suka mendengarkan cerita mereka daripada aku yang harus cerita. Jadilah Yeon Doo mewakiliku, bercerita apa saja mengenai kami berdua. Teman-teman dan juga kedua guru kami yang mendengarkannya bahkan merasa terharu. Mungkin mereka mengira Yeon Doo sedang cerita tentang negeri dongeng atau apalah.

Ya, Kang Yeon Doo. Tunjukkan pada kami soal split-mu yang fenomenal itu. Kami semua merindukannya,” usul Jae Young, disambut koar tanda setuju dari yang lain.

Geuronikka (begitukah)?” tanyanya. Lalu dia bangkit dan bersiap pada posisinya. Tapi aku cepat-cepat menahannya.

Ya, Kang Yeon Doo! Kau ini kan sedang hamil!!!”

Satu detik. Dua detik…. Lima detik. Lima detik, ruangan itu mendadak senyap.

“Be-benarkah?” tanya Na Yeon memecah keheningan, sementara Yeon Doo kembali duduk di sampingku.

Aishh, Seo Ha Joon! Dasar pengkhianat. Padahal aku sudah bilang padamu kalau kabar ini untuk kejutan ultahnya dua minggu lagi.”

“Apa-apaan nih. Kenapa Ha Joon harus menyimpan rahasia seperti itu?” gerutuku.

Aigoo~  Ha Joon ini kan dokter kandunganku. Aku berpesan padanya supaya jangan bilang dulu padamu. Kalau sudah begini, apalagi yang bisa kujadikan kejutan ultahmu?”

Yaa, Kim Yeol! Aku tidak menyangka kalau kau hebat juga. Meskipun bolak-balik ke luar negeri, kau masih sempat menafkahi batin istrimu ya?” Min Hyosik. Kali ini, aku benar-benar akan menyumpal mulutnya.

“Memangnya kenapa? Walaupun aku bolak-balik kan Yeon Doo tetap kuajak. Cuma sebulan ini saja dia kutinggal. Kami punya banyak kesempatan—“

Aishh, Kim Yeol! Kau tidak lihat ada bocah di sini?”

“Sudah berapa bulan?” tanya Dong Jae. Yeon Doo menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Dua bulan. Aku merangkul bahunya sambil tersenyum. Yeon Doo melirikku malu-malu.

“Termasuk cepat ya?” komentar Guru Nam. “Aku dulu butuh waktu sekitar 2 tahun untuk mendapatkan Jaebum.”

Ssaem, mereka berdua ini sedang dalam masa emasnya. Jadi wajar saja~” timpal Hyosik disambut tawa yang memenuhi seisi kafe.

YA!!! Jugeoshipeo (mau mati ya)?” Yeon Doo mengepalkan tinjunya ke depan wajah Hyosik.

Reuni selanjutnya, aku akan menyiapkan plester atau kaos kaki untuk menyumpal mulut Hyosik.

***END***
151112, 21.42 WIB

Ujen/박수잔


1 komentar:

  1. Awwww gemas sekali, aku kira engga bakalan sesuai ekspetasi ku. Trtnya endnya ttp sesuai sm yg kumau, wlpun engga jd complicated gitu 😂😂😂😂 aku bisa bayangin ini jd ending yg terbaek lah wlpun d drama aslinya adegan kissuenya kurang :( maklum sih drama sekolah anak 18thn jd d batasi kan hiks. Dan si lee geun woo kapan comeback lg ya :( kangen sekali dia blm main drama lg hiks

    BalasHapus