Sabtu, 04 April 2015

[FANFICTION] Blue Moon Lovers -Part 5 (Final)-



Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)


Part 5 (Final) : The Marriage




Part 5 (Final Part)

2012, pertengahan Maret.

Reuni pegawai dan mantan pegawai Maid Café.

MWO?? Kyeorhon (pernikahan)??” mata Mei terbelalak ketika membaca surat berwarna biru dengan desain cantik di tangannya. Tatapannya beralih pada Serin yang duduk di depannya. Sementara yang ditatap hanya senyum malu-malu.

Kkamjagiwae (kenapa mendadak)?” tanya Mei.

“Tidak mendadak kok~” bantah Serin.

“Kalau begitu… apa mungkin karena ‘kecelakaan’?” kali ini Han Nana menimpali.

“HAH??” Serin kaget mendengar kalimat keramat itu. “Eonni, tega sekali kau…”

“Jadi kenapa?” desak Mei tidak sabar.

“Apanya?” tanya Serin bingung.

“Kenapa kau dan Minhyuk menikah muda?”

“Ya… karena kami saling mencintai kan?”

Mei, Nana dan teman-teman mereka yang lain saling berpandangan.

“Tidak, tidak. Pasti ada sesuatu. Tidak mungkin kalian berencana menikah begini cepat hanya dengan alasan tidak masuk akal begitu. Apa kalian sudah tinggal bersama?”

YA!! Bagaimana mungkin?! Minhyuk masih wajib militer dan baru akan selesai minggu depan. Lagipula…” Serin menghentikan ucapannya sambil menggigit-gigit bibir.

“Apa?”

“Kalau aku nekat seperti itu, ayahku pasti akan membunuhku lalu kemudian dia akan bunuh diri, kau tahu?” tukas Serin terdengar serius. “Yah, biar bagaimanapun, aku juga tidak setuju dengan konsep tinggal bersama sebelum menikah seperti itu .”

Nana tertawa meremehkan. “Aigoo~ maknae kita. Pemikirannya ternyata masih konservatif sekali. Ya, tinggal bersama sebelum menikah itu sekarang sedang tren.”

Eonni, walau itu sedang tren sekalipun, aku tetap tidak punya keinginan mengikuti tren gila seperti itu.” Serin menggelengkan kepala, heran dengan pemikiran teman-temannya.

Benar. Keluarga Serin memang masih memegang teguh adat ketimuran. Tidak usah jauh-jauh, orangtuanya sangat menentang keras jika Serin nekat bepergian dengan mengenakan pakaian yang terlalu terbuka, terlalu bergantung dengan teknologi, apalagi jika mengikuti pergaulan teman-temannya yang suka pergi ke klub malam, walau hanya sekedar duduk diam. Itulah kenapa keluarga Serin memutuskan bertemu dengan keluarga Minhyuk, membicarakan rencana pernikahan antara Serin dan Minhyuk yang menurut mereka seharusnya dipercepat. Karena mereka berpikir tidak baik jika Serin dan Minhyuk dibiarkan terlalu lama berpacaran. Usul itu disambut dengan gembira oleh keluarga Minhyuk. Kang Ji Woo, ayah Minhyuk menginginkan cucunya mewarisi perusahaan secepatnya. Karena Minhyuk menolak mengurusi perusahaan keluarganya.

Dan, begitulah rencana pernikahan itu terjadi.

Ya, Hwang Serin. Kalian itu masih terlalu muda untuk menikah. Memangnya kau tidak mau menikmati masa-masa mudamu lebih lama lagi? Bagaimana dengan kehidupan kampusmu? Ah, siapa tahu nanti kau akan bertemu dengan sunbae yang tampan dan baik hati yang jatuh cinta padamu dan rela berkorban—“

“STOP! STOP! Aigoo, kalian benar-benar sudah gila. Memangnya tidak bisa ya kalian memberiku ucapan selamat? Bukannya malah mencecarku dan menyuruh melakukan hal-hal gila seperti itu!” Serin mengerucutkan bibirnya sebal. “Dan satu lagi, walaupun nanti akan ada sunbae yang tampan dan baik hati jatuh cinta padaku, bagiku semua lelaki itu hanya cumi-cumi, kecuali Kang Minhyuk.”

YA, Hwang Serin! Apa artinya aku juga dianggap cumi-cumi?” kali ini Jonghyun yang protes. Sedari tadi dia diam saja mendengarkan obrolan teman-teman sesame pegawai Maid Café.

“Ah, matda (benar juga), aku lupa kalau Jonghyun bukan termasuk cumi-cumi.” Serin menepuk-nepuk bahu Jonghyun yang duduk di sampingnya.

Geurae (benarkah)?” Jonghyun tersenyum senang.

Geurom (tentu saja). Kau bukan cumi-cumi, tapi octopus. Hahaha, Jonghyun adalah octopus. Gurita.” Serin tertawa keras dengan perkataannya sendiri. Bahkan teman-temannya merasa bahwa dia agak berlebihan.

Aishh, jinjja (sialan)!” umpat Jonghyun.

“Sudah, biarkan saja, dia benar-benar sedang kasmaran.” lerai Nana.

“Hmm, tapi aku penasaran, bagaimana cara Minhyuk yang kasar dan seperti preman itu melamar Serin?” gumam Mei ingin tahu.

***

2011, Oktober.

Pos pelayanan masyarakat kota Seoul. Waktu istirahat makan siang.

Minhyuk tersenyum menatap Serin yang baru saja memotong rambutnya. Pacarnya itu jadi terlihat lebih imut dibanding saat dia berambut panjang.

Wae?” tanya Serin heran karena Minhyuk terus-terusan menatapnya.

“Hmm, aku bertanya-tanya kenapa kau memotong rambut? Kau bilang kau sangat menyukai rambut panjangmu? Solma (jangan-jangan)… kau baru saja patah hati ya?” ujar Minhyuk menggodanya.

Mwoya~ memangnya kau berharap aku naksir cowok lain dan patah hati karena cowok itu?”

Ani, jolttae aniya (tentu saja bukan begitu). Aku kan hanya bercanda. Biasanya kan kalau cewek memotong rambutnya secara drastis itu karena mereka baru saja ditolak.”

Serin mendengus sebal. “Aku memotong rambutku karena gerah. Sekarang kan aku sedang jadi pegawai magang di kantor penerbit manhwa Eu Hwa  Corp. itu. Karena harus serba praktis, jadi aku memotong rambutku biar tidak repot mengikatnya. Bagaimana? Kau suka?”

Eung (ya). Manhi yeppeosseo (sangat cantik).”

Geurae?” Serin tersenyum senang. Minhyuk ikut tersenyum. Dari dulu, senyum Serin adalah obat baginya.

“Ah, cham (omong-omong), bagaimana dengan keluargamu?”

Da gwaenchanha (semua sudah baik-baik saja). Aku sudah berbicara dengan mereka dan aku memutuskan untuk menerima keadaan keluargaku. Lagipula, kalau dipikir-pikir, selama ini aku tidak pernah kehilangan orangtuaku, tidak seperti pemikiranku waktu SMP sampai SMA. Aku bahkan marah dan memukul orang-orang yang menyebut ibuku gila.” Minhyuk tertawa pahit. “Aku dulu… benar-benar menyebalkan, iya kan? Rasanya aku ingin minta maaf ke semua orang.”

Serin tersenyum menenangkan Minhyuk dengan menyentuh lengannya pelan.

“Kau tahu, kupikir selama ini aku tidak pernah kehilangan dirimu yang dulu.”

Jinjja? Bukannya kau yang selama ini cerewet sekali mencari-cari ke mana aku yang dulu?”

Serin menggeleng. “Awalnya memang begitu. Tapi aku sadar, walaupun kau berusaha mengubah pribadimu di luar, tapi kau tetap Minhyuk yang aku kenal di dalam. Minhyuk yang suka menolong dan peduli dengan orang tanpa mau menunjukkannya terang-terangan. Kau juga tetap Minhyuk yang polos dan jujur yang pernah kukenal. Kau tetap tidak berubah, Minhyuk-ah.”

Minhyuk tersenyum. “Thanks for always being by my side and show me your support and love.”

Ne?” Serin bingung mendengar kalimat Minhyuk yang diucapkan dalam bahasa Inggris.

“Aniya~ itu cuma lirik lagu yang sedang kuhafal.” Minhyuk mengelak menerjemahkan kalimatnya.

Beberapa saat suasana hening, sampai Minhyuk teringat sesuatu.

“Ngg, kemarin ayah dan ibuku mengunjungiku.” kata Minhyuk memecah keheningan.

“Ahh, johda (baguslah). Lalu kalian ngobrol apa saja?”

“Banyak. Terutama tentangmu,”

Serin mengerjapkan mata. “Tentang… aku?”

Eung. Sebenarnya… minggu lalu orangtua kita saling bertemu.”

“HAH??” kali ini Serin membelalakkan mata kaget. “A-apa yang mereka bicarakan??”

Minhyuk tersenyum, “Tentu saja tentang hubungan kita kan? Dan mereka membicarakan pernikahan kita.”

“Pernikahan?”

“Ayahmu merasa kita tidak boleh terlalu lama berpacaran, katanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan suatu hari. Dan ayahku setuju, karena dia ingin segera memiliki cucu yang mau diwarisi perusahaannya. Bagaimana menurutmu?”

Mwol (bagaimana apanya)?”

Minhyuk melirik kiri-kanannya, lalu mendekatkan diri untuk berbisik pada Serin dan menatapnya lekat-lekat.

Na rangkyeorhon dwae jullae (maukah kau menikah denganku)?”

Ne??”

Wae? Shirheo (tidak mau)?”

Serin mendengus geli. “Memangnya kau sudah siap?”

Geurom. Kita sudah dewasa, kau tahu.”

“Bukan begitu… maksudku… kehidupan pernikahan, kau sudah siap?”

Minhyuk merogoh kantong celananya, lalu mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru kobalt dari sana. Perlahan, dibuka tutupnya dan tampaklah sebuah cincin yang dihiasi batu safir biru muda.

“Sudah lama aku menyimpan ini untuk diberikan kepadamu. Dan kupikir sekarang waktu yang tepat.” Minhyuk beralih menatap Serin. “Na rang kyeorhon dwae jullae?” Minhyuk mengulang pertanyaannya.

Serin balas menatap Minhyuk lama. Mengusap tengkuknya gugup, lalu menjawab, “Dwae (aku bersedia).”

***

2012, 2 Mei.

Pesta pernikahan pasangan Kang Minhyuk – Hwang Serin.

Minhyuk dan Serin menggelar acara pernikahan di ruang terbuka. Di sebuah taman yang penuh dihiasi bunga dan terdapat kolam air mancur di tengah-tengahnya. Setelah melewati serangkaian prosesi pernikahan adat, akhirnya mereka juga mengadakan prosesi pernikahan ala Eropa. Ayah Serin cemberut sepanjang acara hari ini, karena tidak rela anaknya memakai pakaian pengantin yang memperlihatkan bahunya. Tapi ibu Minhyuk bersikeras bahwa menantunya harus tampil cantik seperti malaikat dengan mengenakan gaun mewah berwarna biru muda yang beratnya membuat pinggang Serin pegal.

“Maaf… tolong ikuti keegoisan ibu sehariiii saja, ya, Serin?” pinta ibu Minhyuk suatu hari.

Saat itu, Serin hanya mengangguk dan meringis.

Kembali ke pesta. Para tamu tampak sedang menikmati jamuan makanan yang seolah tidak ada habisnya. Beberapa saling bercengkerama dengan temannya, atau juga sibuk berfoto dengan latar belakang air mancur cantik di belakang mereka. Sementara pasangan Minhyuk dan Serin memilih duduk di bebatuan, di pinggir kolam. Saling berpegangan tangan dan menatap langit yang saat itu dihiasi bintang-bintang dan juga bulan purnama.

“Apa kau penasaran kenapa aku bersikukuh ingin mengadakan acara pernikahan di tanggal ini?” tanya Minhyuk pada Serin yang bersandar di bahunya.

“Memangnya kenapa?”

Minhyuk mengedikkan dagunya ke arah bulan purnama. “Karena hanya di tanggal ini, aku bisa memberi kado spesial yang tidak pernah terpikirkan orang sebelumnya.”

“Apa itu?” tanya Serin penasaran, dia mendongak menatap Minhyuk penuh rasa ingin tahu.

“Blue Moon. Akhirnya aku bisa menikmatinya berdua denganmu.”

“Blue Moon? Tapi yang kulihat bulannya tidak berwarna biru tuh.”

“Ayy, sudah kubilang, Blue Moon itu tidak benar-benar berwarna biru. Itu adalah fenomena yang terjadi setiap kurun waktu 3 tahun sekali, ada saat bulan berbentuk purnama penuh dalam dua kali saat siklus satu bulan. Karena itu dinamakan Blue Moon.”

Serin menggaruk-garuk lehernya. “Aku masih tidak mengerti,”

“Pokoknya… yang kau lihat sekarang adalah Blue Moon, fenomena langka yang hanya bisa kau saksikan setiap tiga tahun sekali—“

“Dan aku sangat bersyukur bisa menyaksikannya bersama orang yang sangat kucintai.” Serin memotong kalimat Minhyuk sambil tersenyum lebar.
Neo jinjja (kau ini benar-benar)…”

“Apa?” tantang Serin.

Minhyuk mengulum senyum. Lalu merangkul bahu Serin erat.

“Sudah, diam saja.”

YA, Kang Minhyuk~”

“…” Minhyuk menolak bersuara.

Ya, jagiya~”

“Oi, jangan pernah memanggilku dengan panggilan norak seperti itu, arasseo?”

“Memangnya kenapa? Kan kedengaran imut.” Serin membela diri.

“Tidak imut sama sekali. Kata itu terdengar menjijikkan bagiku.”

Aissh, dapdaphae (bikin frustasi). Dasar tidak romantis.” gerutu Serin, sambil menarik kedua pipi Minhyuk gemas.

“Akk, keumanhae (hentikan)!~”

***

2015, sebuah apartemen di distrik Jung-gu, Seoul.

Minhyuk mendapati Serin yang lagi-lagi tertidur di depan meja komputernya. Padahal Minhyuk sudah melarang Serin begadang mengerjakan proyek webtoon-nya yang sedang booming saat ini. Minhyuk merasa Serin akan semakin tidak mempedulikan dirinya sendiri jika terus-terusan begini. Karena itu Minhyuk membatasi jam kerja Serin hanya sampai pukul 10 malam. Dia benar-benar mengkhawatirkan kesehatan istrinya.

“Kau benar-benar harus diberi pelajaran ya?” ancam Minhyuk sambil menarik Serin keluar dari ruang kerjanya.

Ya, ya, mwo haneungoya (apa yang kau lakukan)?” protes Serin.

“Sudah diam saja.”

Minhyuk membawa Serin ke meja makan. Begitu melihat apa yang ada di depannya, Serin hanya bisa menganga.

I-ige mwoya??”

Eomoni (ibu mertua) bilang sup ini bagus untuk kesehatan ibu hamil. Jadi aku mencari resepnya di internet dan memasaknya. Harus dihabiskan ya?”

Serin mengangguk-angguk. Detik kemudian dia tersadar.

“Kau… sudah tahu kalau aku hamil?”

Minhyuk berdecak. “Kau mau merahasiakan kehamilan dari suamimu sendiri? Aishh, jinjja, bahkan Jonghyun saja sudah tahu.”

“Lho, aku belum memberi tahu siapa-siapa kecuali ibuku—Aishh, pasti ibuku yang membocorkannya!” Serin menjambak rambutnya frustasi.

“Ckckck. Lagipula, kenapa harus dirahasiakan segala sih? Tidak sadar ya kalau perutmu itu mulai membuncit?”

Serin mngerucutkan bibirnya. “Rencananya aku mau memberikan surprise di hari ultahmu nanti dengan mengabarkan tentang kehamilanku ini,”

“Sayang sekali aku sudah mengetahuinya~ hahaha~”

Serin semakin merengut kesal. “Ahh, molla (tauk ah).” Lalu dia berjalan menghampiri panci berisi sup itu dan mencicipinya.

“Bagaimana rasanya?” tanya Minhyuk.

Serin tersenyum menggoda. “Tidak kusangka patissier (pembuat penganan manis) sepertimu bisa memasak sup enak begini. Kenapa kau tidak membuka restoran masakan Korea saja?”

Kau tahu kenapa alasanku menjadi patissier?”

“Karena kau suka makanan manis?” tebak Serin.

“Dan juga karena aku tidak menyukai makanan manis di Maid Café. Aku ingin menunjukkan beginilah seharusnya makanan manis itu, bukan hanya memperhatikan penampilan luarnya saja.”

YA! Kau meremehkan kafe tempat kau menimba ilmu? Neo jinjja…”

Minhyuk tertawa lepas dengan kedua tangannya sibuk menangkis pukulan pelan Serin.

Dia akan selalu bersyukur dengan semua yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Kehidupan keluarganya, lingkungan sekitarnya dan untuk kepercayaan memiliki Serin selamanya.

Minhyuk merasa akan punya lebih banyak kesempatan menikmati Blue Moon berdua dengan Serin di waktu-waktu yang akan datang.

***TAMAT***

150404, 21.34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar