Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)
Part 5 (Final) : The Marriage
Part
5 (Final Part)
2012,
pertengahan Maret.
Reuni
pegawai dan mantan pegawai Maid Café.
“MWO?? Kyeorhon
(pernikahan)??” mata Mei terbelalak ketika membaca surat berwarna biru dengan
desain cantik di tangannya. Tatapannya beralih pada Serin yang duduk di
depannya. Sementara yang ditatap hanya senyum malu-malu.
“Kkamjagi… wae (kenapa
mendadak)?” tanya Mei.
“Tidak mendadak kok~” bantah Serin.
“Kalau begitu… apa mungkin karena ‘kecelakaan’?”
kali ini Han Nana menimpali.
“HAH??” Serin kaget mendengar
kalimat keramat itu. “Eonni, tega
sekali kau…”
“Jadi kenapa?” desak Mei tidak
sabar.
“Apanya?” tanya Serin bingung.
“Kenapa kau dan Minhyuk menikah
muda?”
“Ya… karena kami saling mencintai
kan?”
Mei, Nana dan teman-teman mereka
yang lain saling berpandangan.
“Tidak, tidak. Pasti ada sesuatu.
Tidak mungkin kalian berencana menikah begini cepat hanya dengan alasan tidak
masuk akal begitu. Apa kalian sudah tinggal bersama?”
“YA!! Bagaimana mungkin?! Minhyuk masih wajib militer dan baru akan
selesai minggu depan. Lagipula…” Serin menghentikan ucapannya sambil
menggigit-gigit bibir.
“Apa?”
“Kalau aku nekat seperti itu,
ayahku pasti akan membunuhku lalu kemudian dia akan bunuh diri, kau tahu?” tukas
Serin terdengar serius. “Yah, biar bagaimanapun, aku juga tidak setuju dengan
konsep tinggal bersama sebelum menikah seperti itu .”
Nana tertawa meremehkan. “Aigoo~ maknae kita. Pemikirannya ternyata masih konservatif sekali. Ya, tinggal bersama sebelum menikah itu
sekarang sedang tren.”
“Eonni, walau itu sedang tren sekalipun, aku tetap tidak punya
keinginan mengikuti tren gila seperti itu.” Serin menggelengkan kepala, heran
dengan pemikiran teman-temannya.
Benar. Keluarga Serin memang masih
memegang teguh adat ketimuran. Tidak usah jauh-jauh, orangtuanya sangat
menentang keras jika Serin nekat bepergian dengan mengenakan pakaian yang
terlalu terbuka, terlalu bergantung dengan teknologi, apalagi jika mengikuti
pergaulan teman-temannya yang suka pergi ke klub malam, walau hanya sekedar
duduk diam. Itulah kenapa keluarga Serin memutuskan bertemu dengan keluarga
Minhyuk, membicarakan rencana pernikahan antara Serin dan Minhyuk yang menurut
mereka seharusnya dipercepat. Karena mereka berpikir tidak baik jika Serin dan
Minhyuk dibiarkan terlalu lama berpacaran. Usul itu disambut dengan gembira
oleh keluarga Minhyuk. Kang Ji Woo, ayah Minhyuk menginginkan cucunya mewarisi
perusahaan secepatnya. Karena Minhyuk menolak mengurusi perusahaan keluarganya.
Dan, begitulah rencana pernikahan
itu terjadi.
“Ya, Hwang Serin. Kalian itu masih terlalu muda untuk menikah. Memangnya
kau tidak mau menikmati masa-masa mudamu lebih lama lagi? Bagaimana dengan
kehidupan kampusmu? Ah, siapa tahu nanti kau akan bertemu dengan sunbae yang tampan dan baik hati yang
jatuh cinta padamu dan rela berkorban—“
“STOP! STOP! Aigoo, kalian benar-benar sudah gila. Memangnya tidak bisa ya
kalian memberiku ucapan selamat? Bukannya malah mencecarku dan menyuruh melakukan
hal-hal gila seperti itu!” Serin mengerucutkan bibirnya sebal. “Dan satu lagi,
walaupun nanti akan ada sunbae yang
tampan dan baik hati jatuh cinta padaku, bagiku semua lelaki itu hanya
cumi-cumi, kecuali Kang Minhyuk.”
“YA, Hwang Serin! Apa artinya aku juga dianggap cumi-cumi?” kali ini
Jonghyun yang protes. Sedari tadi dia diam saja mendengarkan obrolan
teman-teman sesame pegawai Maid Café.
“Ah, matda (benar juga), aku lupa kalau Jonghyun bukan termasuk
cumi-cumi.” Serin menepuk-nepuk bahu Jonghyun yang duduk di sampingnya.
“Geurae (benarkah)?” Jonghyun tersenyum senang.
“Geurom (tentu saja). Kau bukan cumi-cumi, tapi octopus. Hahaha,
Jonghyun adalah octopus. Gurita.” Serin tertawa keras dengan perkataannya
sendiri. Bahkan teman-temannya merasa bahwa dia agak berlebihan.
“Aishh, jinjja (sialan)!”
umpat Jonghyun.
“Sudah, biarkan saja, dia
benar-benar sedang kasmaran.” lerai Nana.
“Hmm, tapi aku penasaran, bagaimana
cara Minhyuk yang kasar dan seperti preman itu melamar Serin?” gumam Mei ingin
tahu.
***
2011,
Oktober.
Pos
pelayanan masyarakat kota Seoul. Waktu istirahat makan siang.
Minhyuk tersenyum menatap Serin
yang baru saja memotong rambutnya. Pacarnya itu jadi terlihat lebih imut
dibanding saat dia berambut panjang.
“Wae?” tanya Serin heran karena Minhyuk terus-terusan menatapnya.
“Hmm, aku bertanya-tanya kenapa kau
memotong rambut? Kau bilang kau sangat menyukai rambut panjangmu? Solma (jangan-jangan)… kau baru saja
patah hati ya?” ujar Minhyuk menggodanya.
“Mwoya~ memangnya kau berharap aku naksir cowok lain dan patah hati
karena cowok itu?”
“Ani, jolttae aniya (tentu
saja bukan begitu). Aku kan hanya bercanda. Biasanya kan kalau cewek memotong
rambutnya secara drastis itu karena mereka baru saja ditolak.”
Serin mendengus sebal. “Aku
memotong rambutku karena gerah. Sekarang kan aku sedang jadi pegawai magang di
kantor penerbit manhwa Eu Hwa Corp. itu.
Karena harus serba praktis, jadi aku memotong rambutku biar tidak repot
mengikatnya. Bagaimana? Kau suka?”
“Eung (ya). Manhi yeppeosseo
(sangat cantik).”
“Geurae?” Serin tersenyum senang. Minhyuk ikut tersenyum. Dari dulu,
senyum Serin adalah obat baginya.
“Ah, cham (omong-omong), bagaimana dengan keluargamu?”
“Da gwaenchanha (semua sudah baik-baik saja). Aku sudah berbicara
dengan mereka dan aku memutuskan untuk menerima keadaan keluargaku. Lagipula,
kalau dipikir-pikir, selama ini aku tidak pernah kehilangan orangtuaku, tidak
seperti pemikiranku waktu SMP sampai SMA. Aku bahkan marah dan memukul
orang-orang yang menyebut ibuku gila.” Minhyuk tertawa pahit. “Aku dulu…
benar-benar menyebalkan, iya kan? Rasanya aku ingin minta maaf ke semua orang.”
Serin tersenyum menenangkan Minhyuk
dengan menyentuh lengannya pelan.
“Kau tahu, kupikir selama ini aku
tidak pernah kehilangan dirimu yang dulu.”
“Jinjja? Bukannya kau yang selama ini cerewet sekali mencari-cari ke
mana aku yang dulu?”
Serin menggeleng. “Awalnya memang
begitu. Tapi aku sadar, walaupun kau berusaha mengubah pribadimu di luar, tapi
kau tetap Minhyuk yang aku kenal di dalam. Minhyuk yang suka menolong dan
peduli dengan orang tanpa mau menunjukkannya terang-terangan. Kau juga tetap
Minhyuk yang polos dan jujur yang pernah kukenal. Kau tetap tidak berubah,
Minhyuk-ah.”
Minhyuk tersenyum. “Thanks for always being by my side and show
me your support and love.”
“Ne?” Serin bingung mendengar kalimat Minhyuk yang diucapkan dalam
bahasa Inggris.
“Aniya~ itu cuma lirik lagu yang
sedang kuhafal.” Minhyuk mengelak menerjemahkan kalimatnya.
Beberapa saat suasana hening,
sampai Minhyuk teringat sesuatu.
“Ngg, kemarin ayah dan ibuku
mengunjungiku.” kata Minhyuk memecah keheningan.
“Ahh, johda (baguslah). Lalu kalian ngobrol apa saja?”
“Banyak. Terutama tentangmu,”
Serin mengerjapkan mata. “Tentang…
aku?”
“Eung. Sebenarnya… minggu lalu orangtua kita saling bertemu.”
“HAH??” kali ini Serin
membelalakkan mata kaget. “A-apa yang mereka bicarakan??”
Minhyuk tersenyum, “Tentu saja
tentang hubungan kita kan? Dan mereka membicarakan pernikahan kita.”
“Pernikahan?”
“Ayahmu merasa kita tidak boleh
terlalu lama berpacaran, katanya untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan suatu hari. Dan ayahku setuju, karena dia ingin segera memiliki cucu
yang mau diwarisi perusahaannya. Bagaimana menurutmu?”
“Mwol (bagaimana apanya)?”
Minhyuk melirik kiri-kanannya, lalu
mendekatkan diri untuk berbisik pada Serin dan menatapnya lekat-lekat.
“Na rang… kyeorhon dwae jullae
(maukah kau menikah denganku)?”
“Ne??”
“Wae? Shirheo (tidak mau)?”
Serin mendengus geli. “Memangnya
kau sudah siap?”
“Geurom. Kita sudah dewasa, kau tahu.”
“Bukan begitu… maksudku… kehidupan
pernikahan, kau sudah siap?”
Minhyuk merogoh kantong celananya,
lalu mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru kobalt dari sana. Perlahan, dibuka
tutupnya dan tampaklah sebuah cincin yang dihiasi batu safir biru muda.
“Sudah lama aku menyimpan ini untuk
diberikan kepadamu. Dan kupikir sekarang waktu yang tepat.” Minhyuk beralih
menatap Serin. “Na rang kyeorhon dwae
jullae?” Minhyuk mengulang pertanyaannya.
Serin balas menatap Minhyuk lama. Mengusap
tengkuknya gugup, lalu menjawab, “Dwae
(aku bersedia).”
***
2012,
2 Mei.
Pesta
pernikahan pasangan Kang Minhyuk – Hwang Serin.
Minhyuk dan Serin menggelar acara pernikahan
di ruang terbuka. Di sebuah taman yang penuh dihiasi bunga dan terdapat kolam
air mancur di tengah-tengahnya. Setelah melewati serangkaian prosesi pernikahan
adat, akhirnya mereka juga mengadakan prosesi pernikahan ala Eropa. Ayah Serin
cemberut sepanjang acara hari ini, karena tidak rela anaknya memakai pakaian
pengantin yang memperlihatkan bahunya. Tapi ibu Minhyuk bersikeras bahwa
menantunya harus tampil cantik seperti malaikat dengan mengenakan gaun mewah
berwarna biru muda yang beratnya membuat pinggang Serin pegal.
“Maaf… tolong ikuti keegoisan ibu
sehariiii saja, ya, Serin?” pinta ibu Minhyuk suatu hari.
Saat itu, Serin hanya mengangguk
dan meringis.
Kembali ke pesta. Para tamu tampak
sedang menikmati jamuan makanan yang seolah tidak ada habisnya. Beberapa saling
bercengkerama dengan temannya, atau juga sibuk berfoto dengan latar belakang
air mancur cantik di belakang mereka. Sementara pasangan Minhyuk dan Serin
memilih duduk di bebatuan, di pinggir kolam. Saling berpegangan tangan dan
menatap langit yang saat itu dihiasi bintang-bintang dan juga bulan purnama.
“Apa kau penasaran kenapa aku
bersikukuh ingin mengadakan acara pernikahan di tanggal ini?” tanya Minhyuk
pada Serin yang bersandar di bahunya.
“Memangnya kenapa?”
Minhyuk mengedikkan dagunya ke arah
bulan purnama. “Karena hanya di tanggal ini, aku bisa memberi kado spesial yang
tidak pernah terpikirkan orang sebelumnya.”
“Apa itu?” tanya Serin penasaran,
dia mendongak menatap Minhyuk penuh rasa ingin tahu.
“Blue Moon. Akhirnya aku bisa
menikmatinya berdua denganmu.”
“Blue Moon? Tapi yang kulihat
bulannya tidak berwarna biru tuh.”
“Ayy, sudah kubilang, Blue Moon itu
tidak benar-benar berwarna biru. Itu adalah fenomena yang terjadi setiap kurun waktu
3 tahun sekali, ada saat bulan berbentuk purnama penuh dalam dua kali saat siklus
satu bulan. Karena itu dinamakan Blue Moon.”
Serin menggaruk-garuk lehernya. “Aku
masih tidak mengerti,”
“Pokoknya… yang kau lihat sekarang
adalah Blue Moon, fenomena langka yang hanya bisa kau saksikan setiap tiga
tahun sekali—“
“Dan aku sangat bersyukur bisa
menyaksikannya bersama orang yang sangat kucintai.” Serin memotong kalimat
Minhyuk sambil tersenyum lebar.
“Neo jinjja (kau ini benar-benar)…”
“Apa?” tantang Serin.
Minhyuk mengulum senyum. Lalu merangkul
bahu Serin erat.
“Sudah, diam saja.”
“YA, Kang Minhyuk~”
“…” Minhyuk menolak bersuara.
“Ya, jagiya~”
“Oi, jangan pernah memanggilku
dengan panggilan norak seperti itu, arasseo?”
“Memangnya kenapa? Kan kedengaran
imut.” Serin membela diri.
“Tidak imut sama sekali. Kata itu
terdengar menjijikkan bagiku.”
“Aissh, dapdaphae (bikin
frustasi). Dasar tidak romantis.” gerutu Serin, sambil menarik kedua pipi
Minhyuk gemas.
“Akk, keumanhae (hentikan)!~”
***
2015,
sebuah apartemen di distrik Jung-gu, Seoul.
Minhyuk mendapati Serin yang
lagi-lagi tertidur di depan meja komputernya. Padahal Minhyuk sudah melarang
Serin begadang mengerjakan proyek webtoon-nya yang sedang booming saat ini. Minhyuk merasa Serin akan semakin tidak
mempedulikan dirinya sendiri jika terus-terusan begini. Karena itu Minhyuk
membatasi jam kerja Serin hanya sampai pukul 10 malam. Dia benar-benar
mengkhawatirkan kesehatan istrinya.
“Kau benar-benar harus diberi
pelajaran ya?” ancam Minhyuk sambil menarik Serin keluar dari ruang kerjanya.
“Ya, ya, mwo haneungoya (apa yang kau lakukan)?”
protes Serin.
“Sudah diam saja.”
Minhyuk membawa Serin ke meja
makan. Begitu melihat apa yang ada di depannya, Serin hanya bisa menganga.
“I-ige mwoya??”
“Eomoni (ibu mertua) bilang sup ini bagus untuk kesehatan ibu hamil.
Jadi aku mencari resepnya di internet dan memasaknya. Harus dihabiskan ya?”
Serin mengangguk-angguk. Detik kemudian
dia tersadar.
“Kau… sudah tahu kalau aku hamil?”
Minhyuk berdecak. “Kau mau
merahasiakan kehamilan dari suamimu sendiri? Aishh, jinjja, bahkan
Jonghyun saja sudah tahu.”
“Lho, aku belum memberi tahu
siapa-siapa kecuali ibuku—Aishh, pasti
ibuku yang membocorkannya!” Serin menjambak rambutnya frustasi.
“Ckckck. Lagipula, kenapa harus
dirahasiakan segala sih? Tidak sadar ya kalau perutmu itu mulai membuncit?”
Serin mngerucutkan bibirnya. “Rencananya
aku mau memberikan surprise di hari
ultahmu nanti dengan mengabarkan tentang kehamilanku ini,”
“Sayang sekali aku sudah
mengetahuinya~ hahaha~”
Serin semakin merengut kesal. “Ahh,
molla (tauk ah).” Lalu dia berjalan
menghampiri panci berisi sup itu dan mencicipinya.
“Bagaimana rasanya?” tanya Minhyuk.
Serin tersenyum menggoda. “Tidak
kusangka patissier (pembuat penganan
manis) sepertimu bisa memasak sup enak begini. Kenapa kau tidak membuka
restoran masakan Korea saja?”
Kau tahu kenapa alasanku menjadi patissier?”
“Karena kau suka makanan manis?”
tebak Serin.
“Dan juga karena aku tidak menyukai
makanan manis di Maid Café. Aku ingin menunjukkan beginilah seharusnya makanan
manis itu, bukan hanya memperhatikan penampilan luarnya saja.”
“YA! Kau meremehkan kafe tempat kau menimba ilmu? Neo jinjja…”
Minhyuk tertawa lepas dengan kedua
tangannya sibuk menangkis pukulan pelan Serin.
Dia akan selalu bersyukur dengan
semua yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Kehidupan keluarganya, lingkungan
sekitarnya dan untuk kepercayaan memiliki Serin selamanya.
Minhyuk merasa akan punya lebih
banyak kesempatan menikmati Blue Moon berdua dengan Serin di waktu-waktu yang
akan datang.
***TAMAT***
150404,
21.34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar