Kamis, 02 April 2015

[FANFICTION] Blue Moon Lovers -Part 4-



Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95 Art)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)

Part 4 : Silly Confession



My eyes will look at only you. Oh would you also look at only me? Hoping we can be each other's star. (Kang Minhyuk – Stars OST Heartstrings)



Akhir Oktober 2008

Kediaman keluarga Kang.

Minhyuk terbangun di tengah malam. Samar-samar, dia mendengar suara isakan seseorang. Minhyuk penasaran dan memutuskan untuk memeriksa asal suara itu. Suaranya semakin terdengar jelas dari dalam kamar ayahnya yang terletak di samping kamarnya. Baru saja akan menjauh dari depan daun pintu kamar itu, saat Minhyuk mendengar suara Jang Min Hee, ibu tirinya di tengah isakan itu.

“Semua ini salahku. Seharusnya aku tidak pernah muncul di rumah ini.”

“Tenanglah, yeobo. Ini bukan salahmu.” Minhyuk yakin itu suara ayahnya.

“Tentu saja ini salahku. Selama ini, Minhyuk mengira Kim Da Ran adalah ibu kandungnya. Tentu saja dia terpukul berpisah dengan ibunya. Seharusnya aku cukup puas bisa bersama Minhyuk selama sembilan bulan saat mengandungnya.”

Yeobo, maafkan keegoisanku. Keluargaku sangat menginginkan penerus di keluarga ini. Tapi Da Ran tidak bisa mengabulkannya, jadi… aku memaksamu menerimaku…”

“Aku tidak apa-apa dengan itu. Oppa tahu kan kalau sejak SMA aku menyukaimu? Aku bersyukur bisa memberikan Minhyuk yang sangat kucintai untukmu. Aku turut bahagia melihat rumah tanggamu bahagia. Tapi… aku benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Da Ran tega meninggalkan Minhyuk dan selingkuh dengan dokter itu…”

Yeobo…”

“Aku benar-benar egois. Aku bilang padamu bahwa aku bisa melupakan Minhyuk, tapi ternyata aku tetap menginginkannya. Maafkan aku…”

“Kenapa kau minta maaf? Minhyuk adalah darah dagingmu. Darah daging kita. Memang sudah sepantasnya—“

“Tapi Minhyuk tidak tahu aku adalah ibu kandungnya!!!”

Di luar kamar, Minhyuk yang masih berdiri terpaku merasa pandangannya berkunang-kunang. Air matanya jatuh menetes. Dia menangis tanpa suara. Minhyuk mencengkeram dada sebelah kirinya, menahan sesak yang terasa menghimpit jantungnya.

Jika yang baru saja didengarnya adalah fakta, berarti selama ini dia hidup dalam kebohongan. Kebohongan yang menyakitkan, yang dia sendiri bahkan bertanya-tanya apakah ini cara Tuhan mengujinya?

Minhyuk berjalan gontai kembali ke kamarnya. Terkenang olehnya bagaimana menyenangkannya saat bersama Da Ran, orang yang selama ini diyakininya sebagai ibu kandungnya. Walau jarang bertemu, Da Ran selalu menyempatkan diri menemaninya belajar, membaca, menonton, melakukan kegiatan menyenangkan bersama-sama. Apa mungkin orang sebaik itu ternyata bukan ibu kandungnya? Apa mungkin orang sebaik itu tega meninggalkan keluarganya dan berselingkuh—

Perlahan, Minhyuk berusaha memejamkan mata dan berbaring di kasurnya. Berharap begitu terbangun nanti, semuanya akan kembali baik-baik saja.

Amin.

***

Dua hari kemudian, di Maid Café.

Minhyuk duduk di tempat favoritnya di tengah-tengah kafe, sambil menikmati Fruit Parfait sendirian. Matanya berkeliling mengamati setiap obyek yang ada di kafe itu.

“Kudengar Pedo-ahjusshi itu kembali berkeliaran.” Minhyuk mendengar percakapan dua orang di sampingnya.

Nugu (siapa)?” ujar yang lain.

“Pedo-ahjusshi… pernah dengar?”

“Belum.”

“Temannya noona-ku yang bercerita, katanya, beberapa waktu lalu, saat dia baru pulang dari kerja, dia lewat gang XX itu dan di sana dia dikejar oleh Pedo-ahjusshi itu.”

Jinjja, jinjja (benarkah)?”

Eung (ho-oh). Ahjusshi itu terlihat mabuk, tapi temannya noona-ku itu masih sempat ditangkapnya, untungnya saat itu ada petugas polisi yang kebetulan melintas, kalau tidak…”

Aigoo, mengkhawatirkan sekali. Gang itu kan dekat sini… Lalu, apa ahjusshi itu berhasil ditangkap?”

“Dia kabur begitu dikejar polisi, sampai sekarang dia sedang buron. Sepertinya.”

Minhyuk mendengar percakapan itu dengan seksama. Gang yang disebutkan oleh orang itu adalah gang yang cukup lebar, tapi tidak banyak orang yang melewatinya, apalagi ketika malam. Dan yang lebih dikhawatirkannya…

***

Minhyuk berkali-kali melirik jam di ponselnya. Sudah jam 9 lewat, tapi Serin belum keluar juga. Minhyuk bergerak-gerak gelisah. Hari ini Jonghyun pulang lebih awal lagi karena pertandingan lanjutan taekwondo-nya. Otomatis Serin harus pulang sendirian. Sesekali Minhyuk melongo ke arah Maid Café, berharap sosok Serin segera muncul.

Tapi ternyata yang keluar malah Mei Park, gadis blasteran Jepang-Korea, yang juga pegawai Maid Café.

“Lho, Master—maksudku Kang Minhyuk-sshi? Sedang apa di sini?” sapa Mei.

“Apa kau melihat Serin?”

“Serin? Dia tadi sudah pulang sekitar sepuluh menit lalu. Anbwasseo (kau tidak melihatnya)?”

Minhyuk menggeleng. “O (hm-m).”

Mei mengernyitkan dahinya, lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Ah, matda (benar juga), tadi aku lihat dia pulang lewat pintu belakang, katanya supaya lebih dekat menuju jalan tembusan menuju gang itu.”

Mwo?” Minhyuk membelalakkan matanya, Mei ikut kaget dengan reaksinya. Secepat kilat, Minhyuk meninggalkan tempat itu, tanpa sempat mengatakan apa-apa pada Mei.

Minhyuk berlari secepat yang dia bisa menuju gang itu. Dia tiba di gang itu lima menit berikutnya dengan peluh membanjiri sekujur tubuhnya. Di depannya, dengan jarak sekitar 15 meter, Minhyuk melihat sesosok gadis yang dikelilingi tiga orang pria—

Mwoya… jadi Pedo-ahjusshi itu bukan cuma satu orang?” gumam Minhyuk bergegas mendekati mereka.

Dan gadis yang dilihatnya adalah Serin.

I yeoja seotdaejima (jangan sentuh gadis ini)!!!” Minhyuk menarik salah satu ahjusshi itu dan memukulnya tepat mengenai hidung.

YA, keu  jasshigi (bocah sialan)!!! Neon mwoya (siapa kau)??” ujar ahjusshi yang dipukul itu sambil memegang hidungnya yang mengeluarkan darah.

Minhyuk mengambil kesempatan saat ketiga ahjusshi itu kebingungan untuk menarik Serin ke belakang punggungnya.

Ma (hei nak), kami tidak ada keinginan melawanmu, jadi lebih baik jangan ikut campur.” ujar seorang ahjusshi yang di wajahnya terdapat bekas luka menyeramkan.

“Ucapan kalian seakan merendahkanku,” Minhyuk menggerak-gerakkan tulang lehernya seolah melakukan pemanasan.

Mwoya, bocah ini menantang kita, hyungnim!”

“Patahkan saja lehernya.”

Aishh, kebetulan sekali aku sedang kesal, batin Minhyuk geram. Minhyuk mulai pertarungan dengan ketiga ahjusshi mabuk itu sekuat tenaga dan member isyarat pada Serin untuk meninggalkan tempat itu.

***

Taman XX.

Serin merawat luka-luka di wajah Minhyuk dengan hati-hati. Di tengah-tengah perkelahian antara Minhyuk dan ketiga pria mabuk tadi, Serin memutuskan untuk memanggil polisi. Tidak berapa kemudian, polisi datang dan secepat kilat Serin menarik lengan Minhyuk untuk kabur dari situ. Awalnya Minhyuk menolak, tapi akhirnya dia harus menurut karena luka-lukanya memang harus diobati.

“Ah, dasar. Ternyata kau tidak sehebat yang kupikir.” gerutu Serin sambil merekatkan tensoplast ke hidung Minhyuk. Minhyuk mengernyit jijik melihat tensoplast bermotif bintang warna-warni menempel hidungnya. Dia berjanji akan segera melepasnya begitu sampai di rumah.

“Apa begitu caramu berterima kasih?”

Serin melirik Minhyuk yang cemberut.

Gomawo~” ujar Serin dengan nada bercanda.

“Cih,” Minhyuk berdecak.

“Omong-omong, apa yang kau lakukan di gang itu?”

Minhyuk melirik salah tingkah Serin yang menatapnya ingin tahu.

Wae? Apa aku dilarang lewat sana? Apa jalan itu eksklusif cuma buat kau saja?”

Serin mengerucutkan bibirnya. Minhyuk masih saja ketus seperti biasa.

“Aku datang karena khawatir. Tadi aku dengar tentang pria mabuk yang suka melecehkan perempuan di gang ini. Tidak kusangka ternyata orangnya lebih dari satu. Jadi, yah…”

“Kau mengkhawatirkanku?” mata Serin membesar.

Minhyuk menoleh pada Serin dengan tampang malas. “Apa aku harus bilang kalau aku mengkhawatirkan nenekmu? Bodoh!”

Serin mencibir Minhyuk diam-diam. Lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu.

“Minhyuk-ah, kau baik-baik saja?”

Minhyuk tidak langsung menjawab. Dia memejamkan mata. Dia tidak sedang baik-baik saja. Karena itulah dia pergi menemui Serin. Saat sedang bersama Serin, entah kenapa Minhyuk merasa beban di pundaknya terasa jauh lebih ringan. Minhyuk merasa perlu membagi ceritanya, tapi tidak tahu dengan siapa.

“Kang Minhyuk?”

Mata Minhyuk menatap langit malam yang dihiasi bulan purnama penuh yang tampak indah. Dia menghela nafas, “Sayang sekali kita tidak bisa menikmati Blue Moon tahun ini.”

“Blue Moon.. bulan biru?” tanya Serin bingung.

Minhyuk mengangguk. “Hm-m. Tapi sebenarnya bulan tidak benar-benar berwarna biru. Itu adalah fenomena alam yang membuat bulan purnama datang dua kali dalam siklus satu bulan. Fenomena langka yang terjadi tiap 3 tahun sekali.”

“Wahh, daebak! Aku baru tahu tentang hal ini.”

“Blue Moon yang kulihat pertama kali saat bersama eomma—“

menghentikan kalimatnya. Dia tersenyum sedih mengingat momen itu. Momen yang diyakininya sebagai salah satu momen terindah dalam hidupnya.

Tiba-tiba, Minhyuk merebahkan kepalanya ke pundak kanan Serin. Serin terlonjak kaget, tapi tidak menolaknya.

“Maaf, sebentar saja,” gumam Minhyuk terdengar lelah.

Arraseo, kalau kau punya masalah, kau bisa membaginya denganku, aku akan mendengarkan.”

Minhyuk tampak menimbang-nimbang, lalu kemudian mengalirlah kisah itu dari bibirnya…

***

Keesokan harinya, di ruang BK.

“Kami mendapat laporan kalau kau tertangkap CCTV terlibat perkelahian dengan tiga orang asing. Benarkah?” tanya Lee sonsaengnim.

Ne (benar).” jawab Minhyuk apa adanya.
Lee ssaem menghela nafas. “Apa kau baru saja mengakui kalau kau sudah melanggar surat peringatan terakhirmu?”

Ne, ssaem.”

“Kang Minhyuk…sebenarnya aku sangat berharap kau menjadi anak baik di sisa tahun terakhir SMA-mu. Sangat disayangkan murid pintar sepertimu ternyata sangat suka berkelahi, mengintimidasi murid lain dan membantah omongan guru. Apa orangtuamu tidak cukup mengawasi—“

Ssaem, keumanhaeyo (tolong hentikan). Jangan bawa-bawa keluargaku karena masalah ini. Aku melakukan itu karena keinginanku sendiri. Jadi aku yang akan bertanggung jawab.”

Geurae, memang seharusnya begitu. Kami sudah mempertimbangkan sangsi apa yang harus kau terima. Mengingat kau masih di bawah umur dan sudah menjadi siswa senior, jadi pihak sekolah memutuskan kalau sangsi yang pantas diberikan padamu adalah wajib militer di bidang pelayanan masyarakat tepat setelah kelulusan nanti. Kau bersedia?”

***

Serin menunggu dengan cemas Minhyuk yang masih berada di ruang BK. Sudah beberapa menit dia mondar-mandir di depan pintu ruangan itu.

Mwohae (apa yang kau lakukan)?” suara Minhyuk yang tiba-tiba mengagetkan Serin.

“Ah, Minhyuk, bagaimana? Mereka memaafkanmu kan?”

“Aku akan mengikuti wajib militer tepat setelah kelulusan nanti.”

Serin bengong. Berusaha mencerna ucapan Minhyuk. “Ne (maaf)?”

“Mereka bilang aku sudah melanggar peringatan terakhirr, jadi aku harus menerima sangsi.” Minhyuk menjelaskan, lalu mendengus geli. “Dasar, kupikir hukumannya jauh lebih parah dari ini.”

Ya…”

“Mungkin karena mereka masih memandang posisi ayahku di yayasan sekolah ini.”

“Aku akan menghadap Lee ssaem, aku akan menjelaskan padanya bahwa kau melawan mereka karena berusaha melindungiku, dengan begitu—“

Dwaesseo!” Minhyuk menahan lengan Serin yang sudah bersiap masuk ke ruang BK.

Wae? Kau bahkan babak belur—“

“Kubilang tidak usah! Kau yang akan mendapat masalah kalau tetap nekat melakukannya!”

Neo wae irae (kenapa kau begini)?”

Johahae (aku menyukaimu).” Jawab Minhyuk singkat.

Ne?”

“Alasanku begini karena aku menyukaimu, puas?”

“Minhyuk, aku—“

“Aku tidak ingin mendengar jawabanmu. Aku hanya menyampaikan perasaanku. Maaf kalau kau keberatan. Tidak usah dipikirkan.” Minhyuk menggaruk-garuk tengkuknya salah tingkah.

“Tapi aku tidak keberatan.”

Mwo?” Minhyuk mengerjapkan matanya kaget. Dilihatnya Serin tersenyum manis.

“Kata-kata ‘aku menyukaimu’ itu… aku sama sekali tidak keberatan. Kau… benar-benar mengatakannya kan?”

Minhyuk hanya mengacak-acak rambut Serin.

“Masuklah ke dalam kelas. Aku akan menyusul.”

Serin tersenyum melihat Minhyuk yang baru hendak mulai berjalan.

“Kang Minhyuk… gidarilkke (aku akan menunggumu).”

Minhyuk tersenyum. Kali ini tulus dan sangat lama, lalu dia menyentuh pelan lengan Serin dan menyejajarkan wajahnya dengan wajah Serin.

Neonamjadeul bwa andwae (kau… jangan lirik-lirik cowok lain)!”

Neo do (kau juga)!” Serin balas mengancam.

Dan mereka pun tertawa lepas.

***To be Continued***
150402, 21.42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar