Kamis, 26 Maret 2015

[FANFICTION] Lucid Dream -Chapt. 6-



Title : Lucid Dream
Author : Park Su Jan (박수잔)
Genre : Fantasy
Cast(s) : B.A.P (Youngjae, Daehyun, Zelo) & OC
Chapter 6 (Last Chapter)

Note :



Ini chapter terakhir :D
Makasih udah nyempetin RCL-nya ^^
Mohon maaf apabila ada salah-salah kata dan typo.
Selamat membaca~ 


*Author's POV*

Youngjae kembali merasakan tubuhnya seperti melayang di angkasa. Bukan, lebih tepatnya di luar angkasa. Keadaan sekelilingnya masih sama ketika saat dia mencoba memasuki alam mimpi Jun Hee. Tapi entah kenapa, udaranya jauh lebih mencekam. Youngjae juga bisa melihat butiran salju berwarna hitam jatuh seiring tubuhnya yang akhirnya menyentuh tanah lembab itu lagi. Youngjae melihat sekeliling. Lalu matanya menangkap sosok Youngwon, dalam keadaan kedua tangan dan kakinya diikat rantai. Kakaknya itu tampak sangat lemah, tapi tetap tersenyum ke arahnya.

Dengan perasaan sedih, Youngjae bergerak menghampiri Youngwon. Tapi tanpa diduga, seperti ada dinding tidak kasat mata yang membatasinya dan Youngwon.

"Hyung..." panggil Youngjae menahan sesak di dada dan tenggorokannya.

"Jae..." suara Youngwon terdengar di kepalanya. Bibir Youngwon yang tadinya tersenyum lemah pun tidak mampu membuka. Jadi itu pasti suara hati Youngwon yang didengarnya melalui mata kakaknya.

"Tidak usah pedulikan aku, cepat selamatkan Jun Hee..."

"Tidak bisa! Aku harus membawa hyung pulang dengan selamat dulu."

"Kau bisa menyelamatkanku... setelah menyelamatkan Jun Hee..."

"Hyung..."

"Jun Hee adalah targetmu... sudah seharusnya kau menjaganya, kan?"

Youngjae tertegun mendengar kalimat Youngwon. Benar, Jun Hee adalah orang yang dia pilih sebagai targetnya, jadi sudah seharusnya Youngjae bertanggung jawab atasnya...

"Aku... tapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Kalian berdua orang yang sangat penting dalam hidupku."

"Aku masih bisa bertahan di sini sedikit lebih lama dari Jun Hee. Tapi dia bukan seorang Lucidian. Sekalipun ini mimpi, tapi ini adalah akibat efek yang ditimbulkan Lucidian jahat itu. Bisa berpengaruh dengan kondisinya di dunia nyata. Kau lihat bagaimana keadaanku di dunia nyata tadi kan?"

Lagi-lagi aku tidak bisa menangis. Aku ingin sekali menangis melihat penderitaan yang dialami kakakkku. Aku tidak tahan melihatnya begini.

"Uljima (jangan menangis). Setidaknya jangan sekarang. Kau tidak punya banyak waktu. Jika berlarut-larut, jiwa Jun Hee akan terkurung selamanya di alam mimpi. Kau tidak mau itu terjadi kan?"

Youngjae seperti tersadar. Lalu dia menatap kakaknya yang masih berusaha menampakkan senyum lemah.

"Tapi hyung harus janji, begitu aku menyelamatkan Jun Hee, hyung masih bertahan menungguku di sini, oke?"

"Ka (pergilah)."

"Hyung harus janji dulu!"

"Karago (kubilang pergi)!!!"

Youngjae tersentak mendengar nada marah Youngwon. Kakinya secara refleks membawanya semakin menjauh dari kakaknya.

Setelah Youngjae tidak kelihatan lagi, barulah Youngwon menghela napas berat.

"Maaf, aku tidak bisa kembali lagi. Selamat tinggal, Jae-ya."

***

Youngjae terus berjalan tanpa arah. Walaupun begitu, seolah-olah langkah kakinya sudah terprogram untuk terus menyusuri jalan itu, dan dia pun melihat tempat yang sudah tidak asing dengan seseorang yang juga tidak terlihat asing.

"Choi Jun Hong?" panggilnya membuat orang itu menoleh.

"Oh, Youngjae hyung?" dia tersenyum ramah. Menyeringai lebih tepatnya.

"Kau baik-baik saja? Youngwon hyung bilang--"

"Siapa?" tanya Jun Hong penasaran dengan nama yang baru saja disebut Youngjae.

"Ah, tidak. Lupakan saja." Youngjae tidak yakin harus menceritakan tentang kakaknya kepada Jun Hong.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Youngjae mengalihkan pembicaraan.

"Aku? Setiap malam aku selalu di sini."

Setiap malam? Setiap malam Jun Hong juga ada di alam mimpi Jun Hee? Youngjae tak habis pikir.

"Kenapa?" tanya Youngjae. Kenapa ada di alam mimpi Jun Hee? Itu yang ingin ditanyakan Youngjae, tapi dia tidak yakin Jun Hong paham.

"Kau bingung kenapa aku ada di alam mimpi noona-ku?"

Apa dia juga tahu kalau dia ada di alam mimpi Jun Hee?

"Aku memang ditugaskan ada di sini untuk menunggu seseorang."

"Siapa?" tanya Youngjae.

"Kau. Kau ke sini untuk menyelamatkan noona-ku kan?"

"Dan, darimana kau tahu?"

"Aku juga tahu kau seorang Lucidian."

Mata Youngjae melebar.

"Apa kau juga seorang Lucidian?"

"Bukan aku. Tapi dia. Dia sudah lama ingin bertemu denganmu." jawab Jun Hong sambil tersenyum misterius. 'Darawa (ikuti aku)."

Youngjae memutuskan untuk mengikuti Jun Hong, walaupun masih bingung dengan apa yang terjadi. Dia benar-benar tidak menyangka Jun Hong tahu fakta bahwa dia seorang Lucidian. Apa karena ini hanya mimpi?

Jun Hong mengajaknya menuruni jembatan, menuju ke tepian sungai penuh rawa di bawah sana. Suasana sedikit berbeda dengan cahaya merah yang berpendar di sekelilingnya.

Jun Hong lalu berbalik menghadap Youngjae.

"Here we go." katanya lalu melempar rantai yang sedari tadi disembunyikannya di balik telapak tangannya kepada Youngjae. Rantai itu secara otomatis melilit kuat tubuh Youngjae.

"Jun Hong! Apa yang kau lakukan??"

Jun Hong menoleh dengan ekspresi bersalah. Maafkan aku, kata suara hatinya. Youngjae tercengang. Apapun tadi yang diucapkan Jun Hong, dia kaget karena akhirnya bisa membaca pikiran Jun Hong.


"Bagus sekali, Jun Hong." tiba-tiba seorang pria yang entah darimana asalnya bertepuk tangan dengan tampang puas. Pria itu berusia pertengahan 50-an tahun. Di sampingnya ada Jun Hee dengan keadaan terikat rantai juga seperti Youngjae. Tapi keadaannya jauh lebih lemah daripada Youngwon.

"Sekarang Tuan harus menepati janji Tuan untuk melepaskanku dan noona-ku." Jun Hong berkata dengan nada takut-takut kepada pria paruh baya yang disebutnya 'Tuan'.

Detik itu juga Youngjae ingat, bahwa orang itu adalah ayah angkat Choi bersaudara. Orang yang dikatakan Youngwon sebagai Lucidian jahat.

"Yaah, tentu."

"Tapi ... apa yang terjadi pada noona-ku? Kau sudah berjanji tidak akan menyakitinya!!!" Jun Hong berteriak marah.

"Oh, Nak... maafkan ayahmu. Tapi saudarimu ini agak sulit diatur. Sudah kukatakan padanya bahwa bocah Lucidian yang selama ini mendekatinya hanya mau memanfaatkannya. Tapi dia tetap saja membelanya. Membela bocah yang katanya istimewa ini." Pria itu memandang sinis Youngjae.

"Kau sudah berjanji tidak akan menyakiti noona-ku!"

"TUTUP MULUTMU!!! Sudah untung aku tidak membunuhnya di sini!" Pria itu melempar seberkas cahaya kemerahan ke arah Jun Hong. Sekilas seperti ada cambuk. Membuat tubuh kurus Jun Hong terlempar sekitar 3 meter ke kanan. Jun Hong segera menghilang.

"Kenapa kau melakukan itu kepada pada anak yang tidak tahu apa-apa itu?!" Youngjae akhirnya tidak tahan untuk tidak bersuara.

Pria itu mengalihkan perhatiannya pada Youngjae.

"Ah, aku lupa. Masih ada satu orang dewasa yang tahu segalanya di sini. Meskipun begitu, kurasa aku jauh lebih tua darimu. Tidakkah seharusnya kau menggunakan bahasa formal padaku?"

"Aku tidak perlu bicara formal pada orang tua sepertimu!" kata Youngjae berani.

"Hahaha." Pria paruh baya itu tertawa keras. "Wah, ternyata kau sama seperti yang dikatakan ramalan itu. Akan ada anak istimewa yang lahir dari klan terbesar yang akan menyeimbangkan alam mimpi. Sifatmu yang sombong dan kurang ajar ini juga seperti sifat orang-orang dari klan Cosmos. Merasa dirinya paling unggul hanya karena mereka klan terbesar? Kalian pikir Lucidian dari klan lain itu lemah dan tidak bisa apa-apa? Kalian salah. Karena aku, aku adalah contoh nyata yang akan meruntuhkan sifat sombong kalian. Ramalan bilang dunia baru akan muncul jika aku bisa mengalahkanmu. Bagaimana menurutmu?"

"Menurutku kau sudah gila! Pernahkah kau berpikir ada berapa banyak orang yang sudah kau buat menderita karena perbuatanmu ini?"

"Ah, aku benci sekali kau mulai membahasnya. Hidupmu selalu dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padamu. Kau tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi orang terbuang sepertiku."

"Apa kau ini remaja labil? Tidak seharusnya orang tua sepertimu bicara seperti itu."

"Berani sekali kau berkata seperti itu!!!" Pria itu menghentakkan cahaya merah ke arah Youngjae. Tapi Youngjae dengan tangkas mengelak. Pria itu terus melancarkan serangannya sehingga membuat Youngjae akhirnya kewalahan juga. Dia Lucidian tingkat Giganic Dream yang belum bisa melancarkan serangan apapun. Youngjae tidak tahu tingkatan apa yang dimiliki pria paruh baya ini.

"Bagaimana, hah? Kau pasti kaget darimana aku dapat kekuatan ini. Nah, sebagai anak istimewa, seharusnya kau bisa melawan dan menghentikanku kan? Sekedar informasi saja, aku ini juga seorang Giganic Dreamer sepertimu." kata pria itu sambil tidak henti-hetinya melancarkan serangannya.

Giganic Dreamer? Itu berarti kemungkinan kekuatannya adalah... halusinasi?

Berpikir begitu, Youngjae mulai bangkit. Dia tidak menyangka kekuatan Lucid Dream-nya di dunia nyata juga bisa digunakan di alam mimpi.

Youngjae menciptakan duplikat bayangannya. Pria itu terkecoh beberapa saat. Bingung menduga yang mana Youngjae yang asli. Tapi kemudian dia tersenyum sinis. Ditariknya Jun Hee secara paksa.

"Kau ingin gadis ini selamat kan? Kalau begitu jangan bermain lagi denganku. Cukup menyerah dan ikuti permainanku." kata pria itu sambil menarik rantai yang mengikat leher Jun Hee.

"Ha..ji..ma, Young.. Jae.. hegh!!" Jun Hee berusaha berbicara dengan keadaannya yang lemah. Youngjae segera menampakkan diri dan memandang pria itu dengan tatapan marah. Pria itu tersenyum sinis lalu melempar Jun Hee ke arah Youngjae. Youngjae berhasil menangkap tubuh Jun Hee. tubuh itu terasa sangat dingin.

"Tapi bukan berarti aku akan turut di bawah perintahmu." ucap Youngjae tegas.

"Apa kau bilang?" tiba-tiba pria itu melemparkan pisau ke arah Youngjae. Tapi Jun Hee yang lebih dulu menyadari itu segera bangkit melindungi Youngjae dengan tubuhnya yang lemah. Pisau itu menancap ke punggung Jun Hee. Tidak ada darah yang keluar.

Mata Youngjae melebar karena kaget.

"A-aku mencintaimu." gumam Jun Hee sebelum dia menutup mata.

"Jun Hee-ya!!!" Youngjae menepuk-nepuk pipi Jun Hee. Tapi Jun Hee bahkan tidak membuka matanya.

"Jangan salahkan aku. Salahkan sendiri kekasihmu itu."

Hentikan. Hentikan semua ini!!!

Tiba-tiba angin bertiup kencang. Pria itu terkejut. "A-apaan ini?"

"Aku ingin kau segera menghentikan semua ini atau aku akan membuatmu selamanya terperangkap di sini."

Pria itu tertawa mengejek. "Memangnya kau bisa apa, bocah?"

"Kita lihat saja." Youngjae merapal mantra itu. Mantra yang membawanya terasa seolah tercabik-cabik. Rasanya sangat sakit. Kepalanya juga terasa pecah. Youngjae ingin menyerah tapi dia teringat ini adalah jalan satu-satunya untuk menghentikan Lucidian jahat itu.

Lalu dia kembali merasa utuh. Dan seberkas cahaya hijau menyelimutinya. Dia tahu bahwa dia sudah memasuki tingkat paling tinggi dalam Lucid Dream, Teranic Dreamer.

"Aku akan mengehentikan kau dan mimpi buruk ini." kata Youngjae. Melalui gerakan matanya, Youngjae mengangkat tubuh Lucidian jahat itu dan melemparkannya ke rawa. Belum sempat pria itu bergerak, Youngjae menahannya dan semakin membenamkan tubuh pria itu hingga tak terlihat lagi di permukaan rawa.

"Aku akan memenjarakanmu di sini, bersama dengan mimpi burukmu. Kurasa itu balasan yang pantas untukmu yang sudah merenggut orang-orang yang kukasihi." gumam Youngjae. Lalu dia memandang sedih wajah Jun Hee yang pucat pasi seperti mayat.

Tidak. Aku ingin mimpi ini berubah jadi mimpi bahagia. Youngjae memejamkan matanya. Setitik air mata jatuh dari mata Youngjae ke pipi Jun Hee. Lalu semuanya mendadak terang bercahaya.

***

Yongjae terbangun lalu mendapati dirinya ada di sebuah tempat yang asing. Dipandanginya sekeliling. Ada Daehyun yang sedang menenangkan  So Hyun yang menangis terisak-isak. Di depannya ada Jun Hong dan Jun Hee yang terbaring tenang di dua sofa panjang dengan posisi Youngjae memegang erat punggung tangan Jun Hee. Dia sedikit kaget kenapa bisa ada di sini. Tapi bisa memahami kalau ini pengaruh Lucid Dream-nya.

"Kau sudah bangun? Tadi Jun Hong sempat terbangun dan bilang terima kasih dan maaf atas segala yang terjadi. Dia ada di bawah pengaruh Lucidian jahat itu dan dia hanya berusaha melindungi Jun Hee. Tapi sekarang dia baik-baik saja."

"Dia benar-benar baik-baik saja?"

"Ya. Yang perlu dicemaskan adalah Jun Hee. Dia belum menunjukkan rekasi apapun sejak So Hyun menemukannya pingsan 3 hari yang lalu. Jun Hong melarang kami membawa Jun Hee ke rumah sakit karena dia bilang akan percuma saja. Dia percaya kau akan menyelamatkan Jun Hee."

Aku memandang wajah polos Jun Hee dan mengusap rambut yang menutupi wajahnya.

"Jun Hee-ya, bangunlah. Aku ingin mendengar lagi ucapanmu yang bilang bahwa kau menyukaiku. Bangun lah sekarang." aku berbisik pelan pada Jun Hee. Berharap Jun Hee membuka matanya.

***
  
3 Bulan kemudian.

Daehyun bersama So Hyun -yang entah sejak kapan akhirnya menjalin hubungan- sedang menunggu dengan gelisah kedatangan Youngjae dan Jun Hee. Mereka janji akan mengadakan kencan ganda di sebuah taman bermain terbesar di Seoul.

"Sedang menunggu siapa?" tiba-tiba ada yang berbisik di antara keduanya. Daehyun dan So Hyun serempak berjengit kaget. Lalu menoleh ke belakang. Youngjae tersenyum puas karena berhasil mengerjai mereka.

"Dari mana kau datang?" tanya So Hyun. "Mana Jun Hee?"

"Tara~" suara Jun Hee yang mendadak muncul dari balik bahu Youngjae -padahal sebelumnya Daehyun dan So Hyun yakin tidak ada Jun Hee di sana- terdengar ceria.

"YAA~ bagaimana bisa kau--"

"Aku mengajak Jun Hee berteleportasi dari rumah Jun Hee ke sini. Lalu menciptakan halusinasi yang membuat kalian seolah tidak melihat Jun Hee yang ada di sebelahku." Youngjae menjelaskan panjang lebar.

"Kau... aissh, anak ini..." umpat Daehyun tertahan.

Dari kejauhan, Jun Hong tampak melambai-lambaikan tangannya dengan tangan satunya memegang skateboard.

"Dan kenapa dengan bocah itu?" tanya So Hyun.

Youngae berdecak. "Dia hanya ingin memastikan aku tidak menculik noona-nya. Jadi dia akan mengawasi kita sepanjang hari. apanya yang bukan sister complex? Dia bahkan lebih parah dari sekedar sister complex." gerutunya membuat Jun Hee tertawa pelan.

Lalu mereka berempat tertawa lepas. Bersama-sama melangkah menghadapi hari-hari baru. Yang semoga menyenangkan. Selamanya.

***The End*** 140815


Tidak ada komentar:

Posting Komentar