Kamis, 26 Maret 2015

[CERPEN] Hei, G!

Brakk!!!

Suara sesuatu seperti seseorang membanting barang mengusik konsentrasi tidur siangku. Dari tempat tidurku, aku bisa melihat Ryn baru saja menghempaskan tas sekolahnya, dan sekarang dia sudah duduk dengan wajah kesal di depan meja belajarnya.

Ryn menyalakan komputernya. Beberapa menit berikutnya, dia sudah terlihat asik dengan tugasnya. Sementara aku hanya mengamatinya dari tempatku.

“Ah, dasar playboy. Aku pikir dia serius mendekatiku, tapi nyatanya…” Ryn mendengus kesal. Sepertinya dia sudah memulai ritualnya menceritakan kejadian yang terjadi padanya hari itu. Dan kali ini episodenya mengenai hubungan asmaranya.

Yah, episode yang sudah terlalu biasa mengisi jam-jam siang sepulang sekolah seperti ini. Beberapa minggu lalu, Ryn menceritakan tentang seorang cowok yang bernama Markus… atau Marquez? Ah, aku sudah lupa. Yang katanya murid pindahan dari L.A. Istilah keren buat menyebut Los Angeles. Tampan dan bla bla bla. Si Mark ini mendekati Ryn, teman dekatku yang pintar tapi polos. Ryn merasa ini sudah waktunya untuk merasakan apa itu cinta masa SMA. Tapi sayang, cintanya layu sebelum berkembang. Mark mendekati Ryn hanya sebagai perantara baginya mendekati Elena, teman sebangku Ryn. Elena yang cantik dan anggota klub balet. Ryn tidak sakit hati pada Elena, tapi merasa sangat kecewa pada Mark. Menurut Ryn, Mark terlalu pengecut, bukan tipe laki-laki sejati atau apalah itu namanya. Aku tidak mengerti. Aku hanya berharap Ryn kembali ceria seperti biasa.

“Hei, G. Sepertinya aku butuh bantuanmu.” gumam Ryn sambil menarikku dari tempat tidurku.

***

G, nama panggilan Ryn untukku. Aku pertama kali bertemu dengannya di sebuah toko kacamata. Saat itu, Ryn terlihat sangat cantik dengan rambut lurus hitam sebahu dan senyum berlesung pipinya. Dia menyapa temanku yang merupakan penjaga toko kacamata itu. Mereka terlibat obrolan singkat, lalu dia menyadari kehadiranku. Tatapan mata kami bertemu. Dan aku akui saat itu aku langsung suka pada Ryn. Apalagi saat mata kami bertemu, Ryn memamerkan senyum ramahnya padaku.

Aku harap Ryn menyadari kalau aku membalas senyumnya.

Dan sejak saat itu, kami menjadi berteman baik.

***

“G, aku benar-benar sakit hati atas perlakuan Mark yang menyebutku cewek aneh saat aku mengatainya cowok pengecut.” ujar Ryn suatu hari, sambil memakan es krim green tea-nya penuh semangat. Ryn memakannya sendiri karena aku tidak bisa.

Aku tidak berkomentar apa-apa, hanya mendengarkan dengan penuh perhatian.

Ryn lalu berdecak seperti putus asa.

“Apa iya aku ini cewek aneh?” gumamnya, lebih kepada diri sendiri.

(Kau tidak aneh, kau adalah gadis istimewa.)  Itu suara hatiku. Tapi aku tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkannya pada Ryn.

“Ah, aku tidak percaya pernah terpesona pada cowok rendah sepertinya.” umpat Ryn. Aku hanya terkekeh geli.

Begitulah Ryn kalau sudah kesal, kata-kata yang keluar dari mulutnya bisa sangat sadis dan kasar.

“Apa-apaan dia mengataiku cewek aneh? Ah, aku harap  Elena tidak akan jadian dengan cowok itu. Menyebalkan. Kalau memang dia suka Elena, kenapa dia mendekatiku dan memperlakukanku seolah-olah dia menyukaiku? Bukankah itu pengecut namanya?”

(Tapi itu terdengar seperti perasaan cemburu bagiku, Ryn.)

“Bukan berarti kalau aku cemburu. Oke, aku akui kalau aku sempat terpesona padanya. Tapi itu hanya perasaan suka sesaat, kau tahu. Aku hanya terpengaruh karena perhatian-perhatian kecil yang diberikan Mark kepadaku, sebelum aku tahu kalau ternyata itu hanya palsu.”

(Kalau begitu, sudah saatnya kau berhenti berkeluh kesah hanya karena si Mark itu, Ryn. Kau tahu kan, akan ada waktunya kau dipertemukan dengan seseorang yang memang ditakdirkan untukmu.)

Perlahan-lahan, senyum terkembang di bibir mungil Ryn. “Aku akan bertemu dengan Mr. Right-ku, dan itu sudah pasti bukan Mark.”

***

Beberapa minggu kemudian di sebuah perpustakaan kota yang belakangan sering didatangi Ryn. Saat ini, aku sedang menemaninya mencari sebuah buku tentang astronomi yang ingin dibacanya. Ryn bilang, dia sedang tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan benda luar angkasa. Tapi aku tahu alasan sebenarnya. Itu karena seorang penjaga perpustakaan itu yang akhir-akhir ini mencuri perhatian gadis manis bernama Ryn. Dari perkenalan mereka, aku jadi tahu kalau sang pustakawan itu bernama Nickhun Apollon Horvejkul bla bla bla. Pokoknya cukup panggil dia Nick. Dia mengaku keturunan China-Thailand-Amerika. Dia terlihat seperti cowok baik-baik. Dan ramah. Dan Ryn langsung menyukainya. Meskipun Ryn belum mengakuinya, tapi dari bahasa tubuh Ryn yang sudah kukenal, aku sangat yakin Ryn menaruh perasaan kepada Nick.

“Ah, G. Di saat-saat seperti ini, aku selalu saja merepotkanmu. Aku harap kamu tidak bosan bersamaku.”

(Kebahagiaan terbesarku adalah bersamamu, Ryn.)

“Mana sih bukunya?” gumam Ryn dengan nada tidak sabaran. Tapi karena volume suaranya lumayan keras padahal saat itu kami berada di perpustakaan, aku yakin dia sedang berusaha menarik perhatian Nick.

“Ada yang bisa kubantu?” tanya suara lembut milik Nick, yang entah sudah sejak kapan berada di dekat kami.
Dengan gerakan slow motion, Ryn menoleh ke arah Nick. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, semburat merah muda mulai menjalari pipinya. Aku meliriknya sambil terkikik geli.

“A-aku… aku sedang mencari buku tentang astronomi.” kata Ryn gugup. “Ju-judulnya Konstelasi Cassiopeia.”

Nick tersenyum maklum, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, dia langsung membantu Ryn mencari buku yang dimaksud.

“Nih, ketemu.” ujar Nick sambil tersenyum manis. Ryn langsung menerimanya dengan malu-malu. Dasar.

“Terima kasih.”

“Apa kau juga menyukai astronomi?” mata sipit Nick bersinar penuh semangat.

“Eh? Ah, itu … yah, baru-baru ini aku tertarik dengan astronomi.” jawab Ryn sambil melirikku seolah meminta perlindungan.
“Wah, senang sekali. Rasanya menemukan teman seperjuangan.” Nick berkata sambil tersenyum lebar.

Dan, begitulah. Komunikasi mereka berjalan semakin intens. Sampai suatu hari, ketika obrolan mereka mengenai tipe ideal masing-masing. Ryn memaksakan diri untuk masuk menjadi tipe ideal Nick.

Aku sangat kaget ketika siang itu melihat Ryn sibuk dengan benda yang paling kubenci di dunia ini. Kontak lensa.

Apa… apa Ryn bermaksud menggunakan benda menjijikkan itu?

“Ini semua demi Nick. Dia bilang dia suka gadis yang tidak berusaha menutupi mata indahnya. Nick bilang dia suka dengan gadis bermata indah. Itulah kenapa hari ini aku akan menggunakan kontak lensa ini.”

(Lalu, bagaimana denganku? Kau akan meninggalkanku di sini sementara kau bersama Nick sialan itu?)

“Maaf, G. Untuk hari ini, aku akan menyimpanmu di sini. Tenang saja. Kau sahabat terbaik yang pernah kumiliki kok.” Ryn berkata dengan nada manis sambil memasukkanku ke ‘tempat tidur’ku, benda berbentuk kotak persegi panjang berwarna coklat. Ryn memasukkanku dengan hati-hati agar tidak tergores, setelah sebelumnya melapisiku dengan sehelai kain lembut berwarna biru.

“Aku harap Nick bukan tipe orang yang akan menganggapku aneh hanya karena aku suka memberi nama buat benda-benda kesayanganku ya, G. Aku harap Nick adalah Mr. Right yang dikirimkan untukku.”

Tanpa sadar aku tersenyum, lupa pada kekesalanku tadi dan mengaminkan harapanannya. Bagiku, Ryn bukan gadis yang aneh, dia adalah gadis istimewa. Menamai benda-benda kesayangan seperti komputernya yang bernama Sammy-kun, atau tas motif polkadotnya dengan nama Pokky-chan, atau juga menamaiku dengan Mr. Glasses atau biasa disingkatnya jadi G, adalah hal-hal yang membuat Ryn jadi semakin menggemaskan di mataku. Ah lihatlah, bahkan Sammy-kun dan Pokky-chan juga mengangguk setuju.

***

“Hei, G. Sepertinya aku salah paham. Nick bilang, dibanding memakai kontak lensa, dia lebih suka melihatku berkacamata. Tempo hari Nick bilang begitu karena dia tidak suka melihat gadis yang memakai make up dan maskara tebal untuk menutupi matanya yang sebenarnya sangat indah tanpa riasan apapun. Jadi mulai besok, aku akan membutuhkanmu lagi.” cerita Ryn berapi-api, aku jadi ikut bersemangat karenanya. Membayangkan aku bisa kembali menjadi saksi kisah cinta Ryn bersama Mr. Right-nya, rasanya menyenangkan.


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar