Title : Blue Moon Lovers
Author : Park Sujan (Tsujana Albarabumulih)
Credit Picture : Ai Lee (WinterBlue95 Art)
Genre : School life
Casts : OC (Hwang Serin), CN BLUE (Kang Minhyuk & Lee Jonghyun)
Part 4 : Silly Confession
My eyes will look at only you. Oh would you also look at only me? Hoping we can be each other's star. (Kang Minhyuk – Stars OST
Heartstrings)
Akhir
Oktober 2008
Kediaman
keluarga Kang.
Minhyuk terbangun di tengah malam.
Samar-samar, dia mendengar suara isakan seseorang. Minhyuk penasaran dan
memutuskan untuk memeriksa asal suara itu. Suaranya semakin terdengar jelas
dari dalam kamar ayahnya yang terletak di samping kamarnya. Baru saja akan
menjauh dari depan daun pintu kamar itu, saat Minhyuk mendengar suara Jang Min
Hee, ibu tirinya di tengah isakan itu.
“Semua ini salahku. Seharusnya aku
tidak pernah muncul di rumah ini.”
“Tenanglah, yeobo. Ini bukan salahmu.” Minhyuk yakin itu suara ayahnya.
“Tentu saja ini salahku. Selama
ini, Minhyuk mengira Kim Da Ran adalah ibu kandungnya. Tentu saja dia terpukul
berpisah dengan ibunya. Seharusnya aku cukup puas bisa bersama Minhyuk selama sembilan
bulan saat mengandungnya.”
“Yeobo, maafkan keegoisanku. Keluargaku sangat menginginkan penerus
di keluarga ini. Tapi Da Ran tidak bisa mengabulkannya, jadi… aku memaksamu
menerimaku…”
“Aku tidak apa-apa dengan itu. Oppa tahu kan kalau sejak SMA aku
menyukaimu? Aku bersyukur bisa memberikan Minhyuk yang sangat kucintai untukmu.
Aku turut bahagia melihat rumah tanggamu bahagia. Tapi… aku benar-benar tidak
menyangka kalau ternyata Da Ran tega meninggalkan Minhyuk dan selingkuh dengan
dokter itu…”
“Yeobo…”
“Aku benar-benar egois. Aku bilang
padamu bahwa aku bisa melupakan Minhyuk, tapi ternyata aku tetap
menginginkannya. Maafkan aku…”
“Kenapa kau minta maaf? Minhyuk
adalah darah dagingmu. Darah daging kita. Memang sudah sepantasnya—“
“Tapi Minhyuk tidak tahu aku adalah
ibu kandungnya!!!”
Di luar kamar, Minhyuk yang masih
berdiri terpaku merasa pandangannya berkunang-kunang. Air matanya jatuh
menetes. Dia menangis tanpa suara. Minhyuk mencengkeram dada sebelah kirinya,
menahan sesak yang terasa menghimpit jantungnya.
Jika yang baru saja didengarnya
adalah fakta, berarti selama ini dia hidup dalam kebohongan. Kebohongan yang
menyakitkan, yang dia sendiri bahkan bertanya-tanya apakah ini cara Tuhan mengujinya?
Minhyuk berjalan gontai kembali ke
kamarnya. Terkenang olehnya bagaimana menyenangkannya saat bersama Da Ran,
orang yang selama ini diyakininya sebagai ibu kandungnya. Walau jarang bertemu,
Da Ran selalu menyempatkan diri menemaninya belajar, membaca, menonton,
melakukan kegiatan menyenangkan bersama-sama. Apa mungkin orang sebaik itu
ternyata bukan ibu kandungnya? Apa mungkin orang sebaik itu tega meninggalkan
keluarganya dan berselingkuh—
Perlahan, Minhyuk berusaha
memejamkan mata dan berbaring di kasurnya. Berharap begitu terbangun nanti,
semuanya akan kembali baik-baik saja.
Amin.
***
Dua hari kemudian, di Maid Café.
Minhyuk duduk di tempat favoritnya
di tengah-tengah kafe, sambil menikmati Fruit Parfait sendirian. Matanya
berkeliling mengamati setiap obyek yang ada di kafe itu.
“Kudengar Pedo-ahjusshi itu kembali berkeliaran.” Minhyuk mendengar percakapan dua
orang di sampingnya.
“Nugu (siapa)?” ujar yang lain.
“Pedo-ahjusshi… pernah dengar?”
“Belum.”
“Temannya noona-ku yang bercerita, katanya, beberapa waktu lalu, saat dia
baru pulang dari kerja, dia lewat gang XX itu dan di sana dia dikejar oleh
Pedo-ahjusshi itu.”
“Jinjja, jinjja
(benarkah)?”
“Eung (ho-oh). Ahjusshi
itu terlihat mabuk, tapi temannya noona-ku
itu masih sempat ditangkapnya, untungnya saat itu ada petugas polisi yang
kebetulan melintas, kalau tidak…”
“Aigoo, mengkhawatirkan sekali. Gang itu kan dekat sini… Lalu, apa ahjusshi itu berhasil ditangkap?”
“Dia kabur begitu dikejar polisi,
sampai sekarang dia sedang buron. Sepertinya.”
Minhyuk mendengar percakapan itu
dengan seksama. Gang yang disebutkan oleh orang itu adalah gang yang cukup
lebar, tapi tidak banyak orang yang melewatinya, apalagi ketika malam. Dan yang
lebih dikhawatirkannya…
***
Minhyuk berkali-kali melirik jam di
ponselnya. Sudah jam 9 lewat, tapi Serin belum keluar juga. Minhyuk bergerak-gerak
gelisah. Hari ini Jonghyun pulang lebih awal lagi karena pertandingan lanjutan
taekwondo-nya. Otomatis Serin harus pulang sendirian. Sesekali Minhyuk melongo ke
arah Maid Café, berharap sosok Serin segera muncul.
Tapi ternyata yang keluar malah Mei
Park, gadis blasteran Jepang-Korea, yang juga pegawai Maid Café.
“Lho, Master—maksudku Kang Minhyuk-sshi? Sedang apa di sini?” sapa Mei.
“Apa kau melihat Serin?”
“Serin? Dia tadi sudah pulang
sekitar sepuluh menit lalu. Anbwasseo
(kau tidak melihatnya)?”
Minhyuk menggeleng. “O (hm-m).”
Mei mengernyitkan dahinya, lalu
tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Ah, matda
(benar juga), tadi aku lihat dia pulang lewat pintu belakang, katanya supaya
lebih dekat menuju jalan tembusan menuju gang itu.”
“Mwo?” Minhyuk membelalakkan matanya, Mei ikut kaget dengan
reaksinya. Secepat kilat, Minhyuk meninggalkan tempat itu, tanpa sempat
mengatakan apa-apa pada Mei.
Minhyuk berlari secepat yang dia
bisa menuju gang itu. Dia tiba di gang itu lima menit berikutnya dengan peluh
membanjiri sekujur tubuhnya. Di depannya, dengan jarak sekitar 15 meter,
Minhyuk melihat sesosok gadis yang dikelilingi tiga orang pria—
“Mwoya… jadi Pedo-ahjusshi
itu bukan cuma satu orang?” gumam Minhyuk bergegas mendekati mereka.
Dan gadis yang dilihatnya adalah Serin.
“I yeoja seotdaejima (jangan sentuh gadis ini)!!!” Minhyuk menarik salah
satu ahjusshi itu dan memukulnya
tepat mengenai hidung.
“YA, keu jasshigi (bocah sialan)!!! Neon mwoya (siapa kau)??” ujar ahjusshi yang dipukul itu sambil
memegang hidungnya yang mengeluarkan darah.
Minhyuk mengambil kesempatan saat
ketiga ahjusshi itu kebingungan untuk
menarik Serin ke belakang punggungnya.
“Ma (hei nak), kami tidak ada keinginan melawanmu, jadi lebih baik
jangan ikut campur.” ujar seorang ahjusshi
yang di wajahnya terdapat bekas luka menyeramkan.
“Ucapan kalian seakan
merendahkanku,” Minhyuk menggerak-gerakkan tulang lehernya seolah melakukan
pemanasan.
“Mwoya, bocah ini menantang kita, hyungnim!”
“Patahkan saja lehernya.”
Aishh, kebetulan sekali aku sedang kesal, batin Minhyuk geram. Minhyuk
mulai pertarungan dengan ketiga ahjusshi
mabuk itu sekuat tenaga dan member isyarat pada Serin untuk meninggalkan tempat
itu.
***
Taman XX.
Serin merawat luka-luka di wajah
Minhyuk dengan hati-hati. Di tengah-tengah perkelahian antara Minhyuk dan
ketiga pria mabuk tadi, Serin memutuskan untuk memanggil polisi. Tidak berapa
kemudian, polisi datang dan secepat kilat Serin menarik lengan Minhyuk untuk
kabur dari situ. Awalnya Minhyuk menolak, tapi akhirnya dia harus menurut
karena luka-lukanya memang harus diobati.
“Ah, dasar. Ternyata kau tidak
sehebat yang kupikir.” gerutu Serin sambil merekatkan tensoplast ke hidung
Minhyuk. Minhyuk mengernyit jijik melihat tensoplast bermotif bintang
warna-warni menempel hidungnya. Dia berjanji akan segera melepasnya begitu
sampai di rumah.
“Apa begitu caramu berterima kasih?”
Serin melirik Minhyuk yang
cemberut.
“Gomawo~” ujar Serin dengan nada bercanda.
“Cih,” Minhyuk berdecak.
“Omong-omong, apa yang kau lakukan
di gang itu?”
Minhyuk melirik salah tingkah Serin
yang menatapnya ingin tahu.
“Wae? Apa aku dilarang lewat sana? Apa jalan itu eksklusif cuma buat
kau saja?”
Serin mengerucutkan bibirnya.
Minhyuk masih saja ketus seperti biasa.
“Aku datang karena khawatir. Tadi
aku dengar tentang pria mabuk yang suka melecehkan perempuan di gang ini. Tidak
kusangka ternyata orangnya lebih dari satu. Jadi, yah…”
“Kau mengkhawatirkanku?” mata Serin
membesar.
Minhyuk menoleh pada Serin dengan
tampang malas. “Apa aku harus bilang kalau aku mengkhawatirkan nenekmu? Bodoh!”
Serin mencibir Minhyuk diam-diam. Lalu
tiba-tiba dia teringat sesuatu.
“Minhyuk-ah, kau baik-baik saja?”
Minhyuk tidak langsung menjawab. Dia
memejamkan mata. Dia tidak sedang baik-baik saja. Karena itulah dia pergi
menemui Serin. Saat sedang bersama Serin, entah kenapa Minhyuk merasa beban di
pundaknya terasa jauh lebih ringan. Minhyuk merasa perlu membagi ceritanya,
tapi tidak tahu dengan siapa.
“Kang Minhyuk?”
Mata Minhyuk menatap langit malam
yang dihiasi bulan purnama penuh yang tampak indah. Dia menghela nafas, “Sayang
sekali kita tidak bisa menikmati Blue Moon tahun ini.”
“Blue Moon.. bulan biru?” tanya
Serin bingung.
Minhyuk mengangguk. “Hm-m. Tapi
sebenarnya bulan tidak benar-benar berwarna biru. Itu adalah fenomena alam yang
membuat bulan purnama datang dua kali dalam siklus satu bulan. Fenomena langka
yang terjadi tiap 3 tahun sekali.”
“Wahh, daebak! Aku baru tahu tentang hal ini.”
“Blue Moon yang kulihat pertama
kali saat bersama eomma—“
menghentikan kalimatnya. Dia
tersenyum sedih mengingat momen itu. Momen yang diyakininya sebagai salah satu
momen terindah dalam hidupnya.
Tiba-tiba, Minhyuk merebahkan
kepalanya ke pundak kanan Serin. Serin terlonjak kaget, tapi tidak menolaknya.
“Maaf, sebentar saja,” gumam
Minhyuk terdengar lelah.
“Arraseo, kalau kau punya masalah, kau bisa membaginya denganku, aku
akan mendengarkan.”
Minhyuk tampak menimbang-nimbang,
lalu kemudian mengalirlah kisah itu dari bibirnya…
***
Keesokan harinya, di ruang BK.
“Kami mendapat laporan kalau kau
tertangkap CCTV terlibat perkelahian dengan tiga orang asing. Benarkah?” tanya
Lee sonsaengnim.
“Ne (benar).” jawab Minhyuk apa adanya.
Lee ssaem menghela nafas. “Apa kau baru saja mengakui kalau kau sudah
melanggar surat peringatan terakhirmu?”
“Ne, ssaem.”
“Kang Minhyuk…sebenarnya aku sangat
berharap kau menjadi anak baik di sisa tahun terakhir SMA-mu. Sangat disayangkan
murid pintar sepertimu ternyata sangat suka berkelahi, mengintimidasi murid
lain dan membantah omongan guru. Apa orangtuamu tidak cukup mengawasi—“
“Ssaem, keumanhaeyo
(tolong hentikan). Jangan bawa-bawa keluargaku karena masalah ini. Aku melakukan
itu karena keinginanku sendiri. Jadi aku yang akan bertanggung jawab.”
“Geurae, memang seharusnya begitu. Kami sudah mempertimbangkan
sangsi apa yang harus kau terima. Mengingat kau masih di bawah umur dan sudah
menjadi siswa senior, jadi pihak sekolah memutuskan kalau sangsi yang pantas
diberikan padamu adalah wajib militer di bidang pelayanan masyarakat tepat
setelah kelulusan nanti. Kau bersedia?”
***
Serin menunggu
dengan cemas Minhyuk yang masih berada di ruang BK. Sudah beberapa menit dia
mondar-mandir di depan pintu ruangan itu.
“Mwohae (apa yang kau lakukan)?” suara
Minhyuk yang tiba-tiba mengagetkan Serin.
“Ah, Minhyuk,
bagaimana? Mereka memaafkanmu kan?”
“Aku akan
mengikuti wajib militer tepat setelah kelulusan nanti.”
Serin bengong. Berusaha
mencerna ucapan Minhyuk. “Ne (maaf)?”
“Mereka bilang aku
sudah melanggar peringatan terakhirr, jadi aku harus menerima sangsi.” Minhyuk
menjelaskan, lalu mendengus geli. “Dasar, kupikir hukumannya jauh lebih parah
dari ini.”
“Ya…”
“Mungkin karena
mereka masih memandang posisi ayahku di yayasan sekolah ini.”
“Aku akan
menghadap Lee ssaem, aku akan
menjelaskan padanya bahwa kau melawan mereka karena berusaha melindungiku,
dengan begitu—“
“Dwaesseo!” Minhyuk menahan lengan Serin
yang sudah bersiap masuk ke ruang BK.
“Wae? Kau bahkan babak belur—“
“Kubilang tidak
usah! Kau yang akan mendapat masalah kalau tetap nekat melakukannya!”
“Neo wae irae (kenapa kau begini)?”
“Johahae (aku menyukaimu).” Jawab Minhyuk
singkat.
“Ne?”
“Alasanku begini
karena aku menyukaimu, puas?”
“Minhyuk, aku—“
“Aku tidak ingin
mendengar jawabanmu. Aku hanya menyampaikan perasaanku. Maaf kalau kau
keberatan. Tidak usah dipikirkan.” Minhyuk menggaruk-garuk tengkuknya salah
tingkah.
“Tapi aku tidak
keberatan.”
“Mwo?” Minhyuk mengerjapkan matanya
kaget. Dilihatnya Serin tersenyum manis.
“Kata-kata ‘aku
menyukaimu’ itu… aku sama sekali tidak keberatan. Kau… benar-benar
mengatakannya kan?”
Minhyuk hanya
mengacak-acak rambut Serin.
“Masuklah ke
dalam kelas. Aku akan menyusul.”
Serin tersenyum
melihat Minhyuk yang baru hendak mulai berjalan.
“Kang Minhyuk… gidarilkke (aku akan menunggumu).”
Minhyuk
tersenyum. Kali ini tulus dan sangat lama, lalu dia menyentuh pelan lengan
Serin dan menyejajarkan wajahnya dengan wajah Serin.
“Neo… namjadeul
bwa andwae (kau… jangan lirik-lirik cowok lain)!”
“Neo do (kau juga)!” Serin balas
mengancam.
Dan mereka pun
tertawa lepas.
***To
be Continued***
150402,
21.42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar