Selasa, 16 Februari 2016

[Ciap-ciap] Reply 1988's Scene yang Bikin Aku Nostalgia



Note : Aku gak akan bahas soal ‘kapal-kapalan’ di sini ^^




Udah hampir sebulan sejak drama fenomenal Reply 1988 berakhir dan rasanya adaaaaa aja hal-hal yang masih seru buat dibahas. Sampai sekarang pun aku masih suka cari tahu kabar para pemainnya (utamanya sih uri cutie patootie Bogumie ya~). Dan lagi gak sabar nantiin Youth Over Flower yang guestnya empat bocah geng Ssangmundong. Yang udah pernah liat piku-piku Bogumie di bandara sehabis ‘diculik’ Na PD pasti juga kaget dan senyum-senyum gimanaaa gitu ya ketika liat Park Bogum-ah berubah jadi Park Goguma alias sweet potato, ㅋㅋㅋ~. Kulitnya jadi gelap karena terbakar sinar matahari selama syuting acara itu. Aku sendiri belum pernah nonton acaranya kayak apa, makanya bener-bener nungguin banget gimana jadinya nanti.

Ehm, mengenang momen-momen di drama Reply 1988, pastinya ada banyak banget momen favoritku di sini. Apalagi dengan durasi 1,5 jam dan 20 episode. Walaupun mungkin Reply 1997 masih merupakan Reply series favoritku, tapi momen-momen di Reply 1988 adalah yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hariku. Jadi, aku akan mencoba mengingat kembali momen-momen di drama ini yang mirip atau juga pernah aku alami.


Different personalities among family members

Aku lahir di sebuah keluarga besar dan sederhana. Di rumah, posisiku adalah maknae alias bungsu dan aku punya banyak saudara melebihi Sung family. Bapakku punya  kepribadian pendiam kayak Choi Moo Sung ahjusshi sedangkan amakku punya kepribadian semacam gabungan Ra Mi Ran ahjumma dan juga Lee Il Hwa ahjumma. Saking cool-nya sifat bapakku itu, banyak tetangga yang segan sama beliau. Sementara amakku adalah orang yang lebih ramah dan mudah akrab dengan tetangga.

Di antara saudara-saudaraku, aku punya seorang kakak cewek (dalam bahasa daerahku, aku menyebutnya ‘Ayuk’). Kakak cewekku ini terpaut 6 tahun lebih tua dariku dan punya sifat-judes-persis-Bora. Aku ingat ketika aku masih kelas 1 SD dan dia kelas 6 SD, dia langsung dengan kasar mengusirku untuk tidak dekat-dekat dengannya ketika jam istirahat sekolah. Hahaha. Di rumah pun sama, dia seolah punya kekuasaan absolut yang bikin aku gak bisa nolak perintahnya walaupun ingin. Aku sering disuruh-suruh ke warung sekedar untuk membelikan samponya. Beneran deh. Aku gak bisa nolak karena kami ditanamkan sifat untuk menghormati saudara yang lebih tua. Walau begitu dia juga punya sisi humanis. Dia sering mengajakku bermain BP alias bongkar pasang. Ketika beranjak remaja dan mulai tahu pacaran, dia memberiku cokelat dari cowoknya setiap ada perayaan spesial, sementara dia mengaku diet cokelat dan hanya menyimpan boneka dan bunganya saja. Mengepang dan mengkreasikan rambutku setiap aku akan berangkat sekolah. Sehingga aku bersekolah dengan variasi hiasan rambut yang berbeda-beda. Di saat seperti itu, aku merasa bangga punya kakak cewek kayak dia walaupun judesnya gak ketulungan *kemudian ditinju*.

Oh iya, aku juga punya abang yang semacam guardian gitu dah. Aku pernah bahas sedikit soal abangku di postingan terdahulu. Kalau ngelihat di antara karakter R88, mungkin abangku yang satu ini mirip karakter Sun Woo yang begitu menjaga Jinjoo. Sejak kecil dia yang paling dekat denganku. Sering menraktirku makanan dan juga benar-benar menjagaku ketika kami pergi mengaji di sebuah mushola yang ada di kampung seberang. Dia tidak akan membiarkan orang lain menggangguku. Bahkan hingga sekarang, dia tidak ambil pusing kalau aku pakai pakaiannya. Selalu menjemputku ketika aku pulang dari agenda klub kepenulisanku. Makanya aku sedih banget ketika dia yang beberapa waktu lalu harus menjalani operasi usus buntu. Yang aku salut dengannya, dia masih rutin dengan hafalan Al Qur-an-nya begitu siuman selesai dioperasi. Dia terlihat begitu tegar dengan tubuhnya yang kurus dan lemah karena habis dioperasi itu. Ketika masih sekolah, salah satu bentuk pengorbanan dia buatku adalah, dia rela gak naik angkot ataupun ojek dan memilih jalan kaki supaya aku (yang jarak sekolahnya jauh lebih dekat dari sekolahnya) bisa naik ojek. Hal ini yang menyadarkanku buat gak melupakan jasa-jasa saudaraku hingga kapanpun.


Bickering between sisters

Yep. Di R88, momen bickering alias adu mulut di antara Sung Bora dan Sung Deoksun sering terjadi. Di kehidupan nyata, hal ini pastinya juga sering dialami di antara saudara ya. Aku pun begitu. Udah bisa ditebak kan siapa yang ada di posisi siapa? Kakak cewekku yang-judes-kayak-Bora  emang selalu menang kalau soal adu mulut begini. Sementara aku… posisiku adalah Deoksun dan juga No Eul, haha. Selalu ada di pihak yang kalah dan ujung-ujungnya nangis kesal. Duh. Herannya, kami gak pernah berani adu mulut di depan bapakku. Sementara amak hanya akan membiarkan kami beradu mulut tanpa pernah berusaha memisahkan kami. Mungkin karena terjadi hampir setiap hari dan kami tidak pakai teriak-teriak apalagi jambak-jambakan ketika berantem, jadi amak gak menganggap itu sebagai KLB alias Kejadian Luar Biasa.


Nonton bareng teman-tetangga sepermainan

Aku besar di era pertengahan 90-an menjelang era milenium. Yang aku ingat ketika aku masih kecil, aku dan abangku sering nonton Dragon Ball tiap Minggu pagi bareng temen-temen sepermainan abangku di rumah tetangga kami. Karena waktu itu cuma tetangga kami itu yang punya antena sementara yang lain cuman ada TVRI, kkk. Walaupun aku gak ngerti-ngerti amat kenapa tampang Pikolo semacam campuran jin dan alien, asalkan bisa nonton bareng, aku udah senang. Malam harinya kami juga gak pernah ketinggalan nonton Misteri Gunung Merapi dan juga Angling Dharma, hehe. Seringkali aku ketiduran lalu bapakku datang menjemput kami pulang. Aigoo~

Ah iya, karena drama ini berkisah di penghujung tahun 80-an hingga 90-an, jadi aku pernah bertanya seperti kira-kira suasana di tahun itu kepada keluargaku. Cerita amakku, di tahun-tahun itu, televisi masih merupakan barang mewah. Hanya orang yang benar-benar kaya yang memilikinya. Itupun masih dalam bentuk tampilan hitam-putih. Jadi mereka (orang-orang di era itu) sering nonton bareng di rumah tetangga yang kadang jarak rumahnya cukup jauh, lalu mereka pergi bersama-sama dengan penerangan obor lho. Bayangin aja, cuma buat nonton, mereka harus menempuh jarak cukup jauh dengan penerangan seadanya. Beda jauh dengan segala kemudahan yang bisa kita dapatkan sekarang ini ya.


Bermain roplepayer bareng temen

Waktu kecil, aku punya kelompok yang terdiri dari aku dan tiga orang temen cowok seumuranku. Biasanya kami main layangan atau juga roleplayer sebagai manusia-robot. Aku paling suka jadi Robocop, sementara tiga orang temanku itu kubagi perannya sebagai Ultraman, Batman dan satu lagi aku lupa. Satu di antara mereka merupakan sepupuku sementara dua orang lain teman sekelasku. Kami mulai jarang bermain bersama setelah menginjak kira-kira kelas 5 SD. Karena aku mulai suka bermain BP dan juga boneka bersama teman-teman cewekku.  Aku baru sadar kalau dulu kami bahkan menjadi desainer buat baju-baju boneka Barbie kami, waks.

Tapi ada momen ketika teman-temanku bisa berkumpul semua. Yaitu ketika permainan bola kasti dan juga kelereng. Biasanya kami juga bergabung dengan teman-teman abangku untuk kemudian dibagi menjadi dua tim yang adil. Walaupun aku kadang kesal karena sering dijadikan ‘anak bawang’, tapi mungkin itu cara mereka supaya aku gak sedih karena takut kalah, haha.


Saling memberi-dan-menerima makanan di antara tetangga

Dengan cara yang lebih sederhana tentunya. Ketika ada tetanggaku datang memberi kami masakan, biasanya amakku juga akan membalas dengan memberikan sesuatu. Sebatas itu saja. Gak ada ceritanya momen memberi-dan-menerima makanan jadi begitu ribet dan seolah gak berujung kayak di R88, wkwkwkk.

Sama seperti di R88, pukul 6 sore adalah batas akhir kami untuk bermain di luar. Kadang juga sejak pukul 5 sore, para orangtua mulai sibuk memanggil anak-anaknya untuk pulang karena dulu ada mitos, “Kau akan ditangkap wewe gombel kalau masih main di luar rumah di saat maghrib.” Sebuah mitos yang ampuh membuat kami sangat takut keluar rumah di waktu-waktu seperti  itu.


We need Mom~

Inget scene ketika mami Ra Mi Ran baru pulang dari suatu tempat, tapi ternyata kecewa melihat rumah yang ditinggalkannya dalam keadaan rapi dan terkendali di tangan suami dan anak-anaknya? Baru-baru ini, aku juga mengalami kejadian serupa.

Beberapa minggu lalu, amakku baru pulang dari luar kota seberang pulau, tepatnya dari rumah kakak cewekku yang –judesnya-kayak-Bora-dan-sekarang-sudah-berkeluarga. Amak tinggal di rumah kakak cewekku itu untuk menemaninya karena suami kakakku sedang tugas ke luar. Begitu suami kakakku pulang liburan akhir tahun, amak pun akhirnya pulang ke rumah. Beliau emang gak terang-terangan nunjukin kecewa karena rumah yang ditinggalkannya beberapa bulan ini dalan keadaan rapi. Maklum saja, bapakku sudah tua dan aku-sebagai satu-satunya anak gadis- sepertinya gak terlalu dipercaya dalam urusan beres-beres rumah. Makanya amak agak kaget waktu itu karena ternyata kami yang tinggal di rumah bisa menghandle keadaan rumah.

Aku baru sadar ketika amak mogok masak, dan beliau sempat berkomentar kalau kami bisa apa saja tanpa perlu bantuannya. Tahu apa yang aku lakuin? Aku ngelakuin hal-hal kayak yang dilakuin Kim Junghwan buat ngembaliin mood ibunya. Aku pura-pura panik nyari sebelah kaos kakiku, minta diurut ketika sakit kepala yang gak seberapa dan bilang pada amakku kalau beberapa bulan ini aku segan minta bantuan bapakku buat diurut. Minta dimasakin sup kesukaanku karena kami gak bisa memasaknya. Dan gak butuh waktu lama, mood amakku kembali membaik setelahnya. Hehe. Aku jadi mikir ternyata emang begitu ya naluri seorang ibu. Walaupun sering mengeluh capek karena mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tapi tetep aja ngerasa kecewa ketika ngerasa gak dibutuhin. Respek buat penulis Reply series, Lee Woo Jung writernim yang udah bikin kisah yang terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari dan menyentuh hati begini.

Well, kayakya aku cuma bisa ingat sekelumit momen itu aja buat saat ini. Aku yakin pasti masih ada banyak lagi momen-momen yang berkesan dari R88 yang pasti juga pernah kita alami di kehidupan sehari-hari kita. Walaupun secara geografis dan lain-lain, negara kita berbeda dengan Korea Selatan, tapi untuk hal-hal seperti ini ternyata kita juga punya kesamaan ya. Mungkin karena kita masih sama-sama kental dengan nuansa ketimurannya? Nilai-nilai kesopanan, kekeluargaan dan nilai moral lain yang diajarkan di drama ini harus kita ambil sisi positifnya dan dijaga buat tetap bisa melestarikan dan gak melupakan akar kita.

Postingan kali ini diakhiri dengan backsound suara kambing khas Reply series  *mbeeekk..mbeekkekekkekk~*

160212, 20.52 WIB
Ujen/박수잔


3 komentar:

  1. Ah, berasa nostalgia~ :3
    Bedanyo hyung, aku ado di posisi Bora :v
    Anak pertamo, dan sering adu mulut dengan adek yg nomor duo :v
    Berhubung aku idk ado abang, jd idk tau cak mano rasonyo punyo kakak cak Sun-woo ~T_T~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, selalu begitu. Sodara yg lebih tuo biasonyo punyo masa" suka merintah adeknyo :v

      Ah, kadang abang hyung yg sikok itu jg ngeselin kok, tapi emang seringnyo kek Sunwoo ke Jinjoo. Yoh, real life tidak seindah drakor :v

      Hapus