Note
: Aku gak akan bahas soal ‘kapal-kapalan’ di sini ^^
Udah hampir sebulan sejak drama fenomenal Reply 1988
berakhir dan rasanya adaaaaa aja hal-hal yang masih seru buat dibahas. Sampai
sekarang pun aku masih suka cari tahu kabar para pemainnya (utamanya sih uri
cutie patootie Bogumie ya~). Dan lagi gak sabar nantiin Youth Over Flower yang guestnya empat bocah geng Ssangmundong. Yang
udah pernah liat piku-piku Bogumie di bandara sehabis ‘diculik’ Na PD pasti
juga kaget dan senyum-senyum gimanaaa gitu ya ketika liat Park Bogum-ah berubah
jadi Park Goguma alias sweet potato, ㅋㅋㅋ~. Kulitnya jadi gelap
karena terbakar sinar matahari selama syuting acara itu. Aku sendiri belum pernah
nonton acaranya kayak apa, makanya bener-bener nungguin banget gimana jadinya
nanti.
Ehm, mengenang momen-momen di drama Reply 1988, pastinya
ada banyak banget momen favoritku di sini. Apalagi dengan durasi 1,5 jam dan 20
episode. Walaupun mungkin Reply 1997 masih merupakan Reply series favoritku,
tapi momen-momen di Reply 1988 adalah yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hariku. Jadi, aku akan mencoba mengingat kembali momen-momen di drama
ini yang mirip atau juga pernah aku alami.
Different
personalities among family members
Aku lahir di sebuah keluarga besar dan sederhana. Di
rumah, posisiku adalah maknae alias
bungsu dan aku punya banyak saudara melebihi Sung family. Bapakku punya
kepribadian pendiam kayak Choi Moo Sung ahjusshi sedangkan amakku punya kepribadian semacam gabungan Ra Mi
Ran ahjumma dan juga Lee Il Hwa ahjumma. Saking cool-nya sifat bapakku itu, banyak tetangga yang segan sama beliau.
Sementara amakku adalah orang yang lebih ramah dan mudah akrab dengan tetangga.
Di antara saudara-saudaraku, aku punya seorang kakak
cewek (dalam bahasa daerahku, aku menyebutnya ‘Ayuk’). Kakak cewekku ini
terpaut 6 tahun lebih tua dariku dan punya sifat-judes-persis-Bora. Aku ingat
ketika aku masih kelas 1 SD dan dia kelas 6 SD, dia langsung dengan kasar
mengusirku untuk tidak dekat-dekat dengannya ketika jam istirahat sekolah.
Hahaha. Di rumah pun sama, dia seolah punya kekuasaan absolut yang bikin aku
gak bisa nolak perintahnya walaupun ingin. Aku sering disuruh-suruh ke warung
sekedar untuk membelikan samponya. Beneran deh. Aku gak bisa nolak karena kami
ditanamkan sifat untuk menghormati saudara yang lebih tua. Walau begitu dia
juga punya sisi humanis. Dia sering mengajakku bermain BP alias bongkar pasang.
Ketika beranjak remaja dan mulai tahu pacaran, dia memberiku cokelat dari
cowoknya setiap ada perayaan spesial, sementara dia
mengaku diet cokelat dan hanya menyimpan boneka dan bunganya saja. Mengepang
dan mengkreasikan rambutku setiap aku akan berangkat sekolah. Sehingga aku
bersekolah dengan variasi hiasan rambut yang berbeda-beda. Di saat seperti itu,
aku merasa bangga punya kakak cewek kayak dia walaupun judesnya gak ketulungan
*kemudian ditinju*.
Oh iya, aku juga punya abang yang semacam guardian gitu dah. Aku pernah bahas
sedikit soal abangku di postingan terdahulu. Kalau ngelihat di antara karakter R88, mungkin abangku yang satu
ini mirip karakter Sun Woo yang begitu menjaga Jinjoo. Sejak kecil dia yang
paling dekat denganku. Sering menraktirku makanan dan juga benar-benar
menjagaku ketika kami pergi mengaji di sebuah mushola yang ada di kampung
seberang. Dia tidak akan membiarkan orang lain menggangguku. Bahkan hingga
sekarang, dia tidak ambil pusing kalau aku pakai pakaiannya. Selalu menjemputku
ketika aku pulang dari agenda klub kepenulisanku. Makanya aku sedih banget
ketika dia yang beberapa waktu lalu harus menjalani operasi usus buntu. Yang
aku salut dengannya, dia masih rutin dengan hafalan Al Qur-an-nya begitu siuman
selesai dioperasi. Dia terlihat begitu tegar dengan tubuhnya yang kurus dan
lemah karena habis dioperasi itu. Ketika masih sekolah, salah satu bentuk
pengorbanan dia buatku adalah, dia rela gak naik angkot ataupun ojek dan
memilih jalan kaki supaya aku (yang jarak sekolahnya jauh lebih dekat dari
sekolahnya) bisa naik ojek. Hal ini yang menyadarkanku buat gak melupakan
jasa-jasa saudaraku hingga kapanpun.
Bickering
between sisters
Yep. Di R88, momen bickering alias adu mulut di antara Sung Bora dan Sung Deoksun
sering terjadi. Di kehidupan nyata, hal ini pastinya juga sering dialami di
antara saudara ya. Aku pun begitu. Udah bisa ditebak kan siapa yang ada di
posisi siapa? Kakak cewekku yang-judes-kayak-Bora emang selalu menang kalau soal adu mulut
begini. Sementara aku… posisiku adalah Deoksun dan juga No Eul, haha. Selalu
ada di pihak yang kalah dan ujung-ujungnya nangis kesal. Duh. Herannya, kami
gak pernah berani adu mulut di depan bapakku. Sementara amak hanya akan
membiarkan kami beradu mulut tanpa pernah berusaha memisahkan kami. Mungkin
karena terjadi hampir setiap hari dan kami tidak pakai teriak-teriak apalagi jambak-jambakan
ketika berantem, jadi amak gak menganggap itu sebagai KLB alias Kejadian Luar
Biasa.
Nonton
bareng teman-tetangga sepermainan
Aku besar di era pertengahan 90-an menjelang era
milenium. Yang aku ingat ketika aku masih kecil, aku dan abangku sering nonton
Dragon Ball tiap Minggu pagi bareng temen-temen sepermainan abangku di rumah
tetangga kami. Karena waktu itu cuma tetangga kami itu yang punya antena
sementara yang lain cuman ada TVRI, kkk. Walaupun aku gak ngerti-ngerti amat
kenapa tampang Pikolo semacam campuran jin dan alien, asalkan bisa nonton
bareng, aku udah senang. Malam harinya kami juga gak pernah ketinggalan nonton
Misteri Gunung Merapi dan juga Angling Dharma, hehe. Seringkali aku ketiduran
lalu bapakku datang menjemput kami pulang. Aigoo~
Ah iya, karena drama ini berkisah di penghujung
tahun 80-an hingga 90-an, jadi aku pernah bertanya seperti kira-kira suasana di
tahun itu kepada keluargaku. Cerita amakku, di tahun-tahun itu, televisi masih
merupakan barang mewah. Hanya orang yang benar-benar kaya yang memilikinya. Itupun
masih dalam bentuk tampilan hitam-putih. Jadi mereka (orang-orang di era itu)
sering nonton bareng di rumah tetangga yang kadang jarak rumahnya cukup jauh,
lalu mereka pergi bersama-sama dengan penerangan obor lho. Bayangin aja, cuma
buat nonton, mereka harus menempuh jarak cukup jauh dengan penerangan seadanya.
Beda jauh dengan segala kemudahan yang bisa kita dapatkan sekarang ini ya.
Bermain
roplepayer bareng temen
Waktu kecil, aku punya kelompok yang terdiri dari
aku dan tiga orang temen cowok seumuranku. Biasanya kami main layangan atau
juga roleplayer sebagai
manusia-robot. Aku paling suka jadi Robocop, sementara tiga orang temanku itu
kubagi perannya sebagai Ultraman, Batman dan satu lagi aku lupa. Satu di antara
mereka merupakan sepupuku sementara dua orang lain teman sekelasku. Kami mulai
jarang bermain bersama setelah menginjak kira-kira kelas 5 SD. Karena aku mulai
suka bermain BP dan juga boneka bersama teman-teman cewekku. Aku baru sadar kalau dulu kami bahkan menjadi
desainer buat baju-baju boneka Barbie kami, waks.
Tapi ada momen ketika teman-temanku bisa berkumpul
semua. Yaitu ketika permainan bola kasti dan juga kelereng. Biasanya kami juga
bergabung dengan teman-teman abangku untuk kemudian dibagi menjadi dua tim yang
adil. Walaupun aku kadang kesal karena sering dijadikan ‘anak bawang’, tapi
mungkin itu cara mereka supaya aku gak sedih karena takut kalah, haha.
Saling
memberi-dan-menerima makanan di antara tetangga
Dengan cara yang lebih sederhana tentunya. Ketika
ada tetanggaku datang memberi kami masakan, biasanya amakku juga akan membalas
dengan memberikan sesuatu. Sebatas itu saja. Gak ada ceritanya momen
memberi-dan-menerima makanan jadi begitu ribet dan seolah gak berujung kayak di
R88, wkwkwkk.
Sama seperti di R88, pukul 6 sore adalah batas akhir
kami untuk bermain di luar. Kadang juga sejak pukul 5 sore, para orangtua mulai
sibuk memanggil anak-anaknya untuk pulang karena dulu ada mitos, “Kau akan
ditangkap wewe gombel kalau masih main di luar rumah di saat maghrib.” Sebuah
mitos yang ampuh membuat kami sangat takut keluar rumah di waktu-waktu seperti itu.
We
need Mom~
Inget scene
ketika mami Ra Mi Ran baru pulang dari suatu tempat, tapi ternyata kecewa
melihat rumah yang ditinggalkannya dalam keadaan rapi dan terkendali di tangan
suami dan anak-anaknya? Baru-baru ini, aku juga mengalami kejadian serupa.
Beberapa minggu lalu, amakku baru pulang dari luar kota
seberang pulau, tepatnya dari rumah kakak cewekku yang –judesnya-kayak-Bora-dan-sekarang-sudah-berkeluarga.
Amak tinggal di rumah kakak cewekku itu untuk menemaninya karena suami kakakku
sedang tugas ke luar. Begitu suami kakakku pulang liburan akhir tahun, amak pun
akhirnya pulang ke rumah. Beliau emang gak terang-terangan nunjukin kecewa
karena rumah yang ditinggalkannya beberapa bulan ini dalan keadaan rapi. Maklum
saja, bapakku sudah tua dan aku-sebagai satu-satunya anak gadis- sepertinya gak
terlalu dipercaya dalam urusan beres-beres rumah. Makanya amak agak kaget waktu
itu karena ternyata kami yang tinggal di rumah bisa menghandle keadaan rumah.
Aku baru sadar ketika amak mogok masak, dan beliau
sempat berkomentar kalau kami bisa apa saja tanpa perlu bantuannya. Tahu apa
yang aku lakuin? Aku ngelakuin hal-hal kayak yang dilakuin Kim Junghwan buat
ngembaliin mood ibunya. Aku pura-pura
panik nyari sebelah kaos kakiku, minta diurut ketika sakit kepala yang gak
seberapa dan bilang pada amakku kalau beberapa bulan ini aku segan minta
bantuan bapakku buat diurut. Minta dimasakin sup kesukaanku karena kami gak
bisa memasaknya. Dan gak butuh waktu lama, mood
amakku kembali membaik setelahnya. Hehe. Aku jadi mikir ternyata emang begitu
ya naluri seorang ibu. Walaupun sering mengeluh capek karena mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, tapi tetep aja ngerasa kecewa ketika ngerasa gak
dibutuhin. Respek buat penulis Reply series,
Lee Woo Jung writernim yang udah
bikin kisah yang terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari dan menyentuh hati
begini.
Well,
kayakya aku cuma bisa ingat sekelumit momen itu aja buat saat ini. Aku yakin
pasti masih ada banyak lagi momen-momen yang berkesan dari R88 yang pasti juga
pernah kita alami di kehidupan sehari-hari kita. Walaupun secara geografis dan
lain-lain, negara kita berbeda dengan Korea Selatan, tapi untuk hal-hal seperti
ini ternyata kita juga punya kesamaan ya. Mungkin karena kita masih sama-sama
kental dengan nuansa ketimurannya? Nilai-nilai kesopanan, kekeluargaan dan
nilai moral lain yang diajarkan di drama ini harus kita ambil sisi positifnya
dan dijaga buat tetap bisa melestarikan dan gak melupakan akar kita.
Postingan kali ini diakhiri dengan backsound suara kambing khas Reply series *mbeeekk..mbeekkekekkekk~*
160212,
20.52 WIB
Ujen/박수잔
Ah, berasa nostalgia~ :3
BalasHapusBedanyo hyung, aku ado di posisi Bora :v
Anak pertamo, dan sering adu mulut dengan adek yg nomor duo :v
Berhubung aku idk ado abang, jd idk tau cak mano rasonyo punyo kakak cak Sun-woo ~T_T~
Haha, selalu begitu. Sodara yg lebih tuo biasonyo punyo masa" suka merintah adeknyo :v
HapusAh, kadang abang hyung yg sikok itu jg ngeselin kok, tapi emang seringnyo kek Sunwoo ke Jinjoo. Yoh, real life tidak seindah drakor :v
Bhaks~ :v
Hapus