Yup Jung mengusulkan untuk mengadakan duel antara
Shi Woo dan Chi Ang. Yang lain awalnya tidak setuju, karena siapa yang terlibat
perkelahian, maka mereka akan dikeluarkan dari Murim. Tapi Yup Jung menenangkan
mereka bahwa sebuah duel atau pertandingan tidak bisa dikategorikan
perkelahian. Shi Woo dan Chi Ang pun setuju, apalagi ini menyangkut harga diri
mereka. Mereka mulai mengambil ancang-ancang dan memulai duel itu dengan gaya
mereka masing-masing. Semua yang menyaksikan merasa kagum. Duel itu berlangsung
seru dan indah.
Dan ternyata itu semua hanya khayalan!!! Kenyataannya,
Shi Woo dan Chi Ang saling menyerang tanpa teknik dasar seni bela diri dan
lebih terlihat seperti perkelahian anak kecil. Chi Ang menggigit lengan Shi
Woo, dan Shi Woo menendang-nendang kaki Chi Ang.
Guru Kim datang melerai perkelahian memalukan itu. Ketua
Hwang dan guru-guru yang lain juga ada di sana dengan ekspresi marah. Ketua
Hwang lalu memanggil keduanya ke kantor.
“Bertarung tanpa kepandaian dan kehormatan. Tidak
ada bedanya dengan perkelahian. Sekolah Murim kami adalah tempat untuk
menciptakan manusia sebenarnya. Kalian akan mendapatkan pengalaman lebih baik
dari sekedar nilai. Kami mengajari murid kami untuk berjuang dan bertarung
melawan apa yang salah di dunia ini, bukannya berusaha menyesuaikan diri
dengannya.”
Chi Ang menyela dengan mengatakan yang sudah mereka
pelajari selama ini hanyalah bersih-bersih, mencuci dan memasak, padahal Murim
bukan sekolah memasak. Ketua Hwang menjelaskan Murim bukan tempat untuk
mengajar bocah kurang ajar sepertinya untuk berkelahi. Ketua Hwang berkata jika
mereka berdua tidak punya niat untuk belajar, mereka boleh pergi dari sana. Karena
dia tidak ingin Shi Woo dan Chi Ang menyebabkan kekacauan dan mengganggu murid
lainnya.
Shi Woo lalu bertanya di mana mereka akan
ditempatkan. Shi Woo tidak setuju jika dia ditempatkan di kelas pemula, karena
dia punya dasar bela diri yang dia pelajari di sekolah action. Chi Ang juga
tidak setuju karena dia menguasai dasar hapkido dan juga judo. Ketua Hwang
mematahkan argument mereka dengan mengatakan bahwa mereka berdua memang tidak
pantas di kelas pemula, karena mereka ada di urutan terbawah rantai makanan.
LOL.
Shi Woo dan Chi Ang syok. Mereka berdua dihukum
untuk membersihkan kamar mandi. Dan bukan hanya kamar mandi mereka, tapi juga
seluruh kamar mandi di asrama.
Sun Ah bergabung dengan Sun Deok bersantai di sebuah
sofa. Sun Deok heran kenapa Shi Woo memutuskan untuk masuk Murim. Dia
berpendapat kalau Shi Woo serakah karena walaupun sudah punya segalanya, tapi
tetap saja ingin mencoba sesuatu yang berbeda.
Sun Ah membela ‘Shi Woo-oppa’-nya. Dia menduga pasti
ada sebuah rahasia ataupun alasan pribadi yang membuat ‘Shi Woo-oppa’-nya
datang ke Murim. Sun Deok heran kenapa Sun Ah marah-marah (dia belum tahu kalau
Sun Ah adalah fan berat Shi Woo).
Ahjumma dan ayah Sun Deok belanja kebutuhan kosmetik
untuk Sun Deok. Ahjumma menggerutu karena ayah Sun Deok tidak mau membelikannya
barang-barang itu dan malah memberikannya pada Sun Deok, padahal ahjumma yang
selama ini merawat ayah. Ayah menyuruh ahjumma kembali ke toko tadi untuk
membawa sampel, waksseu! Ahjumma tersinggung dan berkata dia bukan gembel. Dia
mengira mereka sedang kencan, makanya dia senang. Ayah merasa malu karena
ahjumma terus merajuk. Dia berjanji akan membelikan ahjumma peralatan make-up
itu lain kali, karena Sun Deok tidak punya peralatan seperti itu sama sekali. Ayah
kasihan karena Sun Deok-nya yang cantik tidak pernah berdandan. Ahjumma
menangis karena kesal ayah Sun Deok tidak pernah memperhatikannya. Aigoo~
Shi Woo dan Chi Ang masih bersih-bersih di kamar
mandi. Chi Ang mengira Shi Woo sombong karena tidak pernah menyahut ketika Chi
Ang memanggilnya. Jadi Chi Ang menarik bahu Shi Woo. Shi Woo agak kaget dan
kesal karena Chi Ang menarik bahunya seperti itu. Chi Ang menjelaskan
sepertinya ada yang salah dengan telinga Shi Woo, karena tidak mendengar
namanya yang beberapa kali dipanggil Chi Ang. Shi Woo tidak bisa mendengar
kalimat Chi Ang karena telinganya kembali berdenging menyakitkan (fuah… kupikir
tadinya ada yang salah dengan PC-ku karena suaranya Chi Ang ilang, gak taunya
emang Shi Woo yang gak bisa dengar suaranya Chi Ang. Poor my Shi Woo~).
Chi Ang bertanya keadaannya, Shi Woo berbohong dan
mengatakan dia baik-baik saja. Tapi Chi Ang mengerti bahwa memang ada yang aneh
dengan pendengaran Shi Woo.
Shi Woo yang kesal karena terus ditanyai oleh Chi
Ang lalu pergi keluar dari kamar mandi. Dia bertemu dengan Sun Deok yang
khawatir dengan keadaannya. Shi Woo masih bawaan bad mood, bertanya apakah Sun Deok khawatir karena Shi Woo tidak bisa
bernyanyi di panggung lagi, atau karena Shi Woo yang berada di peringkat
terakhir murid Murim. Sun Deok berkata dia khawatir Shi Woo cedera, dia
memegang tangan Shi Woo untuk memeriksa apakah lengan Shi Woo mengalami luka
bakar karena kejadian di dapur itu. Shi Woo menepis tangannya. Sun Deok berkata
dia akan pergi ke Seoul, untuk melakukan interview, menjelaskan kejadian
sebenarnya ketika Shi Woo dituduh meninggalkan Da Rim (episode 1). Sun Deok merasa kejadian waktu itu bukan sepenuhnya
salah Shi Woo, jadi dia akan membantu Shi Woo membersihkan namanya. Shi Woo
merasa tersentuh mendengar kalimat Sun Deok.
Ibu Chi Ang masih khawatir dengan keadaan anaknya di
Murim. Dia bertanya pada anak buah CEO Wang tentang tujuan CEO Wang memaksa Chi
Ang masuk ke sana. Dia menyebut ayah Chi Ang dengan sebutan ‘suami’ tapi
langsung diubah menjadi ‘Ketua’ ketika mendapat tatapan tajam dari anak buah
itu (kayaknya emang ibu Chi Ang dan CEO Wang gak nikah).
Murid-murid membicarakan Shi Woo dan Chi Ang dari
belakang. Menyangsikan kemampuan mereka berdua. Terutama Wang Chi Ang yang
selalu berkata kalau dia adalah pewaris Shang Hai Group padahal dia anak sah
CEO Wang. Beritanya banyak bertebaran di internet. Beberapa dari mereka jadi
kasihan dengan Chi Ang. Shi Woo yang menguping percakapan mereka terlihat
memikirkan sesuatu.
Sun Deok yang sudah bersiap akan pergi ke Seoul
untuk interview tiba-tiba mendapat telepon yang menjelaskan bahwa ayahnya ada
di pos polisi. Karena ahjumma yang ngambek dan pergi, ayah Sun Deok yang buta jadi
kesulitan mencari jalan. Ponselnya jatuh dan dia hampir tertabrak motor. Sun
Deok bergegas menemui ayahnya. Semetara Shi Woo sedang menunggu Sun Deok di
tempat yang sudah Sun Deok janjikan untuk bersama-sama pergi ke Seoul.
Ayah minta maaf sudah membuat Sun Deok khawatir. Dia
tersenyum tapi Sun Deok bisa merasakan ayahnya merasa sedikit takut. Ayahnya
menyerahkan kantong berisi alat make-up yang dibelinya untuk Sun Deok. Ayah
bahagia masih bisa menyelamatkan benda-benda itu. Sun Deok melihat isi kantong
yang sudah rusak, bahkan beberapa alat make-upnya sudah tidak ada. Sun Deok
menahan air matanya dan mengatakan warna-warna yang dipilihkan ayahnya sangat
cantik. Sun Deok memeluk ayahnya dan mengatakan dia berterima kasih karena
ayahnya sudah membelikannya alat-alat makeup.
Ahjumma (namanya Bang Duk) datang ke rumah Sun Deok
setelah dibujuk Sun Deok. Ahjumma masih kesal soal alat makeup tadi, ayah Sun
Deok ikutan kesal dan berkata dengan nada cool ahjumma terlihat cantik walau
tanpa makeup. Tsaahh~
Ahjumma mencibir bagaimana ayah Sun Deok bisa tahu
padahal tidak bisa melihat. Mereka kembali saling beradu argument, membuat Sun
Deok tidak bisa lagi menahan tawanya dan memutuskan untuk pulang ke asrama
Murim setelah dia sadar bahwa dia punya janji dengan Shi Woo. Lalu bergegas
menemui Shi Woo.
Sun Deok minta maaf karena butuh waktu lama untuk
menyelesaikan urusannya. Sun Deok berkata mereka masih punya waktu untuk naik
bus terakhir ke Seoul, tapi Shi Woo menawarkan untuk naik mobilnya yang diparkir
di bawah gunung. Sun Deok butuh waktu untuk istirahat sebentar karena kakinya
lelah harus naik-turun gunung berkali-kali dalam seharian ini. Dia minta Shi
Woo untuk membawakannya air.
Ketika Shi Woo kembali untuk memberikan air pada Sun
Deok, Sun Deok malah jatuh tertidur di bangku taman. Shi Woo menendang-nendang
bangku itu untuk membangunkannya, tapi Sun Deok malah mengigau tentang
pekerjaan paruh waktunya. Shi Woo akhirnya membawa Sun Deok pulang ke asrama. Dia
menatap pintu kamar Sun Deok dan Sun Ah agak lama, sambil mengingat bahwa dia
telah salah menilai Sun Deok selama ini.
Shi Woo masuk ke kamarnya dan melihat Chi Ang tidur
di kasurnya. Dia mengusir Chi Ang dari sana. Chi Ang bertanya kenapa apa salah
Sun Deok sehingga Shi Woo selalu mengganggu gadis itu. Shi Woo mengabaikannya,
jadi Chi Ang bergumam apakah kali ini Shi Woo tidak dengar atau hanya
pura-pura. Shi Woo kesal karena lagi-lagi Chi Ang bertanya soal telinganya.
Chi Ang emosi dan menyebut Shi Woo sebagai ‘Idol
pengecut’. Shi Woo membalas Chi Ang dengan mengatakan kalau Chi Ang ‘Anak yang
lahir karena sebuah hubungan tanpa adanya ikatan pernikahan kedua orangtuanya’.
Chi Ang tidak bisa menahan emosi lagi ketika Shi Woo mulai menyebut ibu Chi Ang
sebagai ‘tawanan’ di rumah CEO Wang. Dia lalu melayangkan pukulan ke wajah Shi
Woo. Murid lain mulai berdatangan ke kamar mereka. Sun Ah meminta murid
laki-laki melerai mereka, tapi Yup Jung berkata untuk membiarkan saja mereka
berkelahi.
Ketua Hwang mengumpulkan semua orang dan berkata
tegas bahwa Shi Woo dan Chi Ang dikeluarkan dari Murim. Chi Ang tidak bisa
menerimanya dan dia meminta keringanan hukuman. Apapun hukumannya asal dirinya
tidak dikeluarkan dari Murim.
Ketua Hwang akhirnya menunjukkan pada mereka sebuah
puncak gunung dari kejauhan, Pegunungan Murim. Dia mengatakan di puncak Gunung
Murim, ada sebuah simbol/tanda dari sekolah mereka. Siapa di antara mereka
berdua yang bisa membawa tanda itu ke sekolah Murim, maka dia akan diizinkan
tinggal di Murim. Guru dan murid yang juga berkumpul di sana saling berbisik
bahwa belum ada satupun orang yang pernah mendaki gunung itu. Guru juga
khawatir kalau membiarkan murid seperti mereka ke tempat berbahaya seperti itu.
Shi Woo dan Chi Ang terpaksa menyanggupinya, nyaris tanpa perlengkapan apapun
kecuali pakaian yang melekat di badan.
Shi Woo dan Chi Ang mulai berjalan meninggalkan
Murim, seorang murid melepaskan drone/kamera terbang-nya untuk mengawasi
pergerakan mereka selama di hutan. Chi Ang mengeluh bahwa dia seharusnya
memakai alas kakinya dengan benar karena sekarang dia hanya mengenakan sebelah
sepatunya. Mereka baru berjalan beberapa langkah dari gerbang Sekolah Murim
ketika mereka berbalik dan ternyata Sekolah Murim seolah menghilang.
Sementara itu di sekolah, Sun Ah meminta Yup Jung
bicara empat mata. Sun Ah tahu bahwa Yup Jung yang merencanakan kejadian di
dapur tempo hari. Yup Jung (masih dengan bahasa Inggrisnya) mengakui itu dengan
santai, dan dia bertanya apa yang harus dia lakukan. Sun Ah kecewa karena Yup
Jung bahkan tidak merasa bersalah. Yup Jung berkata sebenarnya dia tidak datang
ke Murim untuk mempelajari etiket, moral dan sebagainya seperti itu. Dia datang
ke Murim karena ingin menjadi yang terbaik dan ikut kompetisi Murim dengan
sukses, lalu pulang ke rumahnya. Dia tidak membutuhkan murid lain untuk
mencapai tujuannya. Sun Ah memintanya berhenti menyombongkan diri. Yup Jung
masih terus mengoceh sampai Sun Ah memberi isyarat bahwa murid lain ternyata
mendengar pembicaraan mereka.
Guru-guru masih mengkhawatirkan keselamatan Shi Woo
dan Chi Ang. Guru Daniel menambahkan bahwa hutan di sana sangat berbahaya. Guru
Kim menyela, bukan hutan itu yang berbahaya, tapi murid-murid zaman sekarang
yang lemah. Dia berkata tanda yang dimaksud Ketua Hwang adalah sebuah bendera
yang Guru Kim letakkan di sana. Guru Yoo Di, satu-satunya guru wanita di sana,
tidak percaya kalau Guru Kim yang bahkan takut dengan tupai, mampu melewati
hutan itu sendirian. Guru Kim membalas kalau Guru Yoo Di melompat ke pelukannya
gara-gara tupai itu. Mereka mulai beradu mulut (mereka berdua ini adalah
pasangan putus-nyambung, dan sekarang sedang dalam keadaan putus), sampai Guru
Daniel merasa canggung di antara mereka.
Guru Beop tidak habis pikir kenapa Ketua Hwang
menyuruh Shi Woo dan Chi Ang pergi ke hutan itu. Sekolah Murim tidak akan bisa
dilihat dari luar. Guru Beop menebak Ketua Hwang ingin mengetahui siapa di
antara Shi Woo dan Chi Ang yang punya kemampuan membuka segel, seperti yang
terjadi ketika mereka berdua pertama kali datang ke Murim. Tapi Ketua Hwang
berkata bukan itu yang penting sekarang, karena dia ingin ‘menghukum’ orang
lain. Guru Beop mencerna ucapan Ketua Hwang (aku juga sedang berusaha mencerna
maksud perkataannya, tapi aku rasa Ketua Hwang sebenarnya tahu siapa biang onar
di balik semua kekacauan yang ditimbulkan Shi Woo dan Chi Ang, dan dia ingin
menunjukkan bahwa dia tetap menganggap Shi Woo dan Chi Ang murid Murim walaupun
mereka baru beberapa hari ada di sana).
Murid-murid tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan
keselamatan Shi Woo dan Chi Ang. Beberapa murid laki-laki bahkan begadang demi
mengawasi mereka berdua lewat GPS. Ibu Chi Ang juga punya firasat dan mengusap
foto Chi Ang dengan perasaan cemas.
Hari sudah pagi, Shi Woo masih terus berjalan dengan
semangat sementara Chi Ang sudah kelelahan. Shi Woo menyadarinya dan bertanya
apakah Chi Ang baik-baik saja. Chi Ang mengejek kenapa tiba-tiba Shi Woo
mengkhawatirkannya. Shi Woo merasa menyesal sudah bertanya.
Mereka sampai di tepi jurang, heran karena jalannya
terputus begitu saja sementara puncak gunung itu ada di seberang mereka. Shi
Woo berkata dia akan mencari jalan di bawah, sementara Chi Ang malah berniat
menyeberangi langsung jurang itu (iya, dia memang gila!).
“Jika tidak ada jalan, maka aku akan membuatnya. Jangan
khawatir, peramal bilang aku akan hidup lama.” Chi Ang bersiap-siap akan
melompati jarak antara jurang itu.
Dan dia berhasil. Dengan bangga dia berkata dia akan
pergi duluan ketika tiba-tiba kakinya terpeleset. Shi Woo panik dan dalam
keadaan genting itu akhirnya dia memberanikan diri mengikuti jejak Chi Ang. Shi
Woo berusaha mengulurkan tangannya untuk menolong Chi Ang. Shi Woo berpikir
cepat, menggunakan ikat pinggangnya supaya Chi Ang bisa naik. Akhirnya Chi Ang
berhasil diselamatkan. Telinga Shi Woo kembali berdenging tapi dia berusaha
terlihat baik-baik saja.
Chi Ang kembali memanggil Shi Woo dari belakang
untuk mengetes apakah benar Shi Woo tidak bisa mendengar. Setelah percobaan
kedua, Shi Woo menoleh ke belakang. Merasa risih karena Chi Ang terus-menerus
memanggil namanya. Lalu tiba-tiba Chi Ang terjatuh. Shi Woo bertanya apakah Chi
Ang baik-baik saja. Chi Ang mengeluh karena sepanjang waktu dia hanya berjalan
dengan sebelah sepatu, dia tidak akan baik-baik saja. Lalu dia memasang puppy face, meminta Shi Woo tukaran
sepatu. Shi Woo mengamatinya beberapa saat, lalu pergi begitu saja meninggalkan
Chi Ang. Haha, failed aegyo.
Chi Ang tidak kehabisan akal. Dia mengeluarkan semua
isi dompetnya, kartu dan uang, tapi semua tidak bisa digunakan. Lalu dia
melepas dasinya dan menggunakannya untuk membuat alas kaki darurat. Shi Woo
memandangnya aneh. Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan.
Murid-murid Murim masih mengawasi mereka lewat GPS. Merasa
kasihan karena Shi Woo dan Chi Ang pasti kelaparan dan haus.
Shi Woo dan Chi Ang menemukan mata air dan
bersemangat meminum airnya yang jernih. Tapi kemudian lari terbirit-birit
karena ada Bambam (maksudku Ular, kan bakornya ‘ular’ itu Bam, he). Drone (GPS,
kamera terbang apalah namanya) terus mengikuti mereka. Tiba-tiba Shi Woo dan
Chi Ang berpencar, mereka bingung harus mengikuti siapa.
Drone mengikuti Shi Woo yang baru sadar kalau Chi
Ang terpisah darinya. Dia memanggil-manggl Chi Ang, sementara Chi Ang juga
berusaha memanggil Shi Woo.
Flashback
:
Sebuah keluarga
kecil, dengan 2 orang anak balita mereka mendiami sebuah gubuk di hutan. Sang
istri berkata suaminya seperti sedang dikejar penagih hutang, karena kabur
seperti itu. Sang suami menjawab bahwa dia harus menyembunyikan permata mereka
agar tidak ada yang mengetahuinya. Dia sudah memasang segel/mantra supaya tidak
ada yang bisa tahu keberadaan mereka.
Sang suami adalah orang yang sedang terbaring koma
di sebuah kamar dengan selang infus di tangannya. Laki-laki yang disebut ayah
Chi Ang alias CEO Wang untuk selalu dijaga supaya tidak pernah terbangun. Sementara
sang istri ditemukan tewas oleh Ketua Hwang.
Drone masih terus mengikuti Shi Woo. Murid-murid
Murim yang sedang mengawasinya lewat layar laptop pun ketakutan ketika melihat
Shi Woo bertemu dengan seekor serigala hitam (mwoyaaa? Si-sirius Black??).
Serigala itu menyadari ada sebuah drone yang mengikuti mereka, lalu
menjatuhkannya. Layar laptop pun menghitam.
Shi Woo berusaha lari dari sergapan serigala itu. Tapi
ternyata serigala itu sudah menunggunya di depan. Serigala itu menyerang Shi
Woo hingga Shi Woo terjatuh. Hewan buas itu masih berusaha menyerang Shi Woo
saat tiba-tiba matanya silau karena bandul kalung yang dipakai Shi Woo
bercahaya tertimpa cahaya matahari.
Shi Woo masih terlihat panik dan ketakutan…
Bersambung
ke episode 4
Komentar
:
Oke, setelah ragu-ragu selama tiga episode, kali ini
aku yakin Shi Woo dan Sun Ah adalah saudara kandung, atau mungkin juga kembar. Karena
di adegan flashback, (terduga) ayah Shi Woo bicara dengan (terduga) ibunya Shi
Woo. Saat itu ayah Shi Woo menggendong balita perempuan yang aku yakin
diselamatkan oleh Ketua Hwang, yaitu Sun Ah. Sementara ibunya duduk bersama
balita laki-laki yang aku yakin adalah Shi Woo yang menangis ketika peristiwa
kebakaran itu.
Oh iya, aku mau senyum-senyum aja baca komen netizen
tentang drama ini. Banyak dari mereka bilang kalau drama ini cheesy, konyol,
aneh tapi bikin addicted, hehe. Yah, walau gak bisa dibilang great, tapi aku
cukup terhibur dengan komentar mereka. Tahu sendiri kan gimana pedasnya
komentar dari Knetz itu… jadi komentar semacam di atas jauuuhhh lebih baik
daripada komentar negatif. Alhamdulillah sejauh ini baik dari segi akting dan
cerita, mereka gak ada masalah. Ada beberapa sih yang masih belum klop dengan
akting Hongbin, tapi ya, untungnya cuma beberapa.
Mohon maklumi ya kalo aku beberapa kali pake istilah
Harry Potter, soalnya drama ini beneran ngingetin aku sama Harry Potter versi
seni bela diri dan minus sihir. Tapi tentu aja cerita dan lain-lainnya gak
sama. Murim School murni sebuah drama dengan tema sekolah seni bela diri. Jadi
jangan bilang niru-niru Harry Potter ya~ ^^
160120, 19.52 WIB
Ujen/박수잔
Tidak ada komentar:
Posting Komentar