Rabu, 06 April 2016

[Sinopsis] Drama Page Turner (페이지 터너) Episode 2







Page Turner episode 2 : Mereka yang Memperoleh Persahabatan Sejati



Cha Sik memandangi sebuah piano using yang ada di pinggir terowongan berdinding penuh graffiti. Cha Sik lalu bertanya pada seorang ahjusshi yang sedang sibuk menyusun barang dagangan di dekat piano itu tentang pemilik piano. Ahjusshi menggeleng, jadi Cha Sik menyimpulkan bahwa piano itu boleh dipakai siapa saja.



Di rumah Yoo Seul, ibunya yang sedang menyiapkan sarapan menyuruh Yoo Seul untuk menunggunya, tapi Yoo Seul menolak, karena dia ingin melakukan semua sendiri. Termasuk pergi sekolah.



Beberapa murid-murid SMA Seni Hanjoo sedang menunggu bus sekolah. Seorang murid berkacamata bicara pada temannya tentang Yoo Seul yang akan kembali sekolah hari itu. Temannya berkata bahwa seharusnya Yoo Seul pindah sekolah ke sekolah khusus saja daripada harus mengalami kesulitan di SMA mereka.  Jin Mok yang sedari tadi mendengarkan akhirnya ikut bicara. Dia tidak setuju kalau Yoo Seul harus pindah sekolah karena kondisinya yang tuna netra, Yoo Seul harus tetap bertahan di sekolah mereka. Temannya kembali bicara soal apakah Yoo Seul sebenarnya menyukai piano atau tidak. Jin Mok lalu teringat kejadian Yoo Seul yang mencoba bunuh diri karena selama ini harus pura-pura menyukai piano demi ibunya.



Ibu Yoo Seul menahan anaknya ketika akan pergi sekolah sendirian. Yoo Seul yang kesal akhirnya berteriak dengan nada tinggi pada ibunya. Mata ibunya sampai berair saking kagetnya dibentak Yoo Seul. Diam-diam dia mencoba mengikuti Yoo Seul, tapi Yoo Seul menyadarinya dan berkata bahwa jika dia mengalami kesulitan, dia akan minta tolong temannya di sekolah. Lalu ibunya melihat rol rambut Yoo Seul masih tersangkut di rambutnya, dan berteriak bahwa Yoo Seul sebenarnya tidak punya teman yang akan menyadari bahwa rol rambutnya masih tersangkut.

Jin Mok mengamati mereka dari kejauhan dengan tatapan antara sedih dan bersalah. Lalu dia memutuskan untuk mengikuti Yoo Seul.



Yoo Seul berjalan dengan hati-hati dengan bantuan tongkat sementara Jin Mok mengikuti dari belakang. Ketika ada mobil yang hampir menyerempet Yoo Seul, Jin Mok menarik lengannya. Yoo Seul mengira Jin Mok adalah ibunya, menyerahkan rol rambut dan kembali menceramahi ibunya supaya tidak mengikutinya. Sampai-sampai seorang kakek yang melihat mereka heran kenapa Jin Mok dipanggil dengan sebutan ‘Eomma’ oleh Yoo Seul. Jin Mok cuma menahan geli dan menjawab dia juga tidak tahu (senyum Jin Mok… bisa-bisa bikin aku ‘pindah kapal’ ㅋㅋㅋ).



Jin Mok masih dengan sabar mengikuti Yoo Seul hingga ke stasiun kereta. Yoo Seul berjalan di jalan khusus untuk tuna netra sementara Jin Mok menjaganya (salut dengan KorSel yang begitu memperhatikan warganya dengan melengkapi fasilitas umum dengan begitu teliti, tidak terkecuali dengan warga berkebutuhan khusus. OOT).

Hingga sampai sekolah, Jin Mok bahkan membetulkan letak sandal Yoo Seul supaya Yoo Seul mudah memakainya. Walaupun ketika diinterogasi kedua teman sekelasnya, dia menolak kalau dia membantu Yoo Seul (oh yeah, dia tsundere-kun).



Cha Sik sampai di SMA Seni Hanjoo. Dia terlihat takjub dengan fasilitas dan kemegahan yang dimiliki SMA itu. Cha Sik bahkan sok tahu mengomentari seorang siswi yang membawa cello (?) dengan sebutan biola. Hehe.

Cha Sik mendaftar di sekolah itu sebagai murid pindahan. Tapi dia ditolak karena SMA Seni Hanjoo tidak pernah menerima murid di pertengahan semester. Walaupun Cha Sik bersikeras, tapi dia tetap tidak bisa diterima. Apalagi SMA Hanjoo adalah SMA yang prestisius, tidak sembarang murid bisa masuk sana.



Beberapa meja dari sana, Yoo Seul sedang berdiskusi dengan gurunya. Yoo Seul butuh seorang pemandu untuk segala keperluannya di sekolah, sementara tidak seorang pun yang bersedia jadi pemandunya karena mereka akan jadi murid senior yang akan disibukkan dengan ujian kenaikan kelas. Guru menyuruh Yoo Seul meminta ibunya jadi pemandunya, tapi Yoo Seul menolak. Dia ingin membuktikan pada ibunya kalau dia bisa tanpa ibunya.

Jin Mok datang menawarkan diri sebagai pemandu Yoo Seul. Jin Mok bilang dia melakukannya sebagai kegiatan sukarela jadi Yoo Seul tidak perlu khawatir kalau Jin Mok ada maksud lain  *iya deh~*. Guru heran karena kelihatannya Yoo Seul dan Jin Mok tidak terlihat nyaman bersama, tapi Guru menyambut Jin Mok jika ingin jadi pemandu Yoo Seul. Tentu saja Yoo Seul menolak. Bu Guru bilang kalau Yoo Seul menolak bantuan Jin Mok, dia akan memanggil ibu Yoo Seul.




Cha Sik yang menyadari kehadiran mereka berseru dan berkata dia akan menjadi pemandu Yoo Seul. Cha Sik bahkan dengan enteng berkata bahwa dia sudah di-DO dari dari sekolahnya, jadi dia punya banyak waktu luang untuk membantu Yoo Seul. Dia bahkan berlutut supaya Yoo Seul memilihnya (padahal kan Yoo Seul gak bisa lihat dia, kkk).

Guru yang tadi bicara dengan Cha Sik kesal karena Cha Sik masih ada di sekolah itu. Cha Sik membela diri bahwa dia tidak meminta untuk diterima sebagai murid SMA Hanjoo, dia hanya ingin jadi pemandu Yoo Seul dan juga belajar di kelas Yoo Seul. Guru mengatakan orang asing tidak bisa seenaknya masuk ke SMA Hanjoo, tapi Cha Sik berkata enteng kalau mereka membiarkan ibu Yoo Seul masuk ke SMA itu, jadi tidak ada bedanya. Hehe.

Jin Mok jadi kesal karena Cha Sik bicara seenaknya. Dia makin kesal karena Cha Sik terus-terusan menyebut Jin Mok sebagai Sam Shik (jenis ikan yang biasa dikukus). Jin Mok balik mengatai Cha Sik sebagai ‘Ulet Bulu’. Bukannya marah, Cha Sik malah senang dan menganggap itu pujian, haha *sedeng*. Yoo Seul ikutan kesal karena kedua orang itu malah bertengkar karena masalah kekanakan. Akhirnya Yoo Seul terpaksa memilih salah satu dari mereka.





Jin Mok mengawasi Yoo Seul di kelas. Jin Mok melirik Yoo Seul agak lama, sebelum pandangannya diblokir oleh Cha Sik, hahaha. Ternyata Yoo Seul memilih Cha Sik untuk jadi pemandunya. Cha Sik menggoda Jin Mok dengan antusias karena kalah darinya.

Cha Sik bicara pada Yoo Seul untuk tidak perlu cemas karena dia akan membantu Yoo Seul. Tapi ternyata Cha Sik benar-benar tidak punya pengetahuan soal musik klasik. Dia bahkan melafalkan ‘Allegretto’ sebagai ‘Arigatou’. LOL. Semua orang (kecuali Jin Mok dan Yoo Seul) tertawa mendengarnya. Cha Sik kecewa saat dilihatnya Yoo Seul bahkan tidak mendengarkan semua penjelasan yang sudah susah payah dicarinya di internet.





Jin Mok membantu Yoo Seul menyalakan keran air. Jin Mok menyindir ‘Ulet Bulu’ Yoo Seul yang menghilang padahal seharusnya si ‘Ulet Bulu’ harus selalu ada di samping Yoo Seul. Jin Mok masih heran kenapa Yoo Seul lebih si anak absurd itu dibanding dirinya. Yoo Seul mengatakan saking bencinya dia pada Jin Mok, jadi dia lebih memilih anak absurd daripadanya. Jin Mok mengingatkan soal Yoo Seul yang pernah mengatakan sudah lelah membencinya, Jin Mok berkata kalau dia juga lelah membenci Yoo Seul. Jadi dia meminta mereka untuk berteman saja.



Cha Sik mengira Yoo Seul ngambek karena Cha Sik tidak ada di dekatnya dalam waktu lama. Yoo Seul tidak menghiraukan omongan Cha Sik. Dia menyuruh Cha Sik tidak usah berlebihan, Cha Sik hanya harus pura-pura membantunya di sekolah untuk mencegah ibunya datang ke sekolah. Yoo Seul kesulitan mencari pintu keluar, jadi Cha Sik memberi tahunya. Bukannya berterima kasih, Yoo Seul malah sok jutek berkata dia sebenarnya tahu *haha, dia tengsin tuh*. Cha Sik jadi gregetan sama Yoo Seul yang jutek.



Hari Minggu pagi, ibu Cha Sik kaget ketika melihat ada banyaaaaakk sticky note yang ditempel di kamar anaknya. Note itu berisi catatan tangan Cha Sik tentang hal-hal yang berhubungan dengan musik klasik. Cha Sik pamit untuk pergi ke perpustakaan. Dia belajar dengan tekun tentang musik klasik. Dia tidak ingin Yoo Seul dipermalukan karena memilih pemandu yang ‘bodoh’ sepertinya.

Cha Sik sangat tekun belajar bahkan sampai sambil jalan di trotoar. Dia berhenti di depan kotak surat untuk mengirimi surat kepada orang yang diyakini sebagai ayahnya, pianis Hyun Myung Sae. Cha Sik mencium surat itu sebelum menaruhnya di dalam kotak pos.



Kali ini, Cha Sik dengan lancar menerangkan pada Yoo Seul pelajaran mereka di kelas. Yoo Seul mendengarkan dengan baik. Bahkan teman-teman di kelas takjub dengan perkembangan pesat Cha Sik. Cha Sik jadi semakin bersemangat dengan pujian mereka.





Cha Sik menemani Yoo Seul pulang menyusuri trotoar. Yoo Seul masih tetap menolak ketika Cha Sik menawarinya naik sepeda, dan memilih pulang sendirian. Tapi baru beberapa langkah Cha Sik meninggalkan Yoo Seul, dia mendengar teriakan Yoo Seul.

Seorang ahjusshi memarahi Yoo Seul dan menuduh Yoo Seul memukul anjingnya dengan tongkat. Yoo Seul ketakutan tapi dia yakin dia tidak melakukannya, dan menyalahkan ahjusshi itu yang tidak mengikat anjingnya sehingga tidak sengaja tongkatnya kena si anjing. Ahjusshi langsung buru-buru memasang tali kekang pada anjingnya.

Cha Sik kembali menghampiri Yoo Seul dan berteriak bahwa ahjusshi itu yang salah. Ahjusshi tetap ngotot kalau Yoo Seul yang salah. Yoo Seul yang masih merasa cemas refleks menggenggam tangan Cha Sik. Cha Sik kaget dengan reaksi Yoo Seul. Dia menunjuk CCTV yang merekam kejadian sebenarnya, dan jika mereka mau, mereka bisa membuktikan bahwa ahjusshi itu memang tidak mengekang anjingnya.





Cha Sik bertanya apakah dia perlu mengantar Yoo Seul berobat. Tapi Yoo Seul bilang dia cuma keseleo. Sepanjang jalan, Yoo Seul memegang kantong jaket Cha Sik sebagai pengganti tongkatnya *dan aku suka gestur simpel ini J *. Cha Sik kembali menawarkan Yoo Seul untuk naik sepedanya. Dan kali ini, Yoo Seul mengangguk kecil. Hiyaa~

Yoo Seul tampak menikmati naik sepeda dengan Cha Sik untuk pertama kalinya. Ketika Cha Sik menyuruhnya menguatkan pegangan, Yoo Seul malah merentangkan tangannya seolah-olah dia burung yang terbang bebas.





Ibu Yoo Seul menunggu anaknya dengan gelisah. Tidak lama kemudian, Cha Sik dan Yoo Seul tiba di depan rumahnya. Ibu Yoo Seul berterima kasih pada Cha Sik karena sudah menjaga anaknya dengan baik. Dia bicara dengan nada ramah, membuat Cha Sik berpikir bahwa ibu Yoo Seul tidak seburuk yang dikatakan Yoo Seul. Ibu Yoo Seul menuntun Yoo Seul masuk setelah sempat basa-basi mengundang Cha Sik untuk makan malam kapan-kapan.

Cha Sik melihat tongkat Yoo Seul yang jatuh di dekatnya. Cha Sik bermaksud mengembalikannya, tapi dia menghentikan langkahnya ketika mendengar suara ibu Yoo Seul yang memarahi putrinya dari balik pintu. Cha Sik bahkan bisa mendengar ibu Yoo Seul menyebut putrinya pembangkang yang lebih memilih berteman dengan anak berandalan dan bodoh.



Yoo Seul membela Cha Sik dan mengatakan bahwa Cha Sik tidak pantas direndahkan ibunya. Ibunya menampar pipi Yoo Seul untuk menghentikan ucapan Yoo Seul yang dianggapnya sudah tidak sopan pada ibunya sendiri.

Ibu Yoo Seul, “Ibu pikir setelah sabar menunggu sebentar, kamu akan sadar dan minta maaf. Tapi ternyata kaamu makin keterlaluan. Apa sebegitu bencinya kamu dengan ibu—“

Yoo Seul, “Aku melakukan ini karena aku tidak ingin membenci Ibu. Hari ini… untuk pertama kalinya aku naik sepeda. Rasanya menyenangkan, begitu menyenangkan hingga aku pikir pasti lebih menyenangkan naik sepeda ketika masih bisa melihat. Aku menyesali banyak hal setelah mataku jadi seperti ini. Kenapa Ibu terus menyuruhku bermain piano dan sangat mengekangku?”

Yoo Seul frustasi berteriak rasanya dia akan jadi gila. Ibu Yoo Seul berusaha menyadarkan Yoo Seul bahwa memang ada hal yang harus dikorbankan demi hal lain. Ibunya menunjuk deretan piala dan penghargaan yang Yoo Seul terima karena piano. Yoo Seul membantah bahwa selama ini, ibunya adalah satu-satunya orang yang senang dengan semua penghargaan itu.

Yoo Seul, “Aku selalu menyesali pilihan ketika aku harus selalu menuruti perintahmu. Ini hidupku, seharusnya aku tidak boleh menyalahkanmu. Jadi biarkan aku yang menjalani dan menerima semua resiko dan konsekuensinya. Aku begini karena aku tidak ingin membencimu. Aku bukannya ingin memberontak.”

Ibu Yoo Seul menahan air mata penyesalannya ketika melihat deretan piala Yoo Seul. Dia menyadari bahwa dari semua foto Yoo Seul, tidak satupun yang menampilkan wajah senyum.







Keesokan paginya, Cha Sik kembali datang menjemput Yoo Seul dengan penampilan yang berbeda dari kemarin. Dia mengenakan setelan rapi dan bertanya pada ibu Yoo Seul soal penampilannya. Ibu Yoo Seul menjawab kali ini Cha Sik terlihat seperti ketua gangster yang insaf. Pfft.



Cha Sik curhat pada ibunya bahwa dia dikatai sebagai ‘Ketua geng yang insaf’ oleh ibu Yoo Seul. Cha Sik menjelaskan dia sudah minta maaf pada ibu Yoo Seul. Ibunya heran kenapa dia minta maaf. Cha Sik bilang dia ingin supaya ibu Yoo Seul tidak salah paham lagi karena penampilannya. Dia ingin melakukan yang terbaik karena Yoo Seul telah memilihnya. Jadi dia tidak ingin membuat Yoo Seul menyesali pilihannya.



Yoo Seul menawarkan akan mentraktir Cha Sik, karena dia tipe orang yang tidak nyaman meminta tolong dengan orang lain. Cha Sik menolaknya, tapi dia punya permintaan lain.

Cha Sik membawa Yoo Seul ke depan piano using yang ada di pinggir lorong penuh graffiti. Cha Sik ingin melihat seberapa hebat Yoo Seul bermain piano. Cha Sik menuntun Yoo Seul yang sempat ngedumel bahwa dia sudah berhenti bermain piano. Yoo Seul akhirnya menyerah dan memainkan Beethoven’s Symphony no. 9 in D minor Op. 125 yang membuat Cha Sik terpukau. Terlihat jelas bahwa sebenarnya Yoo Seul mencintai piano.

Cha Sik curhat pada ibunya bahwa rasanya permainan piano Yoo Seul seperti pelangi yang tak berujung. Sangat indah hingga terbawa-bawa ke mimpinya. Ibunya penasaran seperti apa mimpinya. Cha Sik langsung tersenyum penuh rahasia dan menolak memberitahu ibunya.





Kelas olahraga.
Murid perempuan mengingatkan murid laki-laki bahwa mereka akan ganti baju di kelas dalam waktu 10 menit. Jadi murid-murid laki-laki jangan coba-coba masuk ke kelas dalam waktu itu.
Beberapa murid perempuan sibuk bergosip tentang Yoo Seul yang masih saja suka ganti baju sendirian di tempat terpisah padahal kondisinya jadi sedikit menyulitkannya sendiri.

Yoo Seul ganti baju di tempat lain dengan diantar Cha Sik. Dia mengusir Cha Sik *yaiyalah* dan menyuruhnya mengawasi saja dari luar. Cha Sik yang polos mengira Yoo Seul menyembunyikan tato atau semacamnya. Tapi akhirnya dia keluar setelah menerima pukulan tongkat dari Yoo Seul. Hhe.



Seseorang mengambil gambar Yoo Seul diam-diam dari luar ruangan (Cha Sik ke mana sih?). Orang itu ingin mendapatkan gambar Yoo Seul yang sedang ganti baju. Tapi niatnya tidak terlaksana karena Jin Mok memanggilnya untuk meminjam buku catatan. Yoo Seul yang mendengar itu langsung terduduk cemas. Nyaris saja dia jadi korban intip siswa mesum.

Jin Mok memojokkan siswa mesum itu dekat loker di gym. Jin Mok terlihat sangat emosi dan melayangkan pukulannya membabi buta ke orang itu. Teman yang lain memisahkan mereka.





Jin Mok pulang ke rumahnya untuk makan malam bersamanya keluarga. Ayahnya mengingat soal Jin Mok yang diundang tampil di sebuah acara. Tapi Jin Mok membatalkan undangan itu karena tangannya sedang terluka (akibat berkelahi dengan siswa mesum). Ayahnya langsung cepat-cepat menghubungi pihak penyelenggara supaya mereka cepat mencari pengganti Jin Mok. Ayahnya bergumam khawatir bagaimana cara mereka menemukan pengganti Jin Mok dalam waktu 2 hari. Dia tidak ingin imej mereka jatuh karena sudah membatalkan undangan tampil.

Jin Mok terluka mendengar ayahnya yang lebih mementingkan martabat keluarga dibanding anaknya sendiri. Ayahnya berkata Jin Mok pasti sedang tidak PD bermain piano. Dia menyebut Jin Mok sebagai pengecut yang tersakiti karena merasa diabaikan dan haus kasih sayang. Dia menganggap Jin Mok hanya mau bermain piano kalau mood-nya jelek. Kalau sudah seperti itu, Jin Mok hanya akan terus membodohi dirinya sendiri dan kembali merengek minta diperhatikan. Jin Mok terdiam menahan kesal, dan melampiaskan semua kekesalannya dengan bermain piano hingga perbannya lepas.






Cha Sik membaca pengumuman tentang Lomba Piano Duet yang akan diselenggarakan 3 bulan lagi. Cha Sik tersenyum dan bergumam melihat gambar dua orang bermain piano di poster itu seperti dalam mimpinya. Cha Sik lalu bertanya pada orang di sekitarnya tentang bagaimana cara dia bisa ikut jadi peserta.

“Kau hanya perlu terlahir kembali,” kata Jin Mok yang baru datang.

Cha Sik sebal karena dia sedang serius bertanya. Jin Mok mengatakan mustahil orang seperti Cha Sik bisa ikut lomba bergengsi itu. Teman-teman yang lain setuju. Jin Mok yang kesal menjawab bahwa dia punya bakat, tapi orang-orang meragukannya. Cha Sik lalu bilang kalau ayahnya adalah sang pianis hebat Hyun Myung Sae. Orang-orang makin tidak percaya karena selama ini Hyun Myung Sae belum menikah. Cha Sik menunjukkan foto ibunya dengan Myung Sae, tapi murid-murid bilang Myung Sae memang suka selca dengan penggemarnya sejak dulu. Mereka menyuruh Cha Sik untuk tes DNA supaya jelas, jangan hanya membual.



Cha Sik yang kesal karena diolok-olok akhirnya menantang mereka untuk bertaruh. Cha Sik akan menunjukkan kemampuannya dan meraih juara 1 di lomba itu. Kalau dia berhasil, dia minta orang-orang mengakuinya kalau dia anak Myung Sae. Jin Mok tertawa mengejek, mengatakan kalau Cha Sik berhasil lolos babak eliminasi saja sudah cukup, dia akan mengakuinya.



Cha Sik minta tolong pada Yoo Seul supaya menjadi partner duetnya dan langsung ditolak Yoo Seul yang malah menyarankan supaya Cha Sik berobat ke RS supaya tidak semakin sinting, kkk. Bahkan sekalipun itu anak Mozart, dia tidak akan bisa ikut kompetisi hanya karena dia anak seorang pianis. Yoo Seul menasehati Cha Sik untuk coba mengubah cara pandangnya. Sama saja jika dia menyuruh Yoo Seul latihan lompat tinggi selama 3 bulan, Yoo Seul tidak akan bisa serta merta ikut kejuaraan lompat tinggi. Cha Sik mencerna baik-baik ucapan Yoo Seul. Dengan lesu akhirnya dia mengajak Yoo Seul pulang. Belakangan Cha Sik selalu menaruh sebelah tangan Yoo Seul ke kantong jaketnya sebagai pengganti tongkat.





Cha Sik membonceng Yoo Seul dengan sepedanya. Sepanjang jalan, dia teringat obrolan dengan ibunya tentang mimpinya. Cha Sik bergumam bahwa dia merahasiakan sesuatu dari ibunya. Dalam mimpinya, Cha Sik terlihat bermain piano duet bersama Yoo Seul. Yoo Seul bisa melihat, terlihat cantik dan tersenyum padanya. Mimpi yang sangat indah, yang membuat Cha Sik ingin tetap tinggal di dalamnya.





Cha Sik lagi-lagi membawa Yoo Seul ke depan piano usang. Yoo Seul berkata Cha Sik pasti menyuruh seseorang untuk bermain piano supaya Yoo Seul percaya bahwa Cha Sik memang sudah bisa bermain piano. Cha Sik tidak sabaran, lalu membawa Yoo Seul duduk di depan piano itu. Dia menaruh tangan Yoo Seul di atas tangannya supaya Yoo Seul percaya bahwa memang Cha Sik yang bermain.



Seorang ahjusshi yang biasa berdagang di dekat piano itu jadi saksi bahwa selama beberapa waktu belakangan, Cha Sik sangat giat berlatih dengan piano itu. Kadang dia sampai bosan mendengar latihan Cha Sik dan menutup telinganya. Jemari Cha Sik sampai terluka saking seriusnya dia berlatih.

Perlahan Yoo Seul melepaskan tangannya dan mulai percaya pada Cha Sik.



Narasi Cha Sik :

Meski hanya singkat, tapi mimpi itu terasa menakjubkan. Karena itu, meski harus memakan banyak waktu, akan aku jadikan mimpi itu sebagai kenyataan.

Cha Sik kembali mengajak Yoo Seul untuk ikut lomba itu. Setelah mendengar permainan piano Cha Sik barusan, akhirnya Yoo Seul tersenyum dan setuju dengan ajakan Cha Sik.



Bersambung ke episode 3 Final

Komentar :

Entah kenapa, tapi aku ngerasa kalo Jin Mok itu sebenarnya ada rasa sama Yoo Seul. Ya mungkin aja awalnya dia emang benci karena Yoo Seul lebih mahir bermain piano dibanding dirinya. Tapi perasaan benci itu lama-kelamaan mungkin berubah jadi kekaguman. Walaupun harga dirinya yang tinggi, bikin Jin Mok menolak habis-habisan dan mengaburkan perasaan kagumnya *ehm* pada Yoo Seul jadi perasaan bersalah. Sebagai orang yang relijius, Jin Mok percaya bahwa kejadian yang dialami Yoo Seul adalah akibat dari doanya yang penuh dendam. Pelajaran nih buat kita, jangan sampai ngedoain kejelekan buat temen atau siapapun itu. Karena gak ada manfaatnya. Yang ada ya perasaan khawatir berkepanjangan dan juga gelisah karena jauh di lubuk hati kita, kita tahu bahwa apa yang kita lakukan dengan mendoakan kejelekan itu salah.

Perkembangan karakternya keren! Cha Sik si cutie puppy dan ceroboh bikin aku pengen masukin dia ke kantong aja. Aku suka dia gak dengan mudah down ketika ibu Yoo Seul mengejek penampilannya. Entah apa dia emang naïf atau cuma pura-pura ceria, tapi kepribadiannya yang easy going bener-bener suatu hal yang fresh. Menurutku sih di drama ini, tipikal antara 1st lead male dan 2nd male-nya tertukar. Dan aku gak akan komplain ㅋㅋㅋ. Di sisi lain aku lebih suka kalo drama ini lebih menekankan hubungan persahabatan mereka, tapi ekspresi Cha Sik yang mulai ngerasa ada ‘kupu-kupu beterbangan dan pelangi indah di hatinya’ gegara Yoo Seul bener-bener bikin aku gemes.

Yoo Seul yang masih penuh dengan kepercayaan diri, berusaha keras agar gak direndahkan oleh orang lain, termasuk ibunya. Dia ingin ngebuktiin kalo dia masih bisa mandiri walaupun kondisinya dianggap lemah di mata orang lain. Yoo Seul gak menginginkan simpati dan belas kasihan orang lain.

Dan Jin Mok. Sangat sulit buatku menghindari karismanya. Setengah dirinya sangat mirip dengan Yoo Seul, bedanya dia punya orangtua yang gak terlalu peduli dengan keadaan dirinya. Ayahnya terkesan cuma peduli dengan  imej keluarganya. Menurutku dibandingkan dengan ibu Yoo Seul, ayahnya Jin Mok is the worst. Kasian Jin Mok yang harus melampiaskan kemarahannya lewat dentingan piano. Oh iya, aku batal ‘pindah kapal’ karena makin ke sini, aku ngerasa perhatian Jin Mok ke Yoo Seul itu lebih kayak perhatian kakak ke adiknya. Bandingin senyum geli Jin Mok dengan senyum Cha Sik yang benar-benar kayak bocah jatuh cinta.

Ahahaha..
Tinggal 1 episode lagi nih, ayo tebak-tebakan, apakah Jung Cha Sik memang benar anak dari pianis terkenal Hyun Myung Sae seperti yang dibilang ibunya??

Mau tau kelanjutannya?

Silakan tunggu episode 3 ^^


160403, 22.12 WIB

Ujen/박수잔


4 komentar:

  1. Awalnyo pas lihat teaser PT dulu, ku kiro drama ini bakalan selalu tegang keno persaingan antara Yoo-seul dan Jin-mok, dak taunyo ado bae hal2 lucu di drama ini.
    Gemes lihat tingkah Tsundere-nyo Jin-mok, gengsinyo Yoo-seul, dan sifat cerianyo Cha-sik.
    Aso dak sanggup pisah dengan trio PT ni ~T_T~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setujung!! Ekspresi Jisoo bener" lucu, jadi dak sanggup kalo di drama selanjutnya dia jadi yang tersakiti lagi. Page Turner ini semacam obat buat yang pengen liat Jisoo jd anak ceria dan menangin hati Heroinnya, kkk.
      Shin Jae Ha jg.. aigoo..
      Udah dk bisa ngomong lagi ><

      Hapus
    2. Ane belum nonton yg eps.3 ~T_T~
      *gelundungan*

      Hapus
  2. sedih bgt pas si Yo Seul ngeluarin uneg" nya ke umma nya,,
    jg pas jin mok yg tangan-a di perban, appa nya malah mentingin pesta orang, bkn-a merhatiin luka anak ny.. :3
    btw menurut klian si Cha sik beneran anak dr artis/Pianist itu gak?

    BalasHapus