Kalau ada yang bertanya sejak kapan mulai punya
keinginan berhijab?
Aku gak bakal bisa jawab dengan pasti. Tapi, seingatku
sejak SMA, sudah mulai timbul perasaan iri sewaktu ngeliat teman-teman dekatku
satu-persatu mulai mengenakan hijab. Kupikir, mungkin aku juga bakal mulai
berhijab begitu lulus SMA. Alasannya karena aku gak mau ngebebani bapak &
amak dengan meminta mereka membelikanku seragam sekolah baru. Sudah pasti kan,
karena aku sekolah di sekolah umum negeri, jadi jilbab tidak diwajibkan. Karena
itu, kupikir mengenakan hijab di pertengahan semester itu terasa sedikit
menyulitkan bagiku.
Tapi siapa sangka, Alloh menurunkan rezekinya
melalui kebesaran hati salah satu abangku. Dia abang yang paling dekat denganku
karena perbedaan umur kami yang hanya selisih 4 tahun. Saat itu dia baru
sekitar satu tahun lulus SMA dan tiba-tiba di suatu malam menjelang bulan suci
Romadhon 2008, dia bilang apa aku ingin mengenakan hijab, dan tentu saja
kujawab dengan ‘Iya’. Tapi aku bilang ke abangku kalau aku gak ingin ngebebani orangtua
kami dengan meminta mereka membelikanku seragam sekolah baru. Gak ada lagi
percakapan setelah itu, jadi kupikir hal itu cuma angin lalu. Sampai minggu
berikutnya, tiba-tiba abang mengajakku ke rumah teman SMA-nya yang ayahnya penjahit.
Dia mengatakan tujuannya yang ternyata mau membuatkanku seragam sekolah. Aku
benar-benar kaget karena abangku rela menghabiskan upah yang dikumpulkannya dari
hasil kerja hariannya. Padahal kemarin-kemarin aku cuma bercanda, aku benar-benar
gak sangka kalau abang rela gak membeli barang yang mungkin dibutuhkannya dan
malah mengutamakan keperluanku berhijab. Jadilah begitu umurku menginjak kira-kira
15,5 tahun, kelas XI SMA tanggal 1 Romadhon tahun 2008 aku resmi memutuskan
untuk berhijab.
Di awal-awal berhijab, Alhamdulillah aku sudah
memutuskan untuk mengenakan hijab yang sebisa mungkin menutup dada & mengenakan
kaos kaki. Begitu saja, abangku gak pernah memaksaku buat memakai rok dan
sebagainya. Karena aku juga termasuk tipe orang yang lebih milih pakai celana
training daripada rok *teman-teman banyak menganggapku tomboy*, jadilah aku
hampir gak pernah pakai rok sepanjang berhijab *kecuali saat sekolah dan
acara-acara penting*. Baru sekitar tahun 2015 inilah aku mulai membiasakan diri
untuk mengenakan rok. Ribet emang, tapi aku mulai merasa manfaat memakai rok
itu emang lebih membuatku merasa aman dibanding ketika pake celana *meskipun
longgar*. Walaupun yah, sampai sekarangpun aku masih sering keserimpet kalau pakai rok, tapi aku
akan tetap berusaha buat istiqomah buat pakai rok ataupun gamis karena ini
emang membuatku lebih nyaman dibanding pakai celana. Dan omong-omong mengenai
abangku, sampai sekarang juga masih rutin membelikanku hijab ataupun gamis yang
lebar-lebar walaupun sekarang aku sudah mampu untuk membeli hijab ataupun
jilbabku sendiri. Alhamdulillah, Alloh menganugerahkan keluarga tercinta ini. Bapak
dan amakku gak pernah ambil pusing soal urusan pakaianku. Meskipun mungkin
mereka bukan termasuk orang yang relijius amat, tapi amak bahkan berani melawan
tetangga yang mengatakan hal-hal buruk soal mbak iparku yang bercadar ataupun
soal aku yang berjilbab lebar dan tidak pernah terlihat punya pacar, haha. Karena
amakku tahu pasti mana yang benar. Beliau selalu bilang padaku buat gak
terpengaruh komentar (negatif) orang lain. Aku benar-benar bersyukur karena memiliki
orang-orang penuh pengertian dan kasih sayang seperti mereka.
Inilah kisah pengalaman hijab pertamaku. Kalau aku
ingat-ingat lagi, kadang bikin aku terharu karena dukungan luar biasa dari
orang-orang tercinta di sekelilingku. Aku harap Alloh akan selalu senantiasa
menjagaku dan juga keluarga dan teman-temanku.
Sekian ciap-ciap kali ini, in syaa Alloh aku bakal
berusaha buat sering-sering bikin postingan di blog ini >.<
Terima kasih juga buat kunjungan, waktu dan jejaknya
di sini.
K’bye, 안녕하세요~ ^^
150730,
20.58 WIB.
-UJEN/박수잔-
heheh, baru sempat mampir ke blog.a mbk . good job :D
BalasHapusMokasih kunjungannyo :D
Hapus