Kamis, 30 Juli 2015

[Ciap-ciap] My First Hijab Story





Kalau ada yang bertanya sejak kapan mulai punya keinginan berhijab?
Aku gak bakal bisa jawab dengan pasti. Tapi, seingatku sejak SMA, sudah mulai timbul perasaan iri sewaktu ngeliat teman-teman dekatku satu-persatu mulai mengenakan hijab. Kupikir, mungkin aku juga bakal mulai berhijab begitu lulus SMA. Alasannya karena aku gak mau ngebebani bapak & amak dengan meminta mereka membelikanku seragam sekolah baru. Sudah pasti kan, karena aku sekolah di sekolah umum negeri, jadi jilbab tidak diwajibkan. Karena itu, kupikir mengenakan hijab di pertengahan semester itu terasa sedikit menyulitkan bagiku.

Tapi siapa sangka, Alloh menurunkan rezekinya melalui kebesaran hati salah satu abangku. Dia abang yang paling dekat denganku karena perbedaan umur kami yang hanya selisih 4 tahun. Saat itu dia baru sekitar satu tahun lulus SMA dan tiba-tiba di suatu malam menjelang bulan suci Romadhon 2008, dia bilang apa aku ingin mengenakan hijab, dan tentu saja kujawab dengan ‘Iya’. Tapi aku bilang ke abangku kalau aku gak ingin ngebebani orangtua kami dengan meminta mereka membelikanku seragam sekolah baru. Gak ada lagi percakapan setelah itu, jadi kupikir hal itu cuma angin lalu. Sampai minggu berikutnya, tiba-tiba abang mengajakku ke rumah teman SMA-nya yang ayahnya penjahit. Dia mengatakan tujuannya yang ternyata mau membuatkanku seragam sekolah. Aku benar-benar kaget karena abangku rela menghabiskan upah yang dikumpulkannya dari hasil kerja hariannya. Padahal kemarin-kemarin aku cuma bercanda, aku benar-benar gak sangka kalau abang rela gak membeli barang yang mungkin dibutuhkannya dan malah mengutamakan keperluanku berhijab. Jadilah begitu umurku menginjak kira-kira 15,5 tahun, kelas XI SMA tanggal 1 Romadhon tahun 2008 aku resmi memutuskan untuk berhijab.

Di awal-awal berhijab, Alhamdulillah aku sudah memutuskan untuk mengenakan hijab yang sebisa mungkin menutup dada & mengenakan kaos kaki. Begitu saja, abangku gak pernah memaksaku buat memakai rok dan sebagainya. Karena aku juga termasuk tipe orang yang lebih milih pakai celana training daripada rok *teman-teman banyak menganggapku tomboy*, jadilah aku hampir gak pernah pakai rok sepanjang berhijab *kecuali saat sekolah dan acara-acara penting*. Baru sekitar tahun 2015 inilah aku mulai membiasakan diri untuk mengenakan rok. Ribet emang, tapi aku mulai merasa manfaat memakai rok itu emang lebih membuatku merasa aman dibanding ketika pake celana *meskipun longgar*. Walaupun yah, sampai sekarangpun aku masih sering keserimpet kalau pakai rok, tapi aku akan tetap berusaha buat istiqomah buat pakai rok ataupun gamis karena ini emang membuatku lebih nyaman dibanding pakai celana. Dan omong-omong mengenai abangku, sampai sekarang juga masih rutin membelikanku hijab ataupun gamis yang lebar-lebar walaupun sekarang aku sudah mampu untuk membeli hijab ataupun jilbabku sendiri. Alhamdulillah, Alloh menganugerahkan keluarga tercinta ini. Bapak dan amakku gak pernah ambil pusing soal urusan pakaianku. Meskipun mungkin mereka bukan termasuk orang yang relijius amat, tapi amak bahkan berani melawan tetangga yang mengatakan hal-hal buruk soal mbak iparku yang bercadar ataupun soal aku yang berjilbab lebar dan tidak pernah terlihat punya pacar, haha. Karena amakku tahu pasti mana yang benar. Beliau selalu bilang padaku buat gak terpengaruh komentar (negatif) orang lain. Aku benar-benar bersyukur karena memiliki orang-orang penuh pengertian dan kasih sayang seperti mereka.

Inilah kisah pengalaman hijab pertamaku. Kalau aku ingat-ingat lagi, kadang bikin aku terharu karena dukungan luar biasa dari orang-orang tercinta di sekelilingku. Aku harap Alloh akan selalu senantiasa menjagaku dan juga keluarga dan teman-temanku.

Sekian ciap-ciap kali ini, in syaa Alloh aku bakal berusaha buat sering-sering bikin postingan di blog ini >.<

Terima kasih juga buat kunjungan, waktu dan jejaknya di sini.

K’bye, 안녕하세요~ ^^

150730, 20.58 WIB.

-UJEN/박수잔-

2 komentar: